Sukses

Dinilai Jual Busana Kemahalan, Bisnis Fesyen Sosialita Alexa Chung Merugi Rp43 Miliar

Dalam tahun ini, sejumlah investor telah menyuntikkan dana untuk bisnis fesyen Alexa Chung hingga hampir Rp32 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2020 bisa jadi adalah tahun terberat bagi bisnis fesyen yang dimiliki sosialita sekaligus model Alexa Chung. Perusahaan miliknya, Alpha Charlie Limited, disebut merugi hampir 2,3 juta Poundsterling atau sekitar Rp43 miliar.

Situasi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut di tahun depan. Bukan semata karena kondisi pandemi Covid-19, busana-busana yang dijualnya juga dianggap kemahalan. Alexa memasang harga 250 poundsterling untuk kardigan, 450 poundsterling untuk boots, dan meminta 350 poundsterling untuk gaun mini.

Akibatnya, para pemegang saham harus menyuntikkan modal 1,7 juta poundsterling atau hampir Rp32 miliar untuk usaha milik Alexa Chung, seperti tertera dalam dokumen publik di Companies House. Mereka juga kembali menempatkan lebih banyak uang pada Juni tahun ini.

Dikutip dari laman The Sun, Kamis (10/12/2020), laporan suram itu mengatakan, "Selama tahun ini, para direktur menyiapkan rencana tiga tahun dan pemegang saham perusahaan menginvestasikan 1,7 juta poundsterling lebih lanjut di perusahaan."

"Pendanaan lebih lanjut telah dikumpulkan pada Juni 2020 untuk mendukung modal kerja."

Jika Alexa benar-benar mengkalkulasi investasi yang ditanamkan pada bisnisnya, ia pasti akan memotong biaya tak perlu dari produksi lini busananya. Namun, sosialita itu disebut terlalu percaya diri dan menganggap ia lebih tahu.

Padahal, teman-teman sosialitanya dikabarkan menganggap desain lini busana milik Alexa tak terlalu trendi. Selama ini, model tersebut dikenal memiliki banyak pengikut lantaran keterampilannya memadupadankan busana hingga terlihat chic tanpa usaha keras.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perampingan Karyawan

Angka tersebut menutupi biaya hingga akhir Maret 2020, sehingga jumlah tersebut bahkan tidak mencakup dampak pandemi corona Covid-19. 

Perusahaan berusaha mengatasinya dengan merampingkan karyawan dari 23 orang menjadi 21 orang. Dalam laporan tersebut dikatakan pandemi Covid-19 berdampak signifikasi terhadap arus kas perusahaan yang kemudian ditanggapi oleh investor dengan menyuntikkan tambahan dana pada Juni lalu.

"Dampak Covid-19 tidak diharapkan berdampak pada bisnis setelah Desember 2020 tetapi hal ini masih terus dimonitor oleh para direktur dan mereka sangat sadar bila situasi memburuk maka posisi arus kas saat ini mungkin berubah."

3 dari 3 halaman

Infografis Tips Nyaman Bermasker

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.