Liputan6.com, Ponorogo: Ratusan hektare areal hutan pinus milik Perusahaan Umum Kehutanan Negara Indonesia (Perhutani) di Ponorogo, Jawa Timur, dilaporkan terbakar. Berdasarkan pemantauan SCTV hingga Ahad (27/9) ini, kebakaran hutan sudah terjadi sejak dua hari terakhir. Lantaran takut merembet ke pemukiman penduduk, puluhan warga di sekitar areal hutan memilih mengungsi ke lereng gunung.
Areal hutan yang terbakar tersebut terletak di wilayah Gunung Prongos, Gunung Duet, dan Gunung Centong, Desa Karang Patihan, Kecamatan Balong, Ponorogo. Tiupan angin yang kencang ditambah banyaknya semak belukar yang kering menyebabkan kobaran api terus membesar dan merembet ke areal hutan di sekitarnya.
Para warga yang mengungsi memilih menyelamatkan diri di rumah saudara dan tetangga di lereng gunung, yang diperkirakan lebih aman dari jangkauan api. Kendati demikian warga mengaku khawatir, bila sewaktu-waktu si jago merah akan membakar rumah tinggal mereka. “Kami khawatir dan cemas karena dekat rumah,” kata Nyamut, warga sekitar hutan.
Menurut dugaan sementara, kebakaran ini disebabkan percikan dari balon api yang banyak dibuat warga untuk perayaan Idulfitri. “Jadi kalau Lebaran itu, warga terbiasa membuat balon api,” ujar Daud Cahyono, warga setempat.
Lantaran medan yang berat dan lokasi yang jauh, proses pemadaman sulit dilakukan. Akibat kejadian ini, diperkirakan Perhutani menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah.
Kasus hutan pinus yang terbakar pun terjadi menjelang akhir September ini. Sedikitnya 20 hektare hutan pinus beserta alang-alang di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat, pun ludes dilalap api [baca: Hutan Pinus di Gunung Guntur Terbakar]. Uniknya, warga meyakini sumber api berasal dari kaki gunung di Blok Legok Pulus, yakni akibat bebatuan pecah yang kemudian menimbulkan percikan api dan kemudian membakar lahan.(EPN)
Areal hutan yang terbakar tersebut terletak di wilayah Gunung Prongos, Gunung Duet, dan Gunung Centong, Desa Karang Patihan, Kecamatan Balong, Ponorogo. Tiupan angin yang kencang ditambah banyaknya semak belukar yang kering menyebabkan kobaran api terus membesar dan merembet ke areal hutan di sekitarnya.
Para warga yang mengungsi memilih menyelamatkan diri di rumah saudara dan tetangga di lereng gunung, yang diperkirakan lebih aman dari jangkauan api. Kendati demikian warga mengaku khawatir, bila sewaktu-waktu si jago merah akan membakar rumah tinggal mereka. “Kami khawatir dan cemas karena dekat rumah,” kata Nyamut, warga sekitar hutan.
Menurut dugaan sementara, kebakaran ini disebabkan percikan dari balon api yang banyak dibuat warga untuk perayaan Idulfitri. “Jadi kalau Lebaran itu, warga terbiasa membuat balon api,” ujar Daud Cahyono, warga setempat.
Lantaran medan yang berat dan lokasi yang jauh, proses pemadaman sulit dilakukan. Akibat kejadian ini, diperkirakan Perhutani menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah.
Kasus hutan pinus yang terbakar pun terjadi menjelang akhir September ini. Sedikitnya 20 hektare hutan pinus beserta alang-alang di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat, pun ludes dilalap api [baca: Hutan Pinus di Gunung Guntur Terbakar]. Uniknya, warga meyakini sumber api berasal dari kaki gunung di Blok Legok Pulus, yakni akibat bebatuan pecah yang kemudian menimbulkan percikan api dan kemudian membakar lahan.(EPN)