Sukses

Gus Baha Kisahkan Momen Dramatis saat Orang Sholeh Ditanya Allah di Hari Kiamat

Orang sholeh saja masih dipertanyakan kesholehannya oleh Allah SWT di hari kiamat

Liputan6.com, Cilacap - Ulama ahli Qur’an asal Rembang yang merupakan pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an LP3IA, Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memaparkan kondisi orang sholeh di hari kiamat.

Ulama yang kealimannya diakui ulama lain termasuk oleh Gurunya sendiri yakni Mbah Moen, mengatakan bahwa orang sholeh di hari kiamat juga akan diberikan pertanyaan oleh Allah SWT.

“Orang sholeh sendiri itu sebenarnya nanti masih ditanya sama Allah,” terangnya sebagaimana dikutip dari tanyangan YouTube Short @Pati_Unus, Jumat (10/05/2024).

Dengan demikian, maka sejatinya kita tidak bisa seenaknya sendiri di dunia. Pasalnya, orang yang memiliki derajat sholeh saja tidak lepas dari pertanyaan Allah di akhirat kelak, apalagi yang terkategori tidak sholeh.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ini Pertanyaannya

Gus Baha mengatakan orang sholeh saja tak luput dari pertanyaan-pertanyaan seputar ibadahnya. Apakah tujuannya karena Allah semata atau ada maksud lain, seperti ingin masuk surga atau takut neraka.

“Kenapa kamu menyembah saya? Karena ingin masuk surga, kenapa kamu menyembah saya? Karena takut masuk neraka,” terang Gus Baha.

Jikalau ibadahnya karena hanya mengharap surga dan takut neraka, tentu saja akan mendapatkan pertanyaan lanjutan karena tidak ikhlas karena Allah.

“Lalu kamu tidak hormat saya, kata Allah, ketika saya tidak bikin surga dan neraka?” katanya

3 dari 3 halaman

Ibadah Harus Murni Karena Allah

Menurut Gus Baha, ibadah harus murni karena Allah semata, bukan lantaran takut neraka dan ingin masuk surga.

“Akhirnya mereka sadar, bahwa ibadah itu harus murni karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bukan karena takut masuk neraka, juga bukan karena ingin masuk surga,” sambungnya.

Gus Baha lantas memberikan analogi bahwa kecintaan kepada anak dan suami bukan semata-mata karena prestasinya dan penghasilannya saja, namun memang karena kesejatian yang menyebabkan kita cinta kepada mereka tanpa alasan apapun.

“Ya sama seperti kita mencintai anak kita, yaitu sebagai karena anak kita jangan karena anak kita ranking 1, anak kita cumlaude, lalu terus kita membiarkan anak kita saat tidak naik kelas,” katanya.

“Saya mencintai suami saya karena dosen, penghasilannya banyak, lalu suatu saat kalau ada masalah di PHK atau ada masalah terus tidak suami kamu?” imbuhnya.

“Makanya di sini agama itu sangat menyarankan kesejatian, dia suami kita, dia anak kita apapun kondisinya,” tandasnya.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.