Sukses

Warga Israel Masih Bisa Santai di Pantai dan Kafe Usai Diserang Iran, G7 Sibuk Mengutuk

Warga Israel di sejumlah kota dilaporkan masih menjalani kehidupan normal. Mereka bisa bersantai di pantai maupun di kafe yang tetap buka setelah serangan udara Iran ke wilayah mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Saat negara-negara yang tergabung dalam G7 kompak mengutuk serangan drone Iran terhadap Israel, suasana di sejumlah kota di Israel justru terlihat normal. Mereka masih bisa bersantai sambil berjemur di pantai atau menikmati kafe luar ruang pada Minggu, 14 April 2024, beberapa jam setelah serangan Iran.

Mengutip laman NY Post, Senin (15/4/2024), sekitar 99 persen drone dan rudal Iran dicegat di udara oleh Israel dengan bantuan pasukan AS, Yordania, Prancis, dan Inggris, sehingga hanya menyisakan sedikit kerusakan struktural. Hanya seorang anak Arab yang terluka akibat terkena pecahan rudal balistik yang ditembak jatuh dekat rumah keluarganya dekat Arad, kata para pejabat.

Serangan itu merupakan balasan atas pembunuhan tujuh pejuang dan pemimpin Korps Garda Revolusi Islam di Suriah pada 1 April 2024. Meski begitu, warga di Tel Aviv, ibu kota Israel tidak terpengaruh karena kehidupan mereka masih terlihat normal. Suasananya berbeda jauh dari warga Gaza, Palestina, yang hak hidup mereka tak dipedulikan sama sekali oleh tentara Israel.

"Suami saya jalan-jalan jam 8.30, kafe buka, pantai buka," kata Debbie Fenton kepada The Jewish Chronicle dari Herzliya. "Semuanya kembali normal. Orang Israel sudah terbiasa dengan hal itu. Mereka terbiasa diserang; itu kehidupan normal bagi mereka."

Warga Yerusalem, Ayala Salant, mengatakan kepada Agence France-Presse (AFP) bahwa 'situasinya benar-benar menakutkan'. Namun, ia mengatakan 'sangat, sangat senang dengan aliansi yang membantu kami karena sebagian besar pesawat dan rudal belum sampai ke Israel'.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kehidupan Warga di Israel Hanya Terdampak Sedikit

Seorang politikus Inggris, Lord David Wolfson juga berbagi di media sosial bahwa orangtuanya yang berkebangsaan Inggris 'tidak terganggu sama sekali' selama tinggal di Yerusalem.

"Ternyata ada sirene jam 1 pagi, tapi kami berdua ketiduran. Dengan jendela kaca ganda, tirai eksterior logam, dan tirai interior berbahan kain, sirene tidak membangunkan kami," bunyi pesan dari ibunya.

"Semuanya tenang saat ini. Ayah tadi ke toko buah. Dia ada janji makan siang di Maccabi untuk menghilangkan kotoran dari telinganya. Akan naik taksi pulang pergi," tambahnya.

Saham di Bursa Efek Tel Aviv merosot kurang dari satu persen, sebuah reaksi 'sedikit negatif namun tidak histeris' terhadap serangan yang diantisipasi, kata kepala ekonom rumah investasi IBI Rafi Gozlan kepada Times of Israel. Namun, banyak sekolah di Israel dijadwalkan tutup pada Senin ini karena ancaman keamanan yang aktif, menurut outlet tersebut. Hanya beberapa sekolah ultra-Ortodoks dibuka meskipun ada penutupan.

 

3 dari 4 halaman

Orangtua di Israel Protes

Para orangtua dari anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah yang ditutup tersebut menyuarakan rasa frustrasi mereka, karena mereka tetap harus bekerja meskipun sekolah ditutup.

"Ini sangat membuat frustrasi," kata Yulia Ben Moshe, 54, yang putranya yang berusia 16 tahun harus menggunakan kursi roda dan bergantung pada alat bantu pernapasan, merujuk pada penutupan sekolah yang membuatnya kesulitan mendapatkan perawatan.

"Kami berada dalam situasi yang sulit, tetapi sistem perlu merencanakan hal ini. Setiap kali terjadi sesuatu, keluarga harus menghadapinya sendiri," katanya, seraya menambahkan, "Ini adalah masalah yang terus berlanjut selama keadaan darurat."

Kehidupan jauh lebih lambat untuk kembali normal di Israel pada hari-hari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang diklaim menewaskan lebih dari 1.200 orang. Jumlah tersebut tak sebanding dengan 33 ribu nyawa warga Palestina yang melayang dan jutaan lainnya kini hidup dalam krisis kemanusiaan. Meski begitu, negara-negara yang tergabung dalam G7 sibuk mengutuk Iran atas serangan balasan tersebut. 

4 dari 4 halaman

Pemimpin Negara G7 Kutuk Serangan Balasan Iran

Para pemimpin negara-negara G7 mengutuk serangan Iran terhadap Israel pada Minggu, 14 April 2024. Mereka mengatakan akan berupaya mencegah 'eskalasi regional yang tidak terkendali' di Timur Tengah.

Italia, yang menjabat keketuaan G7 saat ini, menggelar pertemuan para pemimpin G7 setelah Presiden AS Joe Biden menjanjikan tanggapan diplomatik yang terkoordinasi terhadap serangan pesawat tak berawak dan rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diluncurkan oleh Iran semalam.

"Dengan tindakannya, Iran telah melangkah lebih jauh menuju destabilisasi kawasan dan berisiko memicu eskalasi regional yang tidak terkendali. Hal ini harus dihindari," demikian pernyataan yang dikeluarkan Italia, dikutip dari Japan Today.

Para pemimpin G7, yang berbicara kurang dari satu jam melalui konferensi video, menyerukan Iran untuk menahan diri. "Dalam semangat ini, kami menuntut Iran dan proksinya menghentikan serangan mereka, dan kami siap mengambil tindakan lebih lanjut saat ini dan sebagai respons terhadap inisiatif destabilisasi lebih lanjut," katanya.

Sebelumnya, Presiden Biden telah memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa AS tidak akan terlibat dalam serangan balasan terhadap Iran jika Israel memutuskan untuk membalas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini