Sukses

Kemelut Masalah Mental Para Bangsawan Perempuan di Kekaisaran Jepang

Salah satunya masalah kesehatan mental di lingkup kerajaan Jepang dialami mantan Putri Mako yang didiagnosis post-traumatic stress disorder.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Putri Mako didiagnosis gangguan stres pasca-trauma (PTSD) sebelum menikah dengan Kei Komuro pada Oktober 2021. Kondisi gangguan kesehatan mental ini menyoroti tekanan kuat yang dihadapi perempuan di keluarga kekaisaran Jepang dan beberapa anggota keluarga lain yang juga memiliki masalah kesehatan mental.

Dilansir dari Kyodo News, Senin (3/1/2022), Mako yang merupakan anggota keluarga kekaisaran Jepang jadi sorotan publik yang begitu masif setelah diketahui keluarga suaminya terlibat perselisihan keuangan. Bibinya, Permaisuri Masako telah lama berjuang melawan penyakit yang disebabkan oleh stres terkait tekanan yang dialami untuk menghasilkan pewaris laki-laki.

Sedangkan, mantan Permaisuri Michiko, ibu kaisar, sempat tidak dapat berbicara selama berbulan-bulan di tengah serangan oleh majalah mingguan setelah suaminya naik takhta pada 1989. Baik permaisuri dan mantan permaisuri adalah orang biasa sebelum pernikahan mereka dengan putra mahkota.

Di bawah Hukum Rumah Kekaisaran Jepang 1947, perempuan tidak memenuhi syarat untuk naik takhta dan anggota perempuan dari keluarga kekaisaran meninggalkan rumah setelah menikah dengan orang biasa. Mako dan Komuro akhirnya menikah pada 26 Oktober 2021 setelah empat tahun setelah hubungan mereka diumumkan ke publik.

Upacara tradisional yang terkait dengan pernikahan kekaisaran tidak diadakan karena kegelisahan publik terkait masalah uang. "Seolah-olah tidak ada hak asasi manusia (dalam keluarga kekaisaran)," kata psikolog klinis Sayoko Nobuta.

Badan Rumah Tangga Kekaisaran mengungkapkan masalah kesehatan itu bisa terjadi karena apa yang dia gambarkan sebagai pelecehan psikologis yang diterima pasangan dan keluarga mereka. Mengenai kesehatan mental putrinya, Putra Mahkota Fumihito, saudara laki-laki kaisar, menekankan tentang perlunya menetapkan "kriteria untuk menyangkal" laporan yang salah.

Meskipun badan tersebut telah berhasil menangkal berita palsu di masa lalu, menyangkal beberapa laporan di situs webnya sejak 2007, agensi itu tidak memiliki kebijakan yang jelas tentang cara menangani masalah tersebut.

"Bahkan jika (mantan putri Mako) diberitahu untuk mengabaikan atau tidak terlibat dengan serangan online, seseorang tidak bisa tidak memperhatikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka, dan itu akan mengoyak hati seseorang sebelum mereka menyadarinya," kata Rika Kayama, seorang psikiater dan komentator tentang isu-isu sosial.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Stres

Kasus mantan Putri Mako hanyalah yang terbaru dalam sejarah masalah mental yang menimpa perempuan di keluarga kekaisaran. Pada 2004, agensi mengumumkan bahwa Permaisuri Masako, saat itu putri mahkota, telah didiagnosis dengan gangguan penyesuaian setelah melahirkan Putri Aiko pada 2001, anak tunggalnya bersama kaisar.

Banyak yang berspekulasi penyebab utama stresnya adalah tekanan untuk menghasilkan ahli waris laki-laki. Hal tersebut merujuk karena tidak ada anak laki-laki yang lahir dari keluarga kekaisaran sejak kelahiran Putra Mahkota Fumihito pada 1965.

Situasi mereda setelah Putri Mahkota Kiko melahirkan Pangeran Hisahito pada 2006 yang kini berada di urutan kedua takhta. Tetap,i tidak seperti mantan Kaisar Akihito dan mantan Permaisuri Michiko yang biasanya hadir dalam pertemuan dengan publik bersama-sama, kaisar saat ini sering menjalankan tugas resminya sendiri karena kondisi istrinya.

3 dari 4 halaman

Kehilangan Suara

Bahkan mantan permaisuri, yang menjadi orang biasa pertama yang menikahi pewaris takhta kekaisaran pada 1959, tidak kebal terhadap tekanan keluarga kekaisaran. Setelah mantan kaisar naik takhta pada Januari 1989, ia menjadi fokus di majalah mingguan yang dipicu oleh penanaman citra yang lebih mudah didekati dibandingkan dengan ayahnya Kaisar Hirohito, yang telah naik takhta sebelum Perang Dunia II ketika kaisar berkuasa.

Pada hari ulang tahunnya ke-59 pada Oktober 1993, mantan permaisuri pingsan dan kehilangan suaranya karena afasia psikogenik. "Kaisar adalah simbol Jepang, dan monarki adalah simbol patriarki. Oleh karena itu, diskriminasi terhadap perempuan paling menonjol di keluarga kekaisaran," kata Nobuta, seraya menambahkan bahwa lingkungan seperti itu menyulitkan perempuan cerdas untuk bertahan hidup.

Nobuta menyebut bahwa mantan putri Mako pasti merasa satu-satunya cara untuk benar-benar menjalani hidupnya adalah dengan meninggalkan Jepang. "Untuk mantan Putri Mako, melarikan diri adalah tujuan utamanya, dan saya pikir dia memilih Komuro sebagai pria yang bisa membantunya mencapai tujuan ini," kata Nobuta.

Pasangan itu meninggalkan Jepang tak lama setelah mendaftarkan pernikahan mereka untuk memulai hidup baru di New York. Di Big Apple, Komuro bekerja sebagai petugas hukum di sebuah firma hukum.

Semua mata kini tertuju pada Putri Aiko yang berusia 20 tahun pada Desember 2021. Ia sekarang diharapkan untuk menjalankan tugas resmi sebagai anggota dewasa dari keluarga kekaisaran.

 
4 dari 4 halaman

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.