Sukses

Survei: 77 Persen Perempuan Berjerawat di Indonesia Jadi Korban Acne Shaming

Apakah Anda termasuk pemilik jerawat yang jadi korban acne shaming?

Liputan6.com, Jakarta - Jerawat menjadi masalah kulit paling umum yang dialami orang Indonesia. Meski umum, jerawat rupanya bisa mengundang masalah mental. Kok bisa?

Sebuah survei yang digelar Himalaya, brand produk kesehatan dan perawatan diri, menemukan 77 persen dari 1.000 perempuan berjerawat dari 10 kota besar di Indonesia yang menjadi responden mengaku pernah mengalami acne shaming. Apakah yang disebut dengan acne shaming?

Mirip dengan body shaming, istilah acne shaming bisa diartikan sebagai perlakuan negatif, baik secara verbal maupun nonverbal, kepada seseorang yang berjerawat. Hal itu bisa berdampak pada kesehatan mental seseorang.

Survei tersebut menunjukkan bahwa masalah jerawat dialami perempuan sejak usia muda. Sebanyak 80 persen responden menyatakan mengalami masalah jerawat sebelum usia 18 tahun, dan 25 persen bahkan mengalaminya sebelum usia 15 tahun.

Jerawat juga menjadi persoalan rutin, 86 persen responden mengaku mengalaminya setiap bulan, dan 32 persen mengalaminya setiap minggu. Data ini menunjukkan bahwa jerawat menjadi permasalahan yang cukup mengganggu waktu penderita.

Bentuk acne shaming yang diterima oleh responden bermacam-macam. Sebanyak 58 persen menyatakan bahwa mereka pernah menerima komentar buruk langsung, seperti diejek atau dicemooh di depan muka mereka.

Sementara, 38 persen responden pernah mengalami acne shaming dalam bentuk nonverbal seperti gestur, tatapan, dan ekspresi wajah yang menunjukkan rasa jijik. Tidak hanya itu, 20 persen responden juga menerima perlakuan tidak menyenangkan, seperti dinyinyiri atau dibicarakan di belakang mereka.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pelaku Acne Shaming

Lebih jauh, pelaku acne shaming didominasi oleh orang-orang terdekat mereka. Hal itu terbukti dengan 52 persen responden mengaku menerima acne shaming dari teman sebaya mereka. Bahkan, 23,3 persen pejuang jerawat menerima acne shaming dari orangtua, dan 23, persen dari saudara atau keluarga terdekat mereka.

Data tersebut menunjukkan masalah jerawat tidak hanya menyerang fisik tapi juga dapat menjadi beban bagi mental pejuang jerawat karena orang-orang terdekat yang seharusnya dapat menjadi support system mereka memberikan komentar negatif. Akibat dari acne shaming tersebut, secara spesifik ternyata menjadikan sebanyak 73 persen korban merasa tidak percaya diri, 60 persen merasa kurang menarik, dan 52 persen merasa malu.

Perasaan tersebut jika berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang lama dapat berpengaruh pada kesehatan mental pejuang jerawat. Terbukti, 20 persen dari mereka mengaku frustasi, bahkan 13 persennya mengalami depresi karena jerawatnya.

"Melihat dampak acne shaming yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental pemilik jerawat, sudah seharusnya isu ini menjadi pembicaraan yang umum, sehingga semakin banyak orang yang memiliki kesadaran dan dapat menyikapi masalah jerawat dengan lebih bijaksana," demikian pernyataan tertulis Himalaya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.