Sukses

Ingin Hidup Berkah, Gus Iqdam Bagikan Amalan Dahsyat dari Filosofi Santri

Selain itu, cukup menarik untuk dibahas perihal amalan dari Gus Iqdam ialah amaliah santri yang digali dari huruf yang merangkai kata santri ini.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu hal yang banyak ditunggu-tunggu jemaah Majelis Ta’lim Sabilu Taubah, selain sangu dan bingkisan, tentu saja ijazah amalan-amalan dari Gus Iqdam. Sebagaimana diketahui, ada beberapa (untuk tidak mengatakan banyak) jemaah Gus Iqdam yang ternyata memiliki masalah.

Kadar masalah yang dihadapi para jemaahnya pun beragam, mulai dari yang ringan hingga yang sangat berat. Demikian halnya jenis permasalahannya pun juga beragam. Ada yang memiliki masalah kesulitan ekonomi, jodoh, memiliki penyakit dan lain sebagianya.

Berangkat dari hal itu, Gus Iqdam merespons kesulitan-kesulitan para jemaahnya ini dengan mengijazahkan amalan-amalan sebagai solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut. Banyak dari mereka yang merasakan solusi setelah mengamalkan ijazah dari Gus Iqdam ini.

Selain itu, cukup menarik untuk dibahas perihal amalan dari Gus Iqdam ialah amaliah santri yang digali dari huruf yang merangkai kata santri ini. Ada 4 amalan yang melekat pada kata santri ini yang menurut Gus Iqdam mampu menyebabkan turunnya keberkahan dari Allah SWT. Berikut ini ulasan selengkapnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Amaliah Santri

Sebagaimana kita ketahui, huruf pertama kata santri yaitu sin. Sin bermakna saalikun ilal akhirat, yang artinya orang yang menempuh jalan akhirat. Jadi, menjadi seorang santri semasa hidupnya di dunia senantiasa menitikberatkan pada amaliah untuk kepentingan akhirat.

“Santri itu sallikun ilal akhirah, yaitu orang yang menempuh jalan akhirat. Itu santri,” terangnya dikutip dari YouTube El Maynada, Minggu (11/02/2024).

Kemudian setelah itu, huruf kedua yang merangkai kata santri yaitu nun, yang maksudnya naaibun ‘anil masyayikh, artinya pengganti gurunya. Menurut Gus Iqdam, sosok santri harus mampu menjadi sosok pengganti gurunya.

“Setelah sin, huruf dalam kata santri itu nun. Nun dimaknai naibun ‘anil masyayikh, artinya santri itu pengganti gurunya,” ujarnya.

Setelah nun, huruf ketiga yang merangkai kata santri adalah ta. Huruf ta ini maksudnya ialah taaibun ‘anidz dzunuub, yang artinya tobat dari dosa. Jadi seorang santri ini harus bertaubat kepada Allah atas segala dosa-dosa yang pernah ia perbuat.

“Setelah nun, ta yakni taaibun ani dzunuub. Artinya seorang santri senantiasa rajin bertaubat kepada Allah,” paparnya.

3 dari 3 halaman

Karakteristik Unik Santri

Menukil kanal Islami Liputan6.com, berikut ini beberapa karakteristik unik santri.

1. Teosentrik

Teosentrik atau theocentric yaitu sebuah nilai dalam karakter diri santri yang didasarkan pada pandangan yang menyatakan bahwa sesuatu kejadian berasal, berproses, dan kembali kepada kebenaran Allah SWT.

Semua aktivitas pendidikan dipandang sebagai ibadah kepada Allah SWT, dan merupakan bagian integral dari totalias kehidupan keagamaan. Dalam praktiknya mengutamakan sikap dan perilaku yang kuat beroreintasi pada kehidupan ukrawi dalam kehidupan sehari-hari. Semua perbuatan dilaksanakan dengan hukum agama demi kepentingan hidup ukhrawi (Mastuhu, 1994:62).

Karakter yang demikian membuat santri lebih hati-hati membawa dirinya untuk tidak terjerumus pada perbuatan yang subhat, apalagi bathil atau haram. Spritualitas yang tinggi, membuat dirinya selalu merasa diawasi sang penciptanya. Diri, amal, dan perilakukan kehidupannya semata-mata oleh,dan akan kembali bada Allah SWT.

2. Sukarela dalam Mengabdi

Hal itu tercermin dari kepasrahan seorang santri dalam belajar di pesantren. Secara sukarela dalam melakukan setiap aktivitas pembelajaran dan pembiasaan lainnya, meskipun tanpa diawasi oleh seorang kiai atau ustadz. Bahkan pada pesantren tertentu terdapat santri yang sengaja mengabdikan dirinya secara terus menerus kepada sang kiai.

Totalitas ini dilakukan karena santri meyakini, terdapat berkah yang akan didapat setelah melakukan pengabdian secara sukarela, secara sempurna kepada sang kiai atau ustadz. Berkah itu berupa kesuksesan hidup dalam bermasyarakat kelak, menjadi tokoh agama, tokoh masyarakat yang juga rela berkorban dan mengabdi kepada sesamanya.

3. Kearifan Santri

Ketiga, santri identik dengan karakter kearifan, yakni bersikap sabar, rendah hati, patuh pada ketentuan hukum agama, mampu mencapai tujuan tanpa merugikan orang lain, dan mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama. Menghormati perbedaan dan keberagaman.

Dalam setiap keputusan yang diambil mempertimbangkan lokalitas dimana dia hidup. “di mana bumi diijak, disitu langit dijunjung”, inilah kemudian membuat santri mudah diterima oleh semua kalangan.

4. Kesederhanaan dan Kemandirian

Adalah karekter khas santri, tidak tinggi hati dan sombong walau berasal dari orang kaya atau keturunan raja sekalipun. Fasilitas pesantren yang serba terbatas berperan dalam membentuk karakter kesederhanaan dan kemandirian santri.

Sederhana dan mandiri bukan karena tidak mampu, tapi lebih menunjukkan pribadi yang peduli sesama, pribadi yang menyadari bahwa dunia adalah sementara.

Bukti dari karakter tersebut, bahwa santri melakukan aktivitas domestik mereka sendiri-diri, seperti; mencuci, memasak, dan lain sebagainya. Kesederhanaan dilambangkan dengan kesamaan dalam berpakaian dan benda yang dimilki tanpa bermewah-mewah. Perspektif lain tentang karakter santri bisa difahami dengan pendekatan harfiyah.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.