Sukses

Usai Berpidato soal Demo, Miss Grand Myanmar Tetap Tinggal di Thailand

Selama mengikuti Miss Grand International 2020, Han Lay kerap meminta komunitas internasional untuk membantu Myanmar.

Liputan6.com, Jakarta - Ajang Miss Grand International 2020 baru saja berlalu dan semua peserta sudah pulang ke negara masing-masing. Namun, tidak bagi Miss Grand International dari Myanmar, Thaw Nandar Aung alias Han Lay. Dilansir dari akun Facebook The Pageants, Selasa, (30/2/2021), Han Lay memperpanjang masa tinggal di Thailand karena situasi keamanan di Myanmar masih memprihatinkan.

Myanmar saat ini mengalami krisis setelah kudeta militer pada 1 Februari 2021, serta penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi. Sejak itu, warga negara itu berdemo turun ke jalan untuk menyuarakan protes.

Sebelumnya, Han Lay memberi pidato yang sangat menyentuh di atas panggung Miss Grand International 2020, Sabtu, 27 Maret 2021. Dalam acara yang disiarkan secara live streaming oleh kanal YouTube GrandTV itu, video situasi demo di Myanmar sempat dipuar. Han Lay menjelaskan perjuangan penuh darah untuk menggelorakan semangat demokrasi di negaranya.

"Sangat sulit bagi saya untuk bisa berdiri di atas panggung malam ini. Hari ini di negara saya Myanmar, alasan saya berpidato di panggung ini, bahwa ada begitu banyak orang yang meninggal. Saya sangat bersimpati pada semua orang yang telah kehilangan nyawa mereka," ucap Han Lay memberi pidato singkat di sela-sela acara kontes kecantikan tersebut.

Wanita 22 tahun ini menambahkan, ketika orang-orangnya memperjuangkan demokrasi, ia berdiri di atas panggung untuk tujuan yang sama. "Tolong bantu Myanmar. Kami butuh bantuan internasional yang mendesak sekarang," katanya lagi.

"Mari ciptakan dunia yang lebih baik … Semoga dunia berdamai dengan Myanmar," tutupnya. Han Lay mengakhiri pidatonya dengan menyanyikan potongan lirik dari lagu Michael Jackson Heal the World yang bertema perdamaian dunia.

Ini bukan pertama kalinya ratu kecantikan tersebut berusaha meningkatkan kesadaran tentang kekerasan di Myanmar. Dalam unggahan di akun Instagram-nya, ia juga membagikan insiasi penggalangan dana untuk Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar, Civil Disobedience Movement (CDM), yang memimpin protes tanpa kekerasan terhadap pemerintahan militer.

Ia juga berbagi penghormatan pada mereka yang meninggal dunia, dan mengunggah informasi tentang penangkapan demonstran, termasuk beberapa rekan mahasiswa satu almamater di Universitas Yangon. Menurut laporan Thai PBS World, Han Lay adalah seorang mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Yangon di Myanmar. Ia juga dikenal sebagai model profesional dan atlet basket, serta menguasai Bahasa Inggris dan Mandarin.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pujian untuk Miss Grand International

Selama mengikuti Miss Grand International 2020, Han Lay kerap berbicara untuk orang-orang Myanmar melalui media sosial dan menyerukan bantuan pada komunitas internasional.

Dalam kompetisi itu, Han Lay mengenakan kostum nasional Myanmar bertajuk "Goddess of Peace" atau Dewi Perdamaian. Lewat busana itu ia berharap Dewi Perdamaian dapat membantu negara itu mengakhiri krisis.

Dalam unggahan di Instagram pada 29 Maret 2021, Han Lay memperlihatkan potretnya bersama Presiden Miss Grand International, Nawat Itsaragrisil dan mengucapkan terima kasih atas keramahannya. Wanita asal Myanmar itu merujuk pada kesempatan untuk mengemukakan situasi di negaranya di ajang tersebut.

Warganet pun banyak memberi pujian pada pihak Miss Grand International karena telah memberi kesempatan pada finalis untuk menjelaskan situasi di Myanmar yang sedang mengalami krisis.

"So happy you will be staying in Thailand❤️ @nawat.tv is really the best boss and @missgrandinternational is the best organization🙏  (sangat senang Anda sementara akan tetap berada di Thailand, Nawat benar-benar bos terbaik dan Miss Grand International adalah organisasi terbaik)," komentar akun @bp_fouronly pada Senin, 29 Maret 2021.

Sementara itu, dilansir dari kanal Global Liputan6.com, lebih dari 500 orang tewas akibat kericuhan antar demonstran dan junta militer Myanmar dalam protes yang menentang kudeta dengan menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) mengatakan bahwa mereka telah mengkonfirmasi total 510 kematian warga sipil di Myanmar, tapi memperingatkan bahwa jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.

3 dari 3 halaman

Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.