Sukses

Poligami Award 2003 Ditentang Aktivis Perempuan

Sejumlah aktivis perempuan berunjuk rasa menentang penganugerahan Poligami Award 2003. Menurut mereka poligami adalah bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak.

Liputan6.com, Jakarta: Penganugerahan Poligami Award 2003 yang digelar di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Jumat (25/7), diwarnai unjuk rasa puluhan aktivis perempuan. Para pengunjuk rasa menganggap poligami atau beristri lebih dari satu sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak. Mereka juga menilai, praktik poligami hanya dilakukan para suami yang memiliki kekuasaan sangat besar. Di sisi lain, istri dan anaknya dalam posisi tidak berdaya.

Kendati unjuk rasa berlangsung damai, tak urung sempat membuat sibuk penjaga keamanan hotel. Para pengunjuk rasa sempat bersitegang karena aktivis perempuan tersebut merangsek ke lobi hotel. Namun, penjaga keamanan mendesak mereka untuk berunjuk rasa di luar area hotel.

Sedangkan di dalam hotel, ratusan pasangan poligami tampak mengikuti acara seremonial secara khidmat. Berdasarkan bincang-bincang reporter SCTV dengan sejumlah pasangan poligami, mereka menjawab hampir seragam. Menurut mereka, poligami dapat dilakukan sepanjang suami sebagai kepala keluarga dapat bersifat adil secara jasmani dan rohani.

Poligami Award digagas oleh Puspo Wardoyo, pengusaha ayam bakar Wong Solo yang beristri empat. Pemilik 27 outlet ayam bakar ini mengaku sempat kesulitan menjaring para pelaku poligami dengan alasan klasik, seperti malu dan pegawai negeri sipil takut ketahuan atasan.

Rencana Poligami Award sebelumnya tidak hanya ditentang para aktivis perempuan tetapi juga intelektual Islam yang juga pakar komunikasi Ade Armando. Dalam sebuah kolom di Republika, Ade meminta panitia membatalkan acara kontroversial tersebut. Ade beranggapan penghargaan tersebut hanya akan melahirkan kesalahpahaman terhadap Islam.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)