Sukses

Dampak Corona, Layanan Jet Pribadi Kebanjiran Penumpang

Lonjakan permintaan penumpang jet pribadi mencapai ribuan orang hanya dalam beberapa jam setelah corona mewabah.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika maskapai penerbangan komersial berbondong-bondong membatalkan jadwal penerbangan akibat virus corona, perusahaan jet pribadi justru kebanjiran pesanan. Jasa mereka makin dicari oleh masyarakat, baik untuk keperluan bisnis maupun sekadar liburan. 

"Singkatnya, kami sedang booming. Saya belum pernah melihat begitu banyak kegiatan di departemen penerbangan kami," ujar CEO of Private Jet Charter Company Jettly, Justin Crabbe, dikutip dari Businees Insider, Rabu, 4 Maret 2020. 

Perusahaan yang berkantor di New York dan Toronto tersebut sebelumnya belum pernah melihat lonjakan permintaan penumpang hingga ribuan orang dalam beberapa jam saja. 

"Sepanjang tahun ini kami biasanya melihat 2.000 hingga 3.000 penerbangan saja setiap harinya, tapi kini hal tersebut meningkat setelah informasi mengenai virus corona menyebar dan membuat orang ingin pergi dari daerah yang terkena dampak," kata Crabbe. 

Virus corona yang telah menyebar ke hampir seluruh negara tersebut membuat sebanyak 74 maskapai komersial telah membatalkan penerbangannya. International Air Transport Association memperkirakan hal tersebut akan merugikan industri penerbangan global mencapai 30 miliar dolar Amerika. 

Namun, berbanding terbalik dengan penerbangan maskapai komersial. Berdasarkan laporan dari Financial Times, jumlah penerbangan jet bisnis dari Hong Kong ke Amerika Utara dan Australia naik 214 persen tahun ke tahun pada Januari. Jumlah penerbangan dari Hong Kong ke lokasi di seluruh dunia pun naik sebesar 34,2 persen dari tahun ke tahun. 

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lebih Fleksibel

Laporan di berbagai media mengenai himbauan untuk tidak bepergian, kota-kota yang dikarantina, evakuasi, dan kasus kematian baru membuat masyarakat rela memesan jet pribadi meskipun harus membayar mahal. "Hal tersebut mendorong masyarakat menjadi sangat takut dan lebih memilih menjauh dari terminal bandara komersial," ujar Crabbe. 

Pelanggan Jettly, baik perorangan maupun perusahaan, bersedia membayar jauh di atas tarif standar. "Banyak pesawat harus terbang untuk menjemput pelanggan. Semua waktu penerbangan tambahan dilengkapi dengan biaya tambahan."

Menurut Crabbe, jet pribadi memiliki lebih banyak fleksibilitas ketika terbang masuk dan keluar dari area yang terkena virus corona daripada pesawat komersial lainnya. Hal ini pun disetujui oleh perusahaan jet pribadi yang berbasis di Eropa, GlobeAir. 

Perusahaan tersebut mencatat pemesanan jet pribadi jauh lebih aman bagi para pelancong yang ingin menghindari infeksi virus corona. Sebab, dibanding dengan bandara penerbangan komersial, lalu lalang orang di landasan pacu jet pribadi tentu tidak sebanyak di sana. 

Namun, perusahan tetap mendorong klien dan para petugas untuk mengikuti langkah-langkah pencegahan yang ditetapkan. Perusahaan tersebut menyatakan untuk tetap memberikan laporan mengenai kondisi kesehatan kepada petugas yang berwenang. (Tri Ayu Lutfiani)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.