Sukses

4 Mitos Seputar Pertolongan Pertama pada Kecelakaan, Pasta Gigi untuk Luka Bakar Paling Populer

Banyak mitos yang dianggap benar oleh sebagian masyarakat terkait pertolongan pertama pada kecelakaan. Padahal, faktanya bisa membahayakan keselamatan.

Liputan6.com, Jakarta - Pengetahuan masyarakat Indonesia seputar pertolongan pertama pada kecelakaan, khususnya yang berkaitan dengan luka, belum merata. Sejumlah mitos masih diyakini benar oleh banyak orang akibat penyebaran informasi yang salah atau setengah-setengah.

Mitos-mitos itu tentu saja dapat berbahaya karena kesalahan dalam memberikan pertolongan pertama dapat memperparah kondisi korban atau bahkan mengancam nyawanya. Berikut beberapa mitos yang seringkali kita dengar mengenai P3K serta penjelasan kebenaran di baliknya.

1. Luka Dibiarkan Terbuka

Ada sebuah mitos yang menyatakan bahwa luka sebaiknya dibiarkan terbuka agar bisa "bernapas" dan mempercepat penyembuhan. Gagasan di balik mitos ini adalah dengan meninggalkan luka terbuka, udara bebas dapat membantu dalam proses penyembuhan dan mencegah perkembangan bakteri yang tumbuh dalam kondisi lembab. Namun, apakah benar demikian?

Sebenarnya, memastikan luka tetap steril dan terlindung sangat penting untuk mendukung proses penyembuhan yang cepat serta mencegah kemungkinan infeksi. dr. Kevin Mak, lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha, Bandung dan seorang influencer kesehatan di TikTok, menyatakan bahwa dengan menutup luka menggunakan perban atau plester yang bersih, kita dapat menghindari masuknya kotoran atau benda asing yang berpotensi menyebabkan infeksi.

"Selama lukanya terlihat lecet, tersayat, tertusuk, itu artinya ada kerusakan pada lapisan kulit kita. Karena kulit kita itu fungsi utamanya sebagai barrier. Yang namanya luka harus ditutup. Jadi, nggak ada sebenarnya prinsip luka terbuka, karena kalau dia terbuka, lebih gampang kotor, infeksi, dan komplikasi," ungkap Kevin saat acara Hansaplast First Aid Conference 2023 di Jakarta Pusat pada Selasa, 12 September 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Mengolesi Luka Bakar dengan Pasta Gigi

Mitos lain yang seringkali kita dengar berkaitan dengan penanganan luka bakar adalah penggunaan pasta gigi atau lidah buaya sebagai obat. Banyak yang percaya bahwa kedua bahan ini dapat memberikan efek dingin dan menenangkan ketika diterapkan pada luka bakar. Namun, langkah ini sebenarnya bukanlah pilihan yang bijaksana.

Pasta gigi bukanlah solusi yang aman untuk luka bakar, karena kandungan zat klorin dan bersifat korosif di dalamnya. Gigi kita didesain untuk tahan terhadap zat tersebut, namun tidak dengan kulit kita yang sedang terluka. Sedangkan, lidah buaya murni tidak dianjurkan karena tidak menghilangkan radiasi panas yang ada di bawah jaringan kulit.

"Pasta gigi itu kan sifatnya ada klorin terus juga dia ada zat-zat yang memang sedikit korosif. Ketika diaplikasikan ke luka, cenderung akan bikin luka makin mendalam. Nah, ketika makin dalam dan risiko infeksi meningkat, akhirnya nanti dirawat akan menjadi komplikasi yang lebih serius," jelas Kevin.

3. Menangani Luka Bakar dengan Es Batu

Meskipun tampaknya logis bahwa es batu yang dingin dapat memberikan kelegaan pada luka bakar dengan menetralkan panas, realitasnya tidak sesederhana itu. Ketika es batu ditempatkan langsung pada luka bakar, ia dapat menyebabkan vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah, yang memperlambat aliran darah ke area yang terluka.

Es batu juga bisa menyebabkan luka bakar beku. Kombinasi dari luka bakar termal (dari sumber panas) dan luka bakar beku (dari es) dapat memperburuk kondisi kulit dan menyebabkan perubahan warna, seperti menjadi hitam, yang menunjukkan kerusakan jaringan yang lebih dalam.

3 dari 4 halaman

Menangani Luka Bakar dengan Es Batu

Dengan demikian, penanganan pertama yang paling dianjurkan bagi luka bakar adalah dengan segera mengalirkan area yang terbakar di bawah air dingin mengalir selama 10-15 menit.

"Jadi, dia (es batu) tidak akan menghentikan radiasi yang sampai ke bawah kulit. Makanya itu terlihat bekasnya mulai menghitam. Ketika luka kita taruh di bawah air mengalir, itu adalah kondisi yang bergerak. Air tersebut akan merendam panas dengan tujuan agar si panas yang masuk ke dalam kulit tidak bertambah parah," ujarnya.

4. Luka Memar Dikompres Air Hangat

Selain mitos seputar perawatan luka, ada juga kepercayaan mengenai cara menangani memar dan demam. Salah satu mitos yang umum adalah rekomendasi untuk mengkompres memar dengan air hangat. Alasannya adalah bahwa dengan pemanasan area yang memar, sirkulasi darah akan meningkat, konon akan membantu meresapkan dan menghilangkan darah yang terkumpul di bawah kulit.

Hal ini lagi-lagi adalah kesalahan dalam perawatan luka. Menurut Kevin, luka memar baiknya menggunakan kompres air dingin. "Buat teman-teman yang baru pertama kali luka apalagi luka memar ya dikompres air dingin. Karena sifatnya menyempitkan pembuluh darah, jadi tujuannya biar gak sakit, bengkak, dan mengurangi kebiruan pada memar," ucapnya.

Sebagai kontras, ketika seseorang mengalami demam, mitos mengatakan untuk menggunakan kompres dingin untuk menurunkan suhu tubuh. Kevin mengatakan justru menggunakan kompres air hangat, apalagi di titik-titik tertentu.

"Demam itu pertolongan pertamanya kompres air hangat, di titik-titik sensitif terutama pada anak-anak, yakni dahi, ketiak, dan lipatan paha. Karena air hangat tujuannya menurunkan pusat suhu otak biar si suhu ikut turun," katanya.

4 dari 4 halaman

Cara Perawatan Luka

Dengan banyaknya mitos yang beredar, Kevin ingin memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan dapat diandalkan. Untuk penanganan awal pada luka yang baru terjadi, ada tiga langkah esensial yang perlu diperhatikan:

1. Bersihkan Luka: Hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka. Menggunakan air mengalir adalah pilihan terbaik karena dapat membersihkan kotoran dan partikel asing dari luka dengan efektif. Setelah itu, aplikasikan antiseptik.

"Tujuannya antiseptik itu biar gak infeksi. Terus juga lebih gampang penyembuhannya masuk ke fase penyembuhan selanjutnya," tutur Kevin.

2. Jaga Kelembapan Luka: Banyak yang menganggap bahwa luka harus kering, namun sebenarnya luka perlu dijaga kelembapannya. Ingat, ada perbedaan antara lembab dan basah. Luka yang lembab cenderung sembuh lebih cepat dan dengan risiko bekas luka yang lebih minimal.

3. Lindungi Luka: Saat luka mulai sembuh dan jaringan baru muncul, perlindungan menjadi sangat krusial. Lindungi luka dari paparan langsung terhadap debu, kotoran, dan faktor eksternal lainnya. Menggunakan plaster atau perban adalah cara yang baik untuk melindungi luka, serta membantu menjaga kelembapan dan mencegah kontaminasi.

Sementara itu, dalam rangka peringatan World First Aid Day yang jatuh setiap bulan September, Hansaplast, sebagai merek yang dikenal dalam bidang perawatan luka, aktif menginisiasi kampanye edukatif seputar pertolongan pertama dan manajemen luka melalui program rutin mereka, Anak Siaga Hansaplast, yang telah berjalan sejak 2015.

Selain itu, mereka juga menyelenggarakan First Aid Conference untuk kedua kalinya, yang khusus dihadiri oleh profesional kesehatan seperti dokter, perawat, dan apoteker. Pada tahun 2023, Hansaplast menghadirkan inovasi terbaru dalam produk mereka dengan peluncuran plester ukuran besar, yaitu Hansaplast AQUA PROTECT XL+ yang tahan air, serta Hansaplast SENSITIVE XL+ yang dirancang khusus untuk kulit yang sensitif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini