Sukses

Kisah di Balik Kopi Semampire, Berawal dari Hobi Motoran dan Nongkrong

Kedai Kopi Semampire yang terletak di Blok M, Jakarta Selatan menggunakan VW Combi. Pemilik kedai, Tomy menyebutkan semua berawal dari hobinya.

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Semampire, salah satu kedai kopi di Blok M, Jakarta Selatan yang menyita perhatian masyarakat dengan berjualan menggunakan mobil klasik VW Combi. Pemiliknya ialah Tomy Raharjo dan Dwi Budianto.

Tomy menyebut bahwa awal perjalanan bisnisnya itu dimulai dari hobinya yang suka melakukan touring motor bersama dengan komunitasnya. Selain itu, Tomy dan Dwi juga suka minum kopi bersama teman-teman dari komunitas yang diikutinya.

“Awalnya sebenarnya udah pengen berbisnis tetapi bingung jualan apa. Karena dari dulu kami suka ngopi dan ikut komunitas motor Vespa juga suka nongkrong buat ngopi bareng. Akhirnya kepikiran kenapa gak buka tempat tongkrong sendiri,” jawabnya ketika ditemui langsung di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Senin 20 Februari 2023.

Setelah itu, mereka kembali melakukan brainstorming untuk membuat kedai yang berbeda dengan lainnya, yaitu menggunakan mobil van lawas tersebut. Selain membuat konsep yang menarik, pihaknya juga mencari tempat sewa yang tidak terlalu mahal di tanah Jakarta ini.

Meski begitu, konsepnya sering disebut mengikuti Filosofi Kopi. Tapi, Tomy dan Dwi tidak bermaksud untuk meniru merek tersebut. "Ya kami nonton filmnya tapi kami nggak bermaksud meniru, hanya karena kami berawal dari suka kopi dan otomotif saja," jelasnya.

Saat ini, bisnis kulinernya tersebut sudah dikunjungi beberapa selebriti di antaranya adalah Sintya Marisca dan geng motor Prediksi. Sebelumnya Semampire sempat menempatkan kedai kopinya di salah satu sudut terkenal Jakarta.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Awal Buka

Semampire menjalani bisnisnya dimulai dari Kemang, di seberang Grand Kemang pada 2020 selama tujuh bulan. Tomy menyebut kawasan di jantung Jakarta Selatan tersebut hanya ramai di hari-hari tertentu, misalnya pada hari Kamis hingga Sabtu.

"Lalu, karena food truck kan kalau cari toilet susah juga jadi harus mampir ke Kem Chicks atau di Grand Kemang, jadi kami minta maaf dulu sebelumnya sama satpam," tuturnya.

Selain itu, faktor banjir dan tempat parkir menjadi kendala lainnya. Setelah itu, pihaknya mulai pindah ke Blok M dengan harapan food truck miliknya membawa keramaian. "Karena kami kan mayoritas pelanggan anak-anak komunitas motor dan mobil, jadi bisa kasih kesan ramai dan yang penting tempat parkir ada," lanjutnya.

Alasannya memilih Blok M juga karena tidak banjir dan bukan berdasarkan nilai histori kawasan Blok M yang sering disebut menjadi tempat tongkrong anak muda. "Kami nggak tahu juga, tapi ya mungkin memang rezekinya disini. Jadi gak direncanain sih," kata Tomy.

3 dari 4 halaman

Filosofi

Tomy juga menyebut kata Semampire ini dimaksudkan untuk para pengunjung yang mampir ke kedainya tanpa paksaan. "Semampirnya aja, jadi filosofinya itu yaudah pelanggan datang semampirnya saja, nggak ada paksaan dan bebas saja," katanya.

Selain itu, Tomy dan Dwi juga ingin memberikan kesan pada pelanggan yang mampir. Misalnya, pelanggan yang datang sendirian akan ditemani dan diajak berbincang, layaknya seperti teman akrab. Menurut Tomy, banyak pelanggan yang akhirnya datang kembali ke kedainya itu.

Selama 1,5 tahun pihaknya berhasil mempertahankan keramaian pelanggan, saat ini bukan hanya dari komunitas otomotif saja tetapi sudah banyak pelanggan lain mampir. Misalnya, ada beberapa orang Malaysia yang mampir langsung. "Orang Malaysia itu tahu dari video reels di Instagram dan ternyata di Instagram Malaysia, Semampire jadi tren," katanya.  

Tomy juga menyebut lokasi yang ditempatinya termasuk lokasi yang strategis karena banyak dilalui orang yang akhirnnya menjadi penasaran dengan kedainya tersebut. Dia juga membocorkan untuk penghasilan di Blok M sendiri kedai Semampire ini bisa menjual 80--100 gelas per hari. 

4 dari 4 halaman

Menu Andalan

"Kami ada menu kopi dengan espresso yang dicampur sama soda, perisa buah peach, dan lemon. Jadi sparkling coffee," jelas Tomy. Kopi tersebut diberi nama Paradise Centre. Menu andalan selanjutnya adalah Butterfly Brightness, yaitu campuran teh bunga telang, soda, lemon, dan perisa buah. Untuk kedua menu tersebut dibanderol harga Rp25 ribu dengan memberikan sensasi rasa segar yang didapat dari lemon dan soda. Minuman di Semampire memiliki harga yang ramah di kantong, yaitu Rp10 ribu--Rp 25 ribu.

Sementara untuk makanan, yang menjadi favorit pelanggan nasi goreng kambing dan nasi goreng jambal. Jika Anda ingin makan di Semampire, Anda perlu merogoh kocek mulai dari Rp15 ribu--Rp35 ribu.

Menu dan pelayanan tersebut dimiliki oleh Dwi Budianto selaku co-founder Semampire. Sebelumnya, Budi sempat bekerja di salah satu kafe kawasan Kemayoran dan ia mulai menekuni cara dasar membuat kopi. "Teknik manajemen, skil, dan customer service, semuanya saya dapat dari situ," ujarnya kepada Liputan6.com.

Kedai ini buka setiap hari mulai jam 15.00 WIB hingga jam 01.00 WIB. Namun, jika masih ada beberapa pelanggan kedai ini bisa tutup hingga 02.00 WIB. Kedai ini berada di samping Terminal Blok M persis, Anda hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar dua menit berjalan kaki dari terminal. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.