Sukses

Inilah Orang yang Celaka saat Disebut Nama Nabi Muhammad SAW, Penjelasan Buya Yahya

Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) menukil satu riwayat tentang orang yang celaka ketika disebut nama Nabi Muhammad SAW. Orang yang akan celaka ini dikatakan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) menukil satu riwayat tentang orang yang celaka ketika disebut nama Nabi Muhammad SAW. Orang yang akan celaka ini dikatakan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

“Malaikat Jibril ngomong ke Rasul. Kalau namamu disebut di hadapan satu orang, kalau tidak menyambut sholawat kepadamu, maka kalau dia meninggal kemudian masuk neraka, celakalah dia,” tutur Buya Yahya menirukan apa yang dikatakan Malaikat Jibril, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (12/4/2024).

Apakah hal tersebut membuat sholawat menjadi suatu kewajiban? Kata Buya Yahya, membaca sholawat tidak wajib.

Lalu kenapa bisa masuk neraka karena tidak membaca sholawat ketika nama Rasulullah SAW disebut? Buya Yahya bilang penafsirannya panjang sekali.

“Akan tetapi para ulama memandang lebih jauh. Karena apa? Kunci untuk kita bisa benar-benar menjalankan syariat dengan benar adalah membangun cinta dengan pembawa syariat (shohibul syariati),” ujar Buya Yahya.

Buya Yahya mengatakan, semakin kuat ikatan seorang muslim dengan pembawa syariat. maka akan semakin hebat dalam menjalankan syariatnya. Sebab, cinta itu ada di dalam hati. 

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kalau Ada Cinta Pasti Menyambutnya

Buya Yahya menganalogikan orang tua yang sangat mencintai anaknya. Misalnya, nama anaknya adalah Ahmad Ghozali. Ketika orang menyebut nama anaknya, sebagai orang tua mustahil tidak menoleh.

“Dia anak yang sangat dicintainya akan terperanjat. Oh nama anakku disebut. Karena ada cinta. Tapi kalau sudah tidak ada cinta, tidak nyambung, tidak inget, ya tidak,” kata Buya Yahya.

Kembali ke pembahasan. Nama Baginda Nabi Muhammad SAW ini siapa? Bukan main-main ini, bukan orang biasa. Kalau ada rasa cinta pada Rasulullah SAW, maka ketika disebut namanya hatinya akan bergetar dan mengucapkan sholawat kepadanya.

“Kalau tidak bergetar hatinya atau tidak terpesona dia, berarti memang tidak sambung hatinya kepada Baginda (ketika) disebut namanya. Berarti selama ini tidak pernah hadir dalam renungan panjangnya tentang siapa baginda. Tidak menyadari tentang jasa beliau yang sangat agung. Kebesaran beliau, kemuliaan beliau, dan siapa beliau,” tutur Buya Yahya.

“Jadi kalau orang tidak mengerti tentang siapa beliau, kebesaran beliau, ya itulah dia tidak akan beruntung. Menjalankan syariat pun karena lingkungan, bukan sambung hati dengan Baginda,” tambahnya.

3 dari 3 halaman

Menyambung Hati dengan Sholawat

Buya Yahya mengatakan, kalau orang serius hatinya tersambung dengan Rasulullah SAW maka akan spontan bersholawat kepadanya ketika namanya disebut. Dia ingin membalas jasanya untuk menyambung hati dengannya.

“Boleh kita katakan balas budi nabi, kebaikan nabi, dan sebagainya. Meskipun nabi tidak perlu itu semuanya, akan tetapi kita hendaknya bersholawat kepada Baginda. Hadiah istimewa untuk Rasulullah. Hadiah membawa hadiah. 

“Maka pastikan di saat disebut nama nabi hadir dong. Nabi di pikiran kita, di mata, hati pikiran kita. Jadi bersholawat adalah paling mudah. Kalau disebut (nama) Baginda diam saja, maka pastikan mulai saat ini, jangan mendengar nama beliau disebut kecuali Anda bersholawat. Shollu ala Nabi Muhammad (Allahumma sholli wasallim wabarik alaih).” tutup Buya Yahya. 

Dapat disimpulkan, orang yang celaka saat disebut nama Nabi Muhammad SAW adalah mereka yang tidak bersholawat kepadanya. Maka, mulai saat ini mari kita bersholawat ketika mendengar nama Rasulullah SAW. Wallahu a'lam

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.