Sukses

Hendrar Prihadi: Warga Semarang Sejak Lahir hingga Meninggal Kita Gratiskan Biayanya

Pada Senin 10 Oktober 2022, Jokowi melantik Hendi sebagai Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) di Istana Negara.

Liputan6.com, Jakarta Warga Kota Semarang khususnya dan warga Jawa Tengah pada umumnya pasti sangat akrab dengan sosok yang satu ini. Bayangkan saja, saat maju sebagai calon petahana pada Pemilihan Wali Kota Semarang 2020, Hendrar Prihadi memenangkannya dengan raihan suara 91,57%. Sebuah kemenangan yang sangat mutlak.

Lahir di Kota Semarang pada 3 Maret 1971, sosok yang karib disapa Hendi ini adalah putra bungsu dari 10 bersaudara pasangan Sunarso dan Sutarmi. Sang ayah, Sunarso merupakan anggota TNI dengan pangkat terakhir Kapten. Uniknya, sembilan kakaknya memiliki nama depan yang sama dengan dirinya, yaitu Hendrar.

Masa kecil Hendi hingga dewasa dihabiskan di Semarang. Lulus dari SD Gergaji Semarang pada 1984, Hendi meneruskan ke SMP Negeri 3 Semarang dan lulus tahun 1987 untuk kemudian menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Semarang tahun 1990.

Lulus SMA, Hendi sempat kuliah di UPN Yogyakarta dan pindah ke Universitas Katolik Soegijapranata Semarang di tahun 1992 dan lulus menjadi Sarjana Ekonomi pada 1996. Sementara gelar Magister Manajemen diraihnya dari Universitas Diponegoro pada 2002 dan gelar doktor diraih Hendi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.

Usai menamatkan pendidikan Hendi tak langsung berkecimpung di dunia politik. Awalnya, dia sempat bekerja di sebuah perusahaan alat kesehatan, CV Daya Prima. Bahkan, menurut pengakuan Hendi, di perusahaan ini dia menjadi tenaga pemasaran kaca mata.

Tak mau berlama-lama menjadi karyawan, Hendi kemudian membuka perusahaannya sendiri yang bergerak di bidang konstruksi, CV Sinar Mulia pada 1999. Pada saat menjalankan usaha sendiri inilah Hendi kemudian mulai merintis jalan ke dunia politik.

Awalnya Hendi bergabung dengan ormas Komite Nasional Pemuda Indonesia atau KNPI, di mana dia kemudian menjadi Ketua KNPI Kota Semarang selama dua periode (2004-2008 dan 2008-2011). Selama aktif di KNPI, mau tidak mau dia banyak bersentuhan dengan partai politik di mana Hendi akhirnya memutuskan menjadi kader PDIP.

Langkah Hendi menjadi calon anggota legislatif dari PDIP pada Pemilu 2009 berbuah manis dan dia terpilih sebagai anggota DPRD Jawa Tengah periode 2009-2014. Hanya beberapa bulan menjadi anggota DPRD Jawa Tengah, dia dicalonkan PDIP menjadi Wakil Wali Kota pada Pilkada Kota Semarang 2010 mendampingi Soemarmo Hadi Saputro. Pasangan ini menang dengan perolehan suara 34,28%.

Tak hanya terpilih menjadi Wakil Wali Kota Semarang, Hendi kemudian juga didapuk sebagai Ketua DPC PDIP Kota Semarang sejak 2010 hingga sekarang. Pada 21 Oktober 2013, dia diangkat menjadi Wali Kota Semarang setelah Soemarmo dinyatakan bersalah oleh pengadilan dalam kasus korupsi.

Dua tahun berselang, Hendi kembali maju pada Pilkada Kota Semarang 2015 dan menang dengan raihan suara 46,46%. Dengan menggandeng pasangan yang sama dari kader PDIP, Hevearita Gunaryanti Rahayu, dia kembali maju sebagai calon petahana pada Pemilihan Wali Kota Semarang 2020 dan memenangkannya dengan raihan suara sebesar 91,57%.

Sejumlah prestasi dicatat Hendi selama memimpin Kota Semarang. Dia antara lain dinobatkan sebagai Best City Manager kategori Dynamic Growth City dari Europe Business Assembly tahun 2014.

Dirinya juga dinobatkan sebagai Pembina Pelayanan Publik Terbaik di Indonesia 4 tahun berturut, yaitu pada 2016, 2017, 2018, dan 2019 dari Kementerian PAN-RB.

Pada 2019, Hendi juga dinobatkan sebagai Asia Best Mayor Of The Year oleh Asia Global Council. Sementara pada 2020 dirinya membawa Kota Semarang mendapatkan predikat sebagai Kota Terbersih di Asia Tenggara.

Tak hanya itu, Hendi juga dua kali berturut-turut dinobatkan oleh Metro TV sebagai People of the Year masing-masing pada 2019 dan 2020, serta mendapatkan predikat sebagai Wali Kota Terpopuler di Indonesia dari Humas Indonesia di tahun 2020.

Hendi juga dinilai sebagai sosok yang unggul dalam penanganan banjir di Indonesia karena berhasil mengurangi persentase wilayah rawan banjir di Kota Semarang secara drastis semenjak dipimpinnya.

Kota Lama Semarang, misalnya, di masa kepemimpinan Hendi berubah drastis, dari yang semula wilayah kumuh, rob, dan banjir, dibangun menjadi salah satu destinasi wisata di Indonesia.

Tak hanya itu, Kota Semarang di tangan Hendi juga bertransformasi menjadi kota wisata. Konsep pembangunan Water Front City menjadi salah satu gagasan dia dalam mempercantik Kota Semarang.

Semua prestasi itu membuat Presiden Joko Widodo menjadi kepincut dan menarik Hendi ke Jakarta. Pada Senin 10 Oktober 2022, Jokowi melantik Hendi sebagai Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) di Istana Negara.

Usai pelantikan, Presiden mengatakan berdasarkan rekam jejak yang ada, Hendi adalah sosok yang tepat untuk memimpin LKPP. Jokowi menegaskan sudah kenal lama dengan Hendi dan paham dengan kemampuan serta kapasitasnya dalam mengelola sebuah organisasi.

Kini, suami dari Krisseptiana dan ayah dari Anindya Felita Syariendrar, Arya Nardhana Syariendrar dan Marsanda Dara Syariendrar ini digadang-gadang banyak pihak untuk maju di Pilkada Jawa Tengah. Bagaimana tanggapan Hendi?

Berikut petikan wawancara Hendrar Prihadi dengan Sheila Octarina dalam program Bincang Liputan6.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

10 Bersaudara dengan Nama Hendrar

Apa pengalaman masa kecil yang Bapak ingat sampai sekarang, khususnya didikan dari sang ayah yang seorang purnawirawan TNI itu seperti apa?

Pasti semua anak selalu membanggakan orang tuanya, itu wajib dan rata-rata begitu. Yang saya ingat dari sekian puluh tahun saya dibesarkan mereka adalah dua hal. Yang pertama saya pernah dimarahin Bapak saya, pernah dipukul, dihajar. Gara-garanya saya berantam sama kakak saya yang perempuan.

Bapak saya ngomong, jangan pernah sekali-kali kamu pukul perempuan, apalagi itu kakakmu. Wah itu sangat membekas. Yang kedua ya karena 10 bersaudara kan pasti lucu ya, maksudnya satu dengan yang lain ini jaraknya rata-rata 2 tahun, tapi pada kakak pertama saya ini jaraknya sudah 22 tahun.

Nah, Bapak dan Ibu selalu mengatakan begini, kamu yang muda itu harus menghormati orang yang lebih tua, termasuk kakak-kakak. Jadi kalau saya diperintah kakak saya, saya enggak berangkat, Bapak-Ibu marah ke saya. Tapi sebaliknya, Bapak-Ibu saya itu selalu menyampaikan ke kakak saya bahwa orang yang lebih tua harus bisa mengayomi, harus bisa menjaga adiknya.

Jadi kalau pas saya digodain gitu sama kakak saya, saya tinggal ngomong Bapak-Ibu, wah Bapak-Ibu marahin kakak saya. Jadi itu yang membekas ke saya sampai hari ini, dengan siapa pun itu yang lebih tua dengan saya, saya mencoba menghormati. Saya selalu menghormati.

Kalau didikan soal kedisiplinan seperti apa?

Kalau itu pasti. Dimulai dari hal kecil, mandi. Ya namanya dulu purnawiran TNI itu air harus hemat. Kalau habis mandi disuruh mematikan keran. Handuk harus rapi, gitu kan. Pokoknya Bapak sangat disiplin ya terkait dengan kehidupan kita sehari-hari yang menurut saya ini sangat membantu pada saat saya dewasa.

Kedekatan Bapak sendiri dengan kakak-kakak seperti apa?

Kalau secara umum sangat dekat, secara umum. Tapi karena kakak saya yang nomor satu, dua, tiga itu rata-rata jaraknya 20 tahun dengan saya, itu saya justru sangat dekat sekali dengan anak-anak mereka, keponakan saya. Saya dan keponakan itu usianya mungkin bedanya hanya 4-5 tahun.

Jadi waktu masih remaja kita jalan bareng, nonton bareng, ya pasti beda dibandingkan dengan kakak-kakak kandung saya. Kalau dengan kakak kandung saya, saya lebih banyak diberi masukan, diberi motivasi bagaimana konsep berteman, bagaimana berorganisasi. Ya salah satu mentor saya dalam berorganisasi ya kakak saya nomor dua dan nomor satu.

Bapak bilang kalau 10 bersaudara ini nama depannya sama semua, Bapak pernah bertanya itu artinya apa?

Suatu ketika saya tanya sama Bapak-Ibu. Pak, Bu, Hendrar itu artinya apa? Ternyata penjelasan Ibu begini, pada saat hamil anak pertama, Ibu itu bermimpi didatangi orang sepuh gitu ya. Ya pokoknya di dalam mimpi kata ibu ya, anakmu akan jadi kalau dikasih nama atau huruf tertentu, yang kemudian Ibu menafsirkan sebagai Hendrar.

Yang lucu kalau pas saya kecil itu. Ada teman yang datang mencari kami, Pak mau cari Hendrar, gitu kan. Wah semuanya keluar.

Kalau soal karier, apakah sejak awal Bapak memang ingin terjun ke dunia politik?

Enggak, pasti enggak. Basic saya adalah orang yang senang punya teman. Jadi saya senang main gitu, konon katanya karena bintang saya Aries. Jadi saya senang main, senang punya teman. Nah, dari hobi saya itu kemudian diarahkan oleh kakak saya. Tepatnya mulai tahun 90-an lah.

Pada saat saya lulus SMA, kata kakak saya, kamu sudah mulai harus fokus, jangan umbyang-umbyung saja, kamu masuk organisasi. Kemudian saya masuk pertama FKPPI karena Bapak tentara, anak tentara. Ternyata menarik ya, muter-muter seluruh Jawa Tengah ketemu teman.

Nah, karena mulai senang, saya masuk ke KNPI. Kemudian ada Kadin, ada HIPMI, ada IMI, ya macam-macam. Dan teman saya jadi tambah banyak, pasti itu.

 

3 dari 6 halaman

Jadi Sales Kacamata dan Berjualan Ikan

Bagaimana ceritanya Bapak saat jadi tenaga pemasaran kacamata, itu benar enggak sih, Pak?

Oh iya. Makanya saya selalu sampaikan pada anak-anak saya dan beberapa anak muda yang memang ingin maju, pernah tanya ke saya, bahwa semua yang besar itu rata-rata dari kecil. Pengalaman saya waktu itu karena sibuk berorganisasi, kuliahnya jarang, buat tugasnya jarang. Akhirnya dengan susah payah pada tahun ke-6 saya bisa lulus kuliah. IPK-nya minimal banget 2,3.

Apa yang terjadi dengan IPK 2,3? Mau jadi PNS enggak diterima. BUMN enggak bisa, karena kan rata-rata mereka IPK-nya 2,7. Satu-satunya cara ya saya melamar bekerja, dari sekian perusahaan saya diterima di satu perusahaan alat kesehatan. Nah di situ bosnya bilang, saya ada pekerjaan buat kamu, tapi jualan lensa kacamata, kamu bisa enggak? Loh bisa, sepanjang Bapak kasih masukan ke saya. Target saya seperti apa.

Orang ada yang mengatakan, kenapa sih kamu mau jadi sales dan seterusnya? Buat saya ini tuntutanlah ya. Tuntutan bahwa saya punya keluarga kecil yang baru saja saya bentuk. Saya menikah dengan istri saya dan harus kasih makan keluarga saya kan.

Yang kedua ini tantangan karena ada bos yang ngasih tanggung jawab ke saya, menjualkan lensa ini. Tidak hanya sebagai sebuah sales, saya mengatakan gimana caranya saya harus belajar supaya penjualan saya keren.

Dan alhamdulillah dari pengalaman selama setahun saya sebagai sales itu, saya mempunyai sebuah jurus ilmu yang hari ini saya akan sampaikan, bahwa jualan produk itu sangat gampang, percaya enggak? Yang susah itu nagihnya.

Jadi kita mau jual apa saja itu gampang sekali ya. Yang susah itu adalah nagihnya. Jadi mesti ada pola-pola pembayaran yang kita mesti diskusikan sama pembeli kita supaya mereka kemudian tertarik untuk beli produk kita.

Setelah setahun jadi sales?

Satu tahun saya bekerja, di akhir tahun kan kemudian ada penilaian penjualan terbanyak lensa se-Indonesia, dan saya masuk di 10 besar. Kemudian kita dikirim ke Thailand, ke Malaysia lihat pabriknya secara langsung. Di situ saya ketemu bos-bos distributor lensa itu, salah satunya bos Jakarta.

Kemudian saya ditawari, kamu mau enggak pindah ke Jakarta? Kamu masih muda kan? Perjalananmu masih panjang. Sudah pokoknya di tempatku saja, nanti pasti kamu berkembang lebih baik. Gimana ya? Terus saya sampaikan ke bos saya yang di Semarang. Kata bos saya semua pilihan tergantung saya. Siap, Pak saya izin mau pindah ke Jakarta. Pindahlah ke Jakarta itu bulan Januari 1998.

Lagi menghafalkan jalan, saya tinggal di tempat kakak saya di Pondok Gede, kantor saya di Klender. Itu saya hafalkan tiap hari, kadang naik angkutan umum, mikrolet, kadang dipinjamkan mobil sama kakak saya. Eh, baru beberapa bulan kantor saya dibakar Waktu kerusuhan 1998.

Waduh, mau pulang gengsi ya, saya malu sama istri saya. Kan waktu itu istri saya belum saya ajak. Karena waktu itu saya sempat sok-sokan, pokoknya nanti kalau di Jakarta sukses, Mama saya ajak ke Jakarta. Loh ini kok kantornya baru beberapa bulan sudah dibakar orang.

Tapi saya tetap mencoba bertahan hidup, ketemu peluang jualan ikan. Itu di Tanjung Priok pada saat tahun 1998 pasca-kerusuhan reformasi, itu setiap hari Jumat ada satu perusahaan ikan yang di depan pabriknya itu selalu ramai. Nah, iseng-iseng karena enggak ada kerjaan kan saya ikut nimbrung.

Ternyata mereka melelang ikan-ikan yang size-nya itu enggak bisa buat ekspor. Misalnya untuk panjang ikan harus 30 centimeter minimal, ini yang kurang dari 30 dilelang. Untuk dibuat kemudian steak, tuna steak, yang ukurannya enggak gede dilelang. Kepala kakap tuh enggak laku Ketika itu, jadi itu juga dilelang.

Waktu saya tinggal di Pondok Gede itu, di depan rumah itu ada tiga rumah makan Padang. Saya bilang, kalau beli kepala kakap mau enggak beli dari saya? Kayak apa Pak contohnya? Saya beli itu. Wah Pak, cocok nih Pak. Gede-gede Pak, saya mau.

Ya sudah, akhirnya hampir setengah tahun saya jualan ikan itu, sambil motor saya yang di Semarang saya kasih boks di belakang, sampai kemudian saya bisa beli freezer. Saya taruh di Cinere, beberapa di Kalibata, di beberapa tempat.

Sampai kemudian saya ditanya sama istri, kapan aku dibawa ke Jakarta? Entar dulu, entar dulu. Enggak Pa, Papa mesti ambil keputusan. Aku dibawa ke Jakarta atau Papa pulang ke Semarang. Akhirnya apa yang sudah saya rintis ini, saya kemudian sampaikan ke teman saya, temen saya kemudian menggantikan peran itu. Saya pulang ke Semarang.

Akhirnya memilih pulang?

Ya pulang, karena saya selalu kangen sama istri saya.

Kenapa bukan istri yang diboyong ke Jakarta?

Kenapa keputusannya begitu, karena saya merasa di Jakarta itu banyak waktu kita terbuang di jalan ya. Waktu itu ya. Jadi wah, ini memang benar-benar butuh energi yang luar biasa untuk menaklukan Jakarta ini.

Saya pulang dulu dan saya memutuskan sekolah, itu tahun 1999 awal, saya ambil S2 Magister Manajemen di Undip. Itu sedikit cerita kenapa saya waktu itu bisa sampai Jakarta.

 

4 dari 6 halaman

Gratiskan Warga dari Lahir hingga Meninggal

Saat Bapak maju pertama kali sebagai calon Wali Kota Semarang di tahun 2015, perolehan suaranya 46 persen. Namun meningkat signifikan menjadi 91,57 pada periode kedua. Bagaimana cara Bapak meningkatkan kepercayaan warga Semarang?

Yang pasti pertanyaannya harusnya ke masyarakat bukan ke saya. Tapi itu di awal saya mencoba menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa pemerintah itu adalah bagian daripada mereka yang enggak esklusif. Mereka bisa kok ngadu ke kita. Mereka bisa melaporkan hal-hal yang membuat mereka resah, mereka galau, mereka enggak nyaman kepada kita. Dan kita pasti akan hadir untuk berikan solusi.

Salah satu program yang waktu itu saya ingat adalah pemerintah harus hadir di saat mereka lahir sampai meninggal. Dan kami sudah buat program itu. Mereka lahir gratis. Mereka sekolah gratis. Mereka pekerja, kita kasih kredit Wibawa, Wira Usaha Bangkit Jadi Juara. Bunganya 3 persen per tahun. Waktu itu tuh paling murah. Disaat bunga kredit masih belasan, kita sudah luncurkan 3 persen.

Sampai orang meninggal pun kita gratiskan. Kan kasihan ya orang sudah waktunya meninggal, tapi harus mikir biaya enggak jadi meninggal. Kadang mau memakamkan saudaranya saja bingung karena tempat pemakaman umum harus bayar. Ini kita gratiskan semua.

Itu akhirnya menurut saya mereka kemudian percaya pada kita dan pada saat Pilwakot yang kedua di tahun 2020 saat Covid tuh, ya alhamdulillah kita bisa mendapat dukungan yang menurut saya sangat spektakuler.

Nah, pas zaman Covid itu semua kan pasti lockdown juga di Semarang, hal terberat apa waktu itu yang Bapak hadapi di Semarang?

Sangat berat, terutama berhadapan dengan kelompok yang membutuhkan pekerjaan supaya mereka bisa makan sehari-hari. Jadi Covid ini kan penyakit atau pandemi yang baru pertama kali buat kita. Kemudian kita belajar, katanya enggak boleh ketemu, enggak boleh bersentuhan, katanya enggak boleh dekat-dekat supaya mereka bisa memutus mata rantai virus tersebut.

Nah, problem utamanya ternyata banyak masyarakat Semarang itu yang enggak punya tabungan, yang mereka harus bekerja dulu sehari-hari supaya bisa kasih makan. Pada saat saya bilang kepada mereka, jangan jualan dulu ya, lagi musim Covid, nanti kamu kena Covid bisa meninggal loh, belum ada obatnya.

Mereka bilang, Bapak lebih kasihan anak-anak saya enggak terkena Covid atau kalau anak-anak saya enggak bisa makan kemudian juga mati, Bapak kasihan mana? Ya kalau bisa dua-duanya jangan. Kalau begitu Pak, Bapak harus mengizinkan kita bekerja. Kalau kita enggak bekerja, kita enggak bisa makan, Pak. Anak-anak saya nanti juga mati juga.

Nah, itulah yang kemudian kita menemukan sebuah rumusan di bulan April. Saya ingat itu ya, di bulan April 2020 yang namanya PKM, Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Jadi sebelum pemerintah pusat keluarkan PPKM, kita di tahun 2020 sudah keluarkan itu.

Jadi saya katakana, kamu boleh bekerja, tapi siang hari ya, itu juga tempat duduknya tolong dong yang tadinya kapasitas 10 jadi 5, 20 jadi 10. Mereka kemudian minta agar dibolehkan juga berjualan malam hari, diskusi lagi nih kita. Dari mulai mereka minta tutup jam 12, jam 11, jam 10. Kita sepakati dulu sampai jam 9 malam.

Karena mereka membandel tetap berjualan melewati batas Waktu itu, pernah kejadian petugas Satpol PP menggunakan mobil pemadam kebakaran untuk mengusir mereka. Sempat viral waktu itu. Saya marahin mereka, enggak kayak gitu caranya. Akhirnya rembuk lagi dan mereka kemudian bisa memahami kita tutup sampai jam 10 malam.

Dari situ muncul sebuah semangat bahwa mesti bareng-bareng. Enggak bisa kebijakannya top down gitu. Kadang-kadang kita harus mendengarkan yang di bawah juga. Syukurnya saya punya tim Forkopimda yang keren waktu itu, Pak Kapolrestabes, Pak Dandim, Pak Kajari kita turun.

Jadi waktu itu memang situasinya kita lagi diuji benar untuk bisa menenangkan masyarakat karena pandemi Covid. Dan saya selalu bersyukur, alhamdulillah pemerintah pusat kemudian memberikan instruksi ke pemerintah daerah kita mampu mengatasi itu dengan baik.

Ketika menjabat sebagai Wali Kota Semarang, Bapak sangat intens dalam menata kota, apalagi disertasi S3 Bapak adalah tentang smart city, bagaimana ceritanya?

Begini, saya ingat ya 2012-2013 banyak kota-kota di dunia kemudian diulas. New York, Tokyo, Singapura, mereka memanfaatkan momentum kemajuan teknologi informasi untuk membuat kotanya berkembang sedemikian cepat. Tapi pemahaman smart city yang saya baca waktu itu kan butuh duit banyak sekali. Triliunan untuk mempersiapkan teknologi, mempersiapkan alat-alatnya itu kan.

Menurut saya, kota-kota besar di Indonesia enggak boleh ketinggalan. Jakarta sudah memulai itu 2013. Saya bilang dengan kemampuan APBD Semarang masa kita harus menunggu besok-besok, saya bilang sama teman-teman. Terus gimana Pak? Kita buat smart city saja. Tapi konsepnya adalah bagaimana kemudian program kita itu bisa memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah.

Akhirnya kita gandeng Telkom, pemasangan wifi gitu kan. Kemudian kita anggarkan juga 10.500 CCTV kita pasang di tiap RT. Kenapa di tiap RT? Ini ada ceritanya. Pak Kapolrestabes saya waktu itu di tahun 2013 mencoba mengungkap kasus pembunuhan, ternyata mereka pakai CCTV.

Ada di sebuah ruas jalan, pembunuhannya terungkap, kemudian pembunuhnya lari pada saat belok ke sebuah jalan sudah hilang karena enggak ada CCTV yang memantau itu. Oke, dalam pikiran saya, kalau kemudian semua ruas jalan bisa tersambung CCTV pasti bisa mengungkap banyak kasus. Dan itu menjadi komitmen kita dengan Pak Kapolrestabes.

Kita siapin CCTV hingga tingkat RT dan alhamdulillah di hari-hari setelah itu saya sama Pak Kapolrestabes selalu tanya kejadian menonjol apa? Kemarin ada yang curi motor. Sudah ditangkap? Sudah Pak. Nah kan gitu, cepat. Kemarin ada pembunuhan, sudah ditangkap Pak? Sudah. Jadi semua jejaknya hari ini di Semarang bisa terdeteksi karena CCTV.

Langkah Bapak menangani banjir di sekitar Kota Lama Semarang juga banyak mendapat apresiasi, bahkan sejumlah penghargaan juga disematkan saat Bapak menjabat Wali Kota Semarang, tanggapan Bapak?

Begini, kalau saya meyakini kata orang bijak, ada orang ada masanya. Ada masa ada orangnya. Hari ini kan yang pasti wali kotanya sudah bukan saya. Jadi saya enggak mau komentar banyak tentang hal-hal yang ada di Semarang. Tapi waktu itu saya merasa bahwa konsep yang paling bagus untuk bisa membuat wilayah itu berkembang cepat perlu ada partisipasi masyarakat.

Nah, saya coba lakukan itu. Masyarakat harus dibuat percaya dengan pemerintahnya. Kemudian dia ikut terlibat aktif. Wah pasti cepat. Dan waktu itu menurut saya masyarakat Semarang sangat membantu kita untuk bisa membuat Semarang berkembang lebih baik. Jadi kalau ada bonus gitu ya penghargaan, ya itu buat masyarakat bukan buat saya.

Saat menjadi Wali Kota Semarang pula Bapak dinilai sebagai orang yang unggul dalam menangani banjir, salah satunya di Kota Lama Semarang. Bagaimana cara Bapak menangani banjir Ketika itu?

Ya sebenarnya kalau dibilang 100 persen juga tidak karena perubahan iklim ini sedemikian cepat. Kita sudah menyusun perencanaan, kita bangun dengan diameter misalnya 1 meter untuk saluran. Tiba-tiba hari ini kalau kita cek 1 meter sudah enggak mampu menampung hujan. Tapi prinsipnya sebenarnya adalah bagaimana kita memanage air itu dengan baik.

Semarang ini kan pesisir, dia punya perbukitan, dia punya dataran rendah, dia punya berbatasan dengan laut. Kalau pas musim hujan, ya gimana caranya air itu yang dari atas tidak langsung ke bawah. Maka ada namanya program sumur resapan. Jadi dari rumah, air hujan itu kemudian ditampung, dimasukkan di dalam sebuah kolam.

Termasuk yang paling penting adalah mengawal supaya tata ruang yang ada di daerah atas itu bisa dijaga. Tidak semuanya terbuka. Harus ada daerah-daerah yang kita buat tetap hijau. Dilarang untuk membangun di situ. Itu penting sekali.

Nah, bagaimana yang di bawah? Yang di bawah pasti harus dibuat saluran-saluran yang memadai supaya mengalir ke laut. Problemnya adalah karena langsung berbatasan dengan laut, kalau rob air lautnya naik. Nah itu harus dibendung supaya air laut itu tidak masuk ke daerah bawahnya kota atas.

Waktu itu saya memulai di Kali Banger, kenapa enggak Kali Banger ini kita coba bendung? Coba kita lihat Kali Banger itu. Ini kan panjangnya mungkin katakanlah 20 meter di muara. Kita tutup saja. Itu cari tanah-tanah kita tutup, lalu kita pengadaan pompa di situ, pada saat banjir airnya dinaikkan ke laut. Ternyata efektif.

Daerah di sepanjang Kali Banger yang biasanya hujan, banjir kalau rob, kering. Alhamdulillah. Nah, teori itu kemudian kita praktikkan di beberapa muara sungai. Dan alhamdulillah aman. Pak Basuki Menteri PUPR setuju dengan konsep itu. Jadi mulai dibangun kolam retensi di daerah atas, dibangun tanggul di daerah Semarang Utara, dibangun lagi di daerah Banjir Kanal Timur.

Ya menurut saya sudah sangat berbeda. Tapi toh kalau kemarin saya dengar Semarang ada banjir besar ya karena debit air hujannya sudah sangat berbeda. Maka mesti dilakukan upaya-upaya upaya optimalisasi supaya air itu bisa tetap dikelola dan di-manage dengan baik.

 

 

5 dari 6 halaman

Pengadaan Barang dan Jasa Rentan Dikorupsi

Setelah menjadi Wali Kota Semarang, kini Bapak menjabat Kepala LKPP, pasti ada ceritanya juga?

Ya ceritanya sangat cepat ya, sangat cepat. Saya rasa karena dinamika politik juga. Tapi saya selalu menyampaikan pada keluarga, bahwa saya bisa begini ya karena partai. Jadi saya harus siap ditugaskan di mana saja. Kan saya pernah ditugasi jadi dewan provinsi, pernah wakil wali kota, pernah wali kota. Jadi pada saat kemudian harus ke LKPP karena ini adalah sebuah tugas, kita siap saja.

Jadi sangat cepat sekali. Saya ingat waktu itu saya ditelepon lagi wisuda anak saya oleh Menseskab Pak Pramono Anung. Terus, sehari dua hari kemudian Mensesneg Pak Pratikno telepon. Hari Minggu bisa ke Jakarta? Bisa, acara apa Pak Menteri? Ya Senin kan kamu dilantik. Memang Ibu, maksudnya Ibu Mega, Ibu belum menyampaikan ini? Oh ya siap.

Jadi saya hari Minggu ke Jakarta, enggak ngerti harus tidur di mana. Terus kemudian bajunya seperti apa. Akhirnya saya nginap di sebuah apartemen di Menteng situ. Pokoknya saya lihat ada apartemen lumayan, saya sewa dulu. Enggak ada cuciannya, laundry-nya enggak ada. Jadi numpuk itu.

Saya bajunya itu-itu terus selama seminggu di LKPP ini. Ya alhamdulillah kemudian setelah seminggu baru tahu ada rumah dinas, ada kendaraan dinas.

Selama satu setengah tahun menjabat Kepala LKPP, bagaimana Bapak melihat peran lembaga ini?

Ya kalau saya sangat sepakat dengan yang disampaikan Pak Presiden ya, bahwa urusan pengadaan ini sangat menentukan maju mundurnya sebuah negara, termasuk Indonesia. Dia mengatakan, coba dihitung ada berapa belanja di seluruh kementerian dan lembaga pemerintah daerah.

Setelah kita punya data, dihitung rata-rata 5 tahun terakhir ini selalu di atas Rp1.000 triliun. Tahun 2023 Rp1.226 triliun. Kan ada APBN, tapi kemudian ada untuk gaji dan lain-lain. Menurut BPS, setiap Rp400 triliun yang dipakai untuk beli produk dalam negeri itu bisa melibatkan dua juta tenaga kerja. Bisa kemudian menaikkan pertumbuhan ekonomi 1,5 sampai 1,8 persen.

Jadi, kata Pak Presiden, kalau Pak Hendi hari ini mampu membuat kebijakan yang bisa membuat belanja itu didominasi dengan produk dalam negeri, Indonesia akan maju. Karena minimal 6 juta orang akan terlibat bekerja mengurangi pengangguran dan ada tambahan sekitar 4,5 persen dari pertumbuhan ekonomi yang ada hari ini sekitar 5. Jadi Indonesia akan terus tumbuh berkembang dengan baik.

Maka kemudian saya mencatat perintah Beliau waktu itu. Pengadaan barang jasa harus pro produk dalam negeri, pengadaan barang jasa harus pro UMKK, Usaha Mikro Kecil Koperasi. Sistem pengadaan barang jasa yang akan diterapkan harus kemudian memenuhi unsur supaya sistemnya transparan, efisien dan mempercepat proses penyerapan anggaran.

Muncullah namanya E-Katalog. Jadi saya beruntung ya menggantikan Pak Anas, karena Pak Anas itu sudah memberikan pondasi yang sangat baik untuk arah itu. Nah cuma hari ini PR kami adalah bagaimana kemudian pengadaan barang jasa ini harus punya undang-undang. Nah kita lagi menyusun itu. Doakan bisa selesai.

Yang kedua, katalog yang lama ini ternyata dikeluhkan oleh teman-teman di pengadaan barang jasa. Zaman sudah maju, zaman sudah online, katalognya pemerintah cuma bisa buat transaksi. Pas bayar kenapa harus pakai model konvensional?

Kemudian kerja samalah kita dengan Telkom, 28 Maret lalu sudah diluncurkan katalog terbaru versi enam. Jadi tidak hanya mulai transaksi, tapi juga pengiriman dan pembayarannya juga bisa lewat E-Katalog tadi.

Satu lagi, di 2022 Pak Anas kemudian melakukan namanya konsolidasi harga pengadaan. Jadi kan harganya beraneka ragam. Pak Anas kemudian membuat pondasi di proyek pengadaan yang besar itu dikonsolidasi dulu. Dia waktu itu bisa melakukan efisiensi Rp1,5 triliun untuk pengadaan laptop yang ada di Kementerian Pendidikan kalau enggak salah.

Nah di tahun 2024, 2023 alhamdulillah teman-teman juga kita minta untuk terus aktif melaukan konsolidasi. Termasuk yang terakhir itu untuk pengadaan alat-alat KPU, logistiknya. Kemudian beberapa tempat yang lain kita sudah efisiensi sampai Rp2,1 triliun.

Saya bisa bilang, wah enak ya di LKPP, semuanya terukur. Kita tinggal menjalankan perintah Pak Presiden seperti apa, dan kita bisa saksikan data itu dengan data-data yang terukur. Jadi mudah-mudahan sampai ke bawahnya itu kemudian bisa memahami pengadaan barang jasa tidak hanya untuk keuntungan oknum-oknum dalam konteks pribadi, tapi justru mampu menggerakkan ekonomi di daerah.

Soal pro produk dalam negeri tadi bagaimana penerapannya di lapangan?

Kita turun terus ke bawah, kita sosialisasi. Memang mengubah kebiasaan itu hal yang enggak mudah. Di awal-awal waktu saya ngomong produk dalam negeri gitu ya, ada yang setuju, ada juga kemudian melakukan sebuah penolakan.

Misalnya begini, eh itu anggaranmu itu catatanya tuh untuk produk dalam negeri masih kecil loh. Mereka beralasan produk dalam negeri harganya mahal. Padahal, harganya mahal karena kita enggak pernah beli. Kalau kita beli volumenya banyak, mereka pasti cost produksinya semakin kecil.

Selain itu, mereka da juga yang menilai kualitas produk dalam negeri jelek. Loh, kalau kualitas jelek kan urusan kita, urusan pemerintah. Jadi mesti kita sampaikan ke mereka. Barangmu itu kualitasnya kurang baik loh. Dalam sisi apa? Kemasannya. Ini loh caranya begini, kasih pelatihan packaging dan lainnya.

Atau barangmu itu misalnya, kandungan luar negerinya masih terlalu banyak loh. Kan bisa diganti ini. Itu kan fungsi pemerintah. Jangan kita tiba-tiba menghakimi mereka enggak mau beli, ya keliru juga.

Untuk audit terhadap barang-barang itu bagaimana LKPP melakukannya?

Itu juga masuk program kita. Kita kerja sama dengan BPKP. Kemudian atas request dari KPK kita luncurkan namanya e-Audit ya. E-Audit itu adalah sebuah sistem yang kemudian membuat pemerintah daerah, kementerian, lembaga, terutama inspekturnya itu bisa memantau sebuah transaksi yang dinilai mencurigakan.

Ada empat komponen. Satu, misalnya bagian pengadaan, kemudian pada saat pengadaan yang ditunjuk perusahaan saya terus, itu pasti alarmnya bunyi. Kemudian ada salah satu perusahaan harganya jauh lebih tinggi tapi dijadikqn pemenang, itu bunyi. Atau misalnya perusahaannya sudah beda-beda, tapi nama direkturnya atau komisarisnya ada yang sama terus. Nah itu alarmnya bunyi.

Itu kita sosialisasikan terus kepada teman-teman daerah, kementerian, lembaga, supaya sistem ini bisa mencegah potensi korupsi di dalam pengadaan barang dan jasa.

Kalau cerita di media kan banyak ya. Kita harus jujur dulu, pengadaan barang dan jasa itu sangat rentan dikorupsi. Jadi KPK pernah merilis dari semua jumlah korupsi yang diungkap, paling besar di wilayah pengadaan barang jasa.

Itu makanya menjadi fokus Pak Presiden supaya kami di LKPP itu bisa membuat sistem yang meminimalkan atau mencegah potensi korupsi.

 

6 dari 6 halaman

Kabar Maju di Pilkada Jateng

Sejumlah lembaga dan organisasi disebut-sebut mengusulkan nama Bapak untuk maju di Pilkada Jawa Tengah, bagaimana tanggapannya?

Saya kok belum pernah dengar ya. Jadi, nggak usah ditanggapi ya.

Jadi ini masih rahasia?

Memang bukan wilayah saya untuk menanggapi itu.

Sekarang Bapak masih sering bolak-balik Jakarta dan Semarang?

Masih, karena rumah saya di Semarang. Kebetulan anak saya yang nomor 3 kuliah di Depok, di Jakarta, kemudian Nyonya ya wara-wiri tergantung acara. Kalau saya setiap hari kerja pasti di jalanan.

Berarti Bapak masih melihat perkembangan Semarang dan Jawa Tengah saat ini. Menurut Bapak apa sih yang harus di perbaiki di Jawa Tengah?

Pasti yang namanya pemimpin itu mencoba melakukan yang terbaik, termasuk pemimpin-pemimpin di Jawa Tengah saya yakin mereka juga sudah melakukan upaya yang terbaik untuk memajukan wilayahnya.

Tapi yang paling penting sebenarnya harus disadari adalah bagaimana kemudian kita bisa berkomunikasi dan melihat dinamika yang berkembang hari ini. Kalau dinamikanya hari ini, percepatannya harus memakai digitalisasi, ya itu mesti harus diterapkan.

Kalau kemudian masyarakatnya belum siap dengan itu, ya jangan dipaksakan. Saya rasa yang paling penting bagaimana nanti pemimpin itu bisa mendengarkan aspirasi masyarakat, ditambah dengan dinamika yang ada supaya antara ide, gagasan dan kebutuhan serta kemampuan masyarakat itu bisa jadi sebuah program yang langsung kencang larinya.

Misalnya ada orang yang punya ide besar atau gagasan. Kemudian dia jadi kepala daerah ya, kemudian dari ide yang besar itu kemampuan di APBD-nya ada, kemampuan PNS-nya ada, tapi masyarakat belum memerlukan. Itu pasti enggak jalan.

Terus bagaimana caranya itu bisa dijalankan? Ya diedukasi dulu masyarakatnya. Aku mau kayak gini loh, tapi kamu mesti begini-begini. Oke-oke, siap Pak. Baru diluncurkan. Intinya komunikasi.

Artinya dalam banyak posisi dan jabatan yang pernah Bapak pegang, komunikasi itu sangat penting?

Pasti. Sebagai sales saya mesti berbaik-baik sama calon pembeli. Jualan kan, supaya mereka mau beli. Sebagai Anggota Dewan mesti berkomunikasi dengan masyarakat, mendengarkan aspirasi supaya bisa memperjuangkan aspirasi mereka.

Jadi wali kota juga begitu. Mesti berbaik-baik, berkomunikasi dengan warga supaya ngerti pembangunan yang diinginkan masyarakat seperti apa. Jangan sampai butuhnya banjir, dibangunnya hal lain. Butuhnya sekolah, dibangunnya perkantoran. Kita itu kan selalu berdiskusi dengan resources yang terbatas, anggaran yang enggak maksimal. Jadi mesti ada skala prioritas.

Nah, sekarang di LKPP juga gitu. Dulu saya menemukan LKPP ini, mohon maaf, barangkali saya salah ya. Itu lembaga yang sangat esklusif, ketemu pengusaha enggak boleh, ketemu ini dilarang. Saya bilang, kalau kamu enggak bisa membuka diri, mana tahu kita kesulitan dari teman-teman yang memakai kebijakan kita.

Pengusaha pada saat transaksi kan menggunakan kebijakan dari LKPP. Masa kita enggak mau temui mereka. Yang penting jangan memakai kepentingan pribadi kita pada saat menemui mereka. Jadi akhirnya sekarang kita sangat terbuka ketemu pengusaha.

Dengan semua kesibukan saat ini, Bapak masih bisa kumpul-kumpul sama keluarga?

Masih sempat. Cuma ya mereka mesti menyesuaikan. Kalau waktu saya jadi wali kota, praktis memang saya egois. Anak-anak dan istri harus menyesuaikan waktu kosong saya. Jadi enggak bisa ngomong setiap weekend kita ketemu, enggak bisa. Kadang-kadang kalau kosongnya hari Senin, Selasa, ya saya pakai semaksimal mungkin.

Quality time gitu ya, ketemu mereka. Karena kalau kepala daerah itu saya yakin semua sama. Justru di weekend tuh acaranya banyak. Pagi sampai malam itu.

Tapi kalau di LKPP, ya alhamdulillah lah. Saya masih bisa ngomong ke anak-anak saya nanti Sabtu kita makan bareng ya. Atau Minggu siang kita makan bareng. Masih bisa. Karena kalau di LKPP ini ya kayak orang kantoran gitu ya. Senin sampai Jumat, ya Sabtu-Minggu praktis libur. Kecuali ada teman-teman staf yang lagi mantu atau apa ya kita sempatkan datang.

Apa pesan Bapak untuk generasi penerus Indonesia?

Ya buat semuanya terutama anak muda yang lagi berjuang untuk bisa menggapai sebuah cita-cita yang lebih baik, sukses. Jadi jangan pernah pantang menyerah. Selalu munculkan kreasi, perbedaan-perbedaan yang positif untuk kamu bisa berkompetisi dengan teman-teman yang ada di lingkunganmu.

Jadi bahwa itu berhasil atau gagal, terus lakukan mumpung masih muda. Karena kalau muda gagal, ada kesempatan untuk bisa menjadi sukses. Tapi jangan sampai kemudian gagalnya pada saat tua ya. Jadi mesti berjuang terus. Jangan pernah menyerah di saat Anda muda untuk sukses di kemudian hari.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini