Sukses

Perusahaan Kyoto Bikin Sajadah Tatami, Laris Jadi Oleh-Oleh Khas Jepang

Berapa harga sajadah tatami yang bisa dijadikan oleh-oleh dari Jepang?

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah perusahaan tikar tatami yang berbasis di Kyoto telah meluncurkan produk yang dirancang untuk digunakan saat salat. Inovasi ini dirilis ketika masyarakat Jepang dinilai "sudah beralih dari gaya lantai tradisional," membuat permintaan produk itu turun di pasaran.

Pada akhir Oktober 2023, enam pria Malaysia berkumpul di musala Pusat Dakwah Jepang, sebuah fasilitas bagi umat Islam untuk berinteraksi satu sama lain di Lingkungan Sumiyoshi Osaka, menjajal sajadah tatami, lapor Mainichi, dikutip Sabtu, 30 Desember 2023. Berbaris serempak menghadap kiblat, mereka bersimpuh sambil berdoa.

Lantai tempat salatnya dilapisi sajadah tatami. Kambe Co., yang memiliki sejarah bisnis 106 tahun, mengembangkan sajadah tidak biasa itu. Yusuke Hori, perwakilan penjualan untuk perusahaan yang berbasis di Daerah Minami Kyoto, berkata, "Konsepnya adalah 'pengalaman beribadah yang unik di Jepang.'"

Sajadah tatami yang diberi nama "inori" juga telah dipilih untuk nantinya digunakan sebagai perlengkapan di ruang salat pada Pameran Dunia 2025 di Osaka. Menurut data Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, pasokan tikar tatami dalam negeri, termasuk impor, masih berjumlah sekitar 30 juta lembar hingga sekitar tahun 2005.

Namun, angka itu terus menurun hingga merosot jadi 8,16 juta lembar pada 2022. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 persen diproduksi di dalam negeri. Di tengah kekhawatiran atas penurunan budaya tatami akibat westernisasi, Hori menyebut pihaknya merasakan krisis dan "dorongan untuk mencari pasar lain."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Awal Penciptaan Sajadah Tatami

Perusahaan ini mulai mengerjakan sajadah inori sekitar tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19. Beberapa hotel di Jepang mengubah kamar bergaya Barat jadi khas suasana Jepang untuk wisatawan yang datang dari luar negeri, dan Hori merasa bahwa tatami mungkin lebih populer di kalangan orang asing daripada di Negeri Sakura.

Lalu suatu hari, ketika Hori sedang menonton TV, adegan umat Islam yang sedang salat muncul di layar. Yang menarik perhatiannya adalah "tikar" yang panjangnya kira-kira 1 meter. Ia kemudian berpikir akan menarik untuk membuat ini dari tatami.

Ia pun berkonsultasi dengan dewan Halal Hyogi-kai Kyoto, yang terlibat dalam sertifikasi halal sesuai ajaran Islam. Respons dari dewan sangat positif sehingga ia segera mengembangkan produk sajadah tersebut.

Mendengar bahwa pola geometris disukai untuk dekorasi dalam Islam, pola "shippo" berupa lingkaran yang tumpang tindih digunakan untuk tepi tikar dan pola kotak-kotak diterapkan pada permukaannya. Bahan permukaannya adalah tenunan kertas "washi" Jepang, jadi tidak seperti rumput rush pada umumnya.

3 dari 4 halaman

Populer Jadi Oleh-Oleh

Material tersebut, menurutnya, tidak memerlukan pemeriksaan fitosanitasi dan dapat dengan bebas dibawa ke luar negeri. Sajadah tatami juga diberi lapisan anti air dengan mempertimbangkan perlunya membersihkan wajah, tangan, dan kaki dengan air sebelum salat alias wudu.

Ketika produk tersebut selesai dibuat pada 2021, negara tersebut sedang berada di tengah pandemi. Namun, para karyawan telah mengunjungi masjid dan tempat lain untuk mempromosikan penggunaan sajadah tatami di kalangan umat Islam yang tinggal di Jepang.

Pusat Dakwah Jepang juga mulai menggunakan sajadah inori tahun ini. Zulkarnain Bin Hasan Basri, direktur pusat tersebut yang merupakan pria asal Malaysia, mengatakan, "Saya menyukai budaya Jepang, jadi saya senang mendapatkan pengalaman unik ini."

Pusat dakwah ini juga menjual sajadah tatami, yang rupanya populer di kalangan pengunjung sebagai oleh-oleh, klaimnya. Populasi Muslim dunia berjumlah sekitar dua miliar dan terus bertambah, sehingga tidak dapat dihindari bahwa kecocokan budaya antara Muslim dan Jepang akan terus berkembang.

4 dari 4 halaman

Pasar Produk Muslim

Hori berkata, "Kami berharap, sajadah inori dapat digunakan sebagai salah satu alat menciptakan lingkungan untuk menyambut hangat umat Islam." Ia menantikan masa depan industri tatami yang berkembang, dengan mengatakan, "Saya pikir ini adalah salah satu cara budaya tradisional dapat bertahan."

Harga sajadah tatami adalah 17,6 ribu yen (sekitar Rp1,9 juta). Ide pemasaran produk ini sebenarnya selaras dengan tren positif yang dicatatkan laporan Ekonomi Syariah Global (SGIE) 2023/24. 

Laporan SGIE tahun ini dibuat DinarStandard, sebuah firma penelitian dan penasihat yang berbasis di AS. Data mereka menunjukkan bahwa Muslim menghabiskan 2,29 triliun dolar AS pada 2022 untuk makanan, obat-obatan, kosmetik, modest fashion, perjalanan, dan media.

Melansir situs web firma tersebut, Kamis, 28 Desember 2023, aset keuangan syariah diperkirakan mencapai 3,96 triliun dolar AS pada 2021 dan akan tumbuh jadi 5,96 triliun dolar AS pada 2026. Khusus busana modest, pihaknya mencatat jenis busana ini "mendorong kewirausahaan, inklusivitas, keragaman seragam maskapai penerbangan, praktik berkelanjutan, dan pelestarian lingkungan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini