Sukses

BMKG Sebut Gempa Bali Jadi Alarm Adanya Potensi Lindu Signifikan

BMKG menyebut gempa Bali ini menjadi alarm pengingat bahwa kita patut waspada.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan, jika memperhatikan lokasi gempa di Bali, Selasa 15 Juli 2019, tampak episenter dan kedalaman hiposenternya merupakan gempa kedalaman menengah. Ini dipicu deformasi batuan tepat di bidang kontak antar lempeng.

"Hasil relokasi sumber gempa menunjukkan bahwa episenter terletak pada koordinat 8,97 LS dan 114,4 BT dengan kedalaman 75,6 km. Pada kedalaman ini berarti pusat gempa tidak terletak pada kerak benua, tetapi berada di zona slab interface-nya. Artinya gempa ini berada di bidang kontak antar lempeng yang populer disebut sebagai interplate earthquake," jelas Daryono kepada Liputan6.com, Kamis (18/7/2019).

Jika ketebalan kerak benua (Eurasia) rata-rata sekitar 30 km dan di bawahnya terdapat lithospheric mantle hingga kedalaman lebih dari 100 km, maka gempa pada slab interface masih terjadi hingga kedalaman 100 km.

"Gempa ini memiliki mekanisme sumber yang merupakan kombinasi antara pergerakan naik dan mendatar (oblique)," ujar dia.

Namun begitu, kondisi ini dinilainya wajar karena hiposenternya terletak di zona transisi Megathrust-Benioff. Mekanisme sumber murni sesar naik (thrust fault) biasanya berada di zona megathrust yang kedalamanya lebih dangkal.

Gempa tersebut, lanjut dia, seolah memberikan pesan bahwa zona subduksi lempeng selatan Bali masih aktif dan mampu memicu gempa signifikan.

"Gempa ini menjadi alarm pengingat bahwa kita patut waspada. Manifestasi sikap waspada dapat diwujudkan dengan membenahi upaya mitigasi secara menyeluruh, baik upaya mitigasi struktural maupun nonstruktural, bukan dalam bentuk sikap ketakutan dan kecemasan, serta sikap yang tidak produktif," ujar Daryono.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sejarah Gempa Bali

Potensi gempa kuat di zona subduksi juga tercermin dalam catatan sejarah. Satu satunya peristiwa gempa besar akibat aktivitas subduksi lempeng selatan Bali adalah peristiwa Gempa Bali 21 Januari 1917.

"Gempa yang terjadi pagi hari pukul 6.50 WITA itu episenternya berada di Samudra Hindia sebelah tenggara Pulau Bali," ujar dia.

Menurut Fox (2010), lanjut Daryono, gempa ini menyebabkan 1.500 orang meninggal, merusak 64.000 bangunan rumah termasuk beberapa istana, 10.000 lumbung beras, dan 2.431 Pura, termasuk Pura Besakih. Menurut Soloviev (1974), gempa ini memicu tsunami di Klungkung hingga Benoa setinggi 2 meter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • BMKG adalah singkatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang berstatus Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPN).

    BMKG

  • Gempa Bali