Sukses

Cerita Megawati di Balik NU dan Muhammadiyah Raih Anugerah Zayed Award

Selama proses penjurian, Megawati bersama dewan juri lainnya memilih lebih dari ratusan kandidat dari berbagai dunia. Sampai akhirnya, ada dua organisasi NU dan Muhammadiyah yang masuk sebagai nominasi.

Liputan6.com, Jakarta Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berhasil menorehkan prestasi international. Kedua organisasi tersebut menyabet penghargaan Zayed Award for Human Fraternity (ZAHF) tahun 2024.

Di balik penghargaan itu, ternyata ada peran besar Presiden Ke-5 Megawati Soekarnoputri yang dipercaya sebagai salah satu juri atas keinginan langsung dari Imam Besar Al Azhar Prof Ahmad el Thayyeb, yang disampaikan Sekjen Hukama Muslimin (MHM) Prof Mohamed Abdusalam.

“Saya ketika diminta jadi salah satu juri. Saya tidak senang yang disanjung- sanjung. Kenapa, saya yang dipilih. Dari Sekjen menyebut, bahwa saya ini diminta langsung oleh Imam Besar Al Azhar Prof Ahmad el Thayyeb,” kata Megawati di aula Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (11/2).

Alasan dari Imam Besar Al Azhar, karena telah sejak lama mengikuti perjuangan Megawati selaku tokoh perempuan Indonesia yang telah memperjuangkan nasib manusia, dan hak-hak kaum perempuan.

“Ini selalu, saya merasa aneh kenapa perempuan tidak boleh maju ya. Kenapa perempuan tidak boleh punya hak yang sama dengan laki-laki. Itu semua pergolakan pikiran saya sejak anak-anak sampai hari ini. Akhirnya saya bersedia,” ujarnya.

Sebagai dewan juri independen, Megawati turut bersanding dengan empat tokoh dunia lainnya. Mereka adalah Prefek Emeritus Tahta Suci Dikasteri Gereja Oriental, Cardinal Leonardo Sandri, Sekjen Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), Rebeca Grynspan Mayufis.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memilih Lebih dari Ratusan Kandidat

Kemudian, Ketua Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional, Rabbi Abraham Cooper, mantan direktur jenderal UNESCO dan mantan menteri Bulgaria, Irina Bokova, dan Sekjen Zayed Award, Mohamed Abdelsalam.

“Jadi kalau dibilang saya terus menerus mengikuti (rapat). Karena tentu diperbolehkan kalau mau beristirahat. Tapi saya berpikir, begini, sebenarnya juri itu tadi disebut 5, empat itu dari barat. Dan satu dari Asia yaitu Saya, muslim, Asia, Wanita,” jelas Megawati.

Selama proses penjurian, Megawati bersama dewan juri lainnya memilih lebih dari ratusan kandidat dari berbagai dunia. Sampai akhirnya, ada dua organisasi NU dan Muhammadiyah yang masuk sebagai nominasi.

“Dari semua yang telah dikumpulkan begitu banyak. Lalu saya befikirnya bagaimana saya harus berbicara untuk memulai meyakinkan mereka berempat (Juri lainnya) ini,” tutur Megawati.

Dalam memaparkan hasil penjuriannya, Megawati mengungkap caranya berdiplomasi agar men-trigger awal perkenalannya. Dengan menegaskan posisinya sebagai seorang wanita Indonesia yang pernah memiliki sepak terjang perjuangan, dan politik.

“Ketika berbicara satu-satu, saya (perkenalkan diri adalah Ibu Megawati Soekarno Putri. Saya seorang perempuan, saya sengaja mentriger supaya perempuan yang lain terasa waw,” tuturnya.

“Jadi saya bilang, saya anggota DPR 3 kali, Wakil Presiden, Presiden Republik Indonesia. Jadi betul saya kebetulan kuliah di psikologi dan saya ingin membangun mestinya saya berada di atas,” tambah dia.

 

 

3 dari 4 halaman

Paparkan Perjuangan 2 Organisasi

Setelah itu, Megawati pun memaparkan perjuangan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yang hadir untuk merebut kemerdekaan. Dengan membantu para pejuang melawan para penjajah demi Indonesia.

“Mereka berbeda dengan yang lain, mereka ini bertempur. Bukan hanya membuat masjid, mereka bertempur untuk kemerdekaan negara kami, Muhammadiyah 1912, dab NU 1926,” ujarnya.

Selain itu, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) tersebut juga membeberkan kakeknya bernama Hasan Din ayah dari Fatmawati yang merupakan tokoh perjuangan dan Ketua Dewan Pimpinan Muhammadiyah di Bengkulu.

Sampai, kisah heroik perjuangan Kyai NU yang ada di Jabodetabek untuk melawan para penjajah Belanda. Mereka berjuang bersama para kaum petani yang mempertahankan hak-hak mereka.

“Maksud saya menceritakan seperti ini, karena kita sudah mulai melupakan sejarah bamgsa kita. Karena kita tidak mudah bisa seperti ini duduk enak. Ini cerita saya kepada mereka, saya bukan cerita kepada kalian. Kepada mereka,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua DPP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah menjelaskan kontribusi dan diplomasi Megawati. Akhirnya berhasil membawa dua organisasi Islam yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mendapat anugerah penghargaan Zayed Award.

"Hal ini tidak luput dari perjuangan gigih dan kepiawaian diplomasi Ibu Megawati Soekrnoputri dalam menjelaskan dan meyakinkan Dewan Juri lainnya tentang latar belakang berdirinya dan peran organisasi NU dan Muhammadiyah dalam memberikan kontribusinya,” kata Basarah.

 

4 dari 4 halaman

Awalnya Diusulkan oleh Ramos Horta

Basarah mengatakan masuknya NU dan Muhammadiyah dalam nominasi ZA awalnya diusulkan oleh Presiden Timor Leste Ramos Horta yang beragama Katolik. Hal itu menjadi tanda eksistensi kedua ormas Islam itu diakui dan dirasakan oleh bangsa luar dan agama yang berbeda.

"Kita sebagai bangsa Indonesia patut ikut merasa terhormat serta patus bersyukur atas kemenangan NU dan Muhammadiyah dalam ZAHF tahun ini. Kemenangan ini merupakan recognisi dunia bagi organisasi Islam Indonesia yang membawa pesan toleransi, inklusif dan persaudaraan universal dengan semangat Islam Rahmatam Lil Alamin," kata Wakil Ketua MPR RI itu.

Adapun, tasyakuran penganugerahan penghargaan Zahf Tahun 2024 turut dihadiri; Sekretaris PP MuhammadiyahAbdul Mu'ti; Men Pan-RB Azwar Anas; Mantan Ketua Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siradj.

Kemudian, Wakil Ketua TPN, Gatot Eddy Pramono; Plt Ketua Umum PPP, Mardiono; Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi; Waketum Partai Hanura Herry Lontung Siregar.

Reporter: Bachtiarudib Alam/Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini