Sukses

Sigi: Mimpi Semu Teluk Jakarta

Nelayan setempat meyakini cemaran laut itu salah satunya disebabkan aktivitas pembuangan limbah pabrik pergudangan di sekitar Teluk Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Perairan Teluk Jakarta jadi bagian yang tak terlepaskan bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari Teluk Jakarta. Sayang, kondisi perairan tercemar sampah domestik rumah tangga. Selain itu, sejumlah faktor pencemaran lainnya juga mempengaruhi perairan itu yang berdampak pada para nelayan.

Suwardi adalah salah satu nelayan kerang hijau yang masih bertahan di Teluk Jakarta. Tak banyak hasil yang bisa ia harapkan dari keramba kerang hijau. Hasil ternak kerang hijau miliknya bahkan terus menurun sejak 4 tahun terakhir.

Prihatin, karena kerang-kerang hitam justru mendominasi di keramba miliknya beberapa tahun terakhir. Kerang yang tak laku di pasaran. Hal ini memaksa panen kerang hijau dipercepat, walau belum masuk masanya.

Sementara di sisi lain Teluk Jakarta, Amin, nelayan ikan dengan menggunakan alat tembak tradisional sangat menggantungkan hidupnya dari perairan itu. Nasibnya tak jauh berbeda dengan Suwardi.

Pencemaran Teluk Jakarta memang cukup mengganggu aktivitas para nelayan setempat. Khususnya yang menjadikan teluk itu sebagai mata pencaharian sehari-hari.

Nelayan setempat meyakini, cemaran laut itu salah satunya disebabkan aktivitas pembuangan limbah pabrik pergudangan di sekitar Teluk Jakarta. 

Selain itu, 13 sungai di Jakarta yang bermuara di kawasan Teluk Jakarta, menjadi sumber petaka itu muncul. Perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab mengakibatkan sungai membawa berbagai macam limbah. Mulai dari limbah organik hingga limbah yang mengandung kimia berbahaya.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, beban pencemaran di Teluk Jakarta cukup besar. Hanya 8 persen dari 70 persen pencemaran yang masuk di Teluk Jakarta yang bisa terolah.

Dengan kondisi lingkungan yang jauh dari mutu standar kesehatan, risiko penularan bakteri atau virus pun bisa dengan mudah terpapar ke tubuh manusia. Lembaga Penelitian Indonesia di tahun 2015 sempat meneliti hal ini. Hasilnya, cukup mengkhawatirkan.

Hasil penelitian menerangkan bahwa, Teluk Jakarta tercemar beberapa logam berat seperti timah hitam, merkuri, tembaga, dan beberapa logam berat lain yang bisa terakumulasi di dalam kerang hijau dan dapat mengganggu perkembangbiakan kerang hijau.

Persoalan pencemaran di Teluk Jakarta perlu segera diselesaikan. Tak hanya pembangunan ekonomi saja yang terus dilakukan, keseimbangan alam juga patut mendapat perhatian lebih.

Benarkan pencemaran di Teluk Jakarta sudah pada tahap memprihatinkan? Saksikan selengkapnya dalam tayangan Sigi SCTV edisi Sabtu (14/5/2016), di bawah ini.