Sukses

Muslim Harus Optimis! Sholat Tidak Khusyuk Saja Punya Nilai yang Tinggi Kata Gus Baha

Namun, ketika kita melaksanakan ibadah sholat, terkadang fikiran kita kemana-mana sehingga menyebabkan sholat tidak khusyu dan rasa-rasanya sulit untuk melaksanakan sholat dengan khusyuk. Atas hal tersebut, maka pertanyaannya ialah apakah sholat tidak khusyu ini tetap diterima Allah atau tidak?

Liputan6.com, Cilacap - Rukun Islam yang kedua ialah sholat. Setelah bersyahadat, maka musim wajib melaksanakan sholat lima waktu yakni Dzuhur, Asar, Maghrib, Isya dan Subuh.

Sebagai rukun Islam, sholat menduduki posisi yang sangat penting. Bahkan amal ibadah yang akan pertama kali dihisab di hari kiamat ialah sholat. Sebab sholat ini adalah tiang agama

Rasulullah SAW bersabda: “sholat itu tiang agama. Siapa yang mendirikannya berarti mendirikan agama. Siapa yang merobohkannya berarti merobohkan agama."

Jadi, jikalau Islam diibaratkan sebagai bangunan, maka sholat ialah tiangnya. Tentu saja jikalau sebuah bangunan tidak ada tiangnya, maka tentu saja akan roboh dan tidak akan bermanfaat keberadaannya.

Namun, ketika kita melaksanakan ibadah sholat, terkadang fikiran kita kemana-mana sehingga menyebabkan sholat tidak khusyuk dan rasa-rasanya sulit untuk melaksanakan sholat dengan khusyuk. Atas hal tersebut, maka pertanyaannya ialah apakah sholat tidak khusyu ini tetap diterima Allah atau tidak?

Pertanyaan ini dijawab dengan gamblang oleh salah seorang ulama kharismatik asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. Menurut santri kesayangan Mbah Moen meskipun sholat tidak khusyu, akan tetapi tetap memiliki nilai yang tinggi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penjelas Gus Baha tentang Sholat Tidak Khusyuk

Menjawab pertanyaan ini beliau menukil pandangan adem dari salah seorang waliyullah yang setingkat dengan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani yaitu Abu Hasan as-Syadzili. Menurut mazhab Abu Hasan as-Syadzili, seseorang tidak boleh merasa pesimis atau merasa bersalah dalam beribadah. Dalam hal ini termasuk juga perasaan ragu yang menyelimuti perihal salat diterima atau tidak.

“Ciri khasnya mazhab Syadzili itu adalah orang itu tidak boleh merasa salah. Imam Syadzili itu punya murid alim namanya Abul Abbas al-Mursyi. Abul Abbas al-Mursyi punya murid alim namanya Ibnu Athaillah yang mengarang kitab Hikam. Jadi, cerminan mazhab Syadzili adalah apa yang ada dalam kitab Hikam,” kata Gus Baha dikutip dari kanal YouTube Santri Gayeng, Selasa (25/03/24).

Gus Baha lalu mencontohkan ucapan yang menunjukan rasa bersalah seseorang akan ibadah yang telah dilakukannya, yakni muncul keraguan perihal salat diterima atau tidak.

“Saya ini tidak tahu, sholatku diterima atau tidak? Menurut Mazhab Syadzili kalau kita ngomong seperti itu diamuk, syirik kamu kalau ngomong begitu,” kata Gus baha.

Larangan akan hal ini lantaran setan sudah merasa kesal jika ada orang yang masih mau sujud kepada Allah (sholat). Oleh sebab itu melaksanakan salat terlepas dari diterima atau tidak sudah sukses membuat setan kesal.

“Bagaimana juga setan sudah kesal sebab kamu mau sujud. Pokoknya kalau membuat setan kesal itu keren,” tandas Gus Baha.

3 dari 3 halaman

Keberhasilan Seorang Muslim Mengalahkan Setan

Menurut Gus Baha ketika seseorang melakukan takbiratul ihram dan mengucapkan lafal takbir yang mengagungkan Allah SWT, maka setan akan kesal karena perbuatan kita. Meskipun boleh jadi ketika membaca takbir kita ingat permasalahan kita seperti hutang.

Meski demikian, membuat setan kesal, menurut Gus Baha merupakan sebuah keberhasilan dan prestasi seorang muslim untuk mengalahkan setan tadi.  

“Allahu Akbar, kalau Allah sudah kamu agungkan, setan itu kesal, walaupun ketika itu kamu ingat hutang, setelah itu kamu sujud berarti kamu patuh kepada Allah, padahal ketika itu kamu berdoa, ya Allah, berikan saya jabatan. Walaupun begitu setan kalau lihat kamu itu udah kesal! Asem zaman akhir ternyata ada yang masih sujud,” terang Gus Baha

“Paham ya, itu menurut mazhab Abu Hasan As-Syadzili, bagaimanapun juga kamu ditakdirkan orang yang bersujud itu merupakan pemberian Allah, maka harus kamu syukuri,” imbuhnya.

Lebih lanjut berdasarkan pandangan mazhab Abu Hasan as-Syadzili, Gus Baha menekankan pentingnya beramal sedikit tetapi optimis diterima oleh Allah, dibandingkan banyak amal namun hatinya diliputi keraguan dan perasaan bersalah.

“Makanya beramal sedikit, namun yakin itu anugerah Allah itu lebih baik dari pada beramal banyak tapi merasa salah, itu kata mazhabnya Abu Hasan As-Syadzili,” tandas Gus Baha

Gus Baha lantas mengambil contoh sederhana untuk memudahkan pemahaman bahwa meskipun salat kita tidak bisa sempurna sebab ketika salat tidak bisa fokus dan masih ingat hal-hal di luar salat, maka tetap harus kita syukuri. Hal ini lebih baik dibandingkan tidak melaksanakan salat sama sekali.

“Jadi ibaratnya begini, misal saya ketemu Rukhin, dan saya memberi nasi saja tanpa ada tempenya. Lalu Rukhin lahap sekali memakannya, padahal makanan ini jauh dari sempurna karena tidak ada lauk pauknya, dan tidak ada gizi 4 sehat 5 sempurna. Trus Rukhin makannya senang, maka saya senang juga,” kata Gus Baha mencontohkan.

“Maka sama kita diberi salat, dan bentuknya salat yang diberikan Allah kepada kita memang seperti ini, ingat utang, uang dan salatnya tidak terlalu benar. Tapi, hal ini pemberian Allah. Banyak orang diluar kita sama sekali tidak salat. ya sudah kita syukuri saja,” pungkasnya.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.