Sukses

Gus Baha Kisahkan Ayah Habib Syech yang Wafat dalam Kondisi Bersujud, Masya Allah

Salah seorang manusia yang dijului ‘Manusia Qur’an’ asal Rembang, Jawa Tengah yang merupakan murid Mbah Moen, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengisahkan ayahanda salah seorang Dzuriyah (keturunan Rasulullah SAW) yakni Habib Syech.

Liputan6.com, Cilacap - Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengisahkan ayahanda salah seorang dzurriyah (keturunan Rasulullah SAW) yakni Habib Syech. Menurut Gus Baha ayah Habib Syech meninggal dunia dalam kondisi yang mulia.

Ayahanda Habib Syech bernama Habib Abdul Qadir Assegaf.

Habib Syech lahir di Solo pada 20 September 1961. Beliau selain terkenal sebagai salah seorang yang mensyiarkan shalawat dengan nada-nada yang indah, beliau juga kerap mengisi ceramah di berbagai tempat.

Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf memiliki istri yang bernama Sayyidah bin Hasan al-Habsyi. Hasil dari pernikahannya, beliau memiliki empat orang anak, yaitu: Habib Muhammad Bagir bin Syech Assegaf, Habib Umar bin Syech Assegaf, Sayyid Abu Bakar bin Syech Assegaf, dan Sayyid Toha bin Syech Assegaf.

Semenjak kecil, Habib Syech memperoleh pendidikan langsung dari ayahnya hingga usia 20 tahun. Sepeninggal ayahnya, beliau berguru kepada pamannya yang bernama Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf serta ulama besar Solo bernama Habib Anis bin Alwy Al Habsyi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ayah Habib Syech Meninggal dalam Kondisi Ini

Gus Baha mengisahkan detik-detik ayahanda Habib Syech menghadap Sang Pencipta. Berdasarkan penuturan ulama asal Rembang ini, Ayah Habib Syech meninggal dalam kondisi sedang sujud (sholat-pen).

“Sholat itu harus indah, harus nyaman, sehingga saya bangga, senang sekali dengan cerita yang masyhur, mutawatir. Bapaknya Habib Syech itu meninggal saat sujud,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Menikmati Halal, Rabu (17/04/2024).

Selain mengisahkan perihal wafat ayahnya, Gus Baha mengaku kalau sering mengikuti pengajian-pengajiannya.

“Sering saya mengikuti pengajian beliau, ketika cerita ayahnya digandeng habib Abu Bakar As-Segaf, wali kutub, yang tinggal di Gresik,” paparnya.

Kemudian, Gus Baha juga menerangkan perihal kemuliaan orang yang sujud atau sholat. Menurut Gus Baha tatkala orang mau bersujud menjadikan ia memperoleh kemuliaan, yakni tak pantas kalau masuk neraka.

“Betapa umat Islam itu bangganya dengan sujud, karena orang kalau sudah sujud itu masuk neraka rasanya tidak pantas,” imbuhnya.

Meninggal dalam kondisi sujud merupakan suatu kebaikan dan kemuliaan. Tidak semua orang meninggal dalam kondisi suci dan tengah melakukan perbuatan yang mulia ini.

“Misalnya ya ayyuhas sajid, wahai orang yang sujud masuklah neraka, kelihatannya kok tidak pantas, apalagi yang meninggalnya pas sujud,” tandasnya.

3 dari 3 halaman

Kisah Ulama yang Wafat saat Sujud

Menukil Hidayatullah.com, Rasulullah SAW pernah mengatakan, keadaan yang paling dekat antara hamba dengan Rabb-nya saat ia sujud. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda;

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu.” (HR. Muslim, no. 482)

Jika ada seseorang yang wafat dalam keadaan sujud, berarti sesuatu yang istimewa. Menurut para ulama, itu merupakan salah satu tanda husnul-khatimah.

Banyak kisah yang menceritakan wafatnya orang shalih dan para ulama, baik di medan jihad, di penjara, yang semua dalam keadaan bersujud.

Para sejarawan Muslim telah mencatat adanya orang-orang pilihan seperti itu. Di antara mereka adalah para Sahabat, Tabi’in, Tabiut-Tabi’in, dan para ulama yang wafat dalam keadaan bersujud.

Salah satunya ialah Ali bin al-Hasan. Sosok yang satu ini dijuluki sebagai sajjad, orang yang banyak bersujud (melaksanakan shalat). (al-Jarh wa at-Ta’dil, 6/179, 180).

Di masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, Ali pernah ditahan dalam penjara. Para tahanan tidak mengetahui datangnya waktu sholat, tidak pula tahu kapan siang dan kapan malam. Mareka tahu datangnya waktu sholat sebab bacaan al-Qur`an dan tasbih Ali.

Suatu saat, Abdullah bin Musa berkata kepada para penghuni tahanan lainnya, “Bangunkan keponakanku! Aku melihat ia tertidur dalam sujudnya!”

Para penghuni tahanan pun menggerak-gerakkan tubuh Ali bin Hasan. Ternyata mereka mendapatinya telah wafat. (Maqatil ath-Thalibin, hal 176, 177).

Ada lagi ulama yang bernama Muslim bin Muslim al-Hizami, atau dikenal sebagai Musa ash-Shaghir. Beliau adalah salah satu periwayat hadits dari kalangan Tabiut-Tabi’in. Yahya bin al-Qaththan mengisahkan, “Musa ash-Shaghir saat itu shalat di Hijr Ismail. Lantas ia berdoa kepada Allah. Ia pun akhirnya dicabut ruhnya dalam keadaan bersujud.” (dalam at-Tarikh al-Ausath, 2/73).

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.