Sukses

Naskah Khutbah Jumat: Janji Manusia kepada Allah sebelum Terlahir ke Dunia

Materi khutbah kali ini menjadi bahan renungan bagi kita bersama agar senantiasa berpegang teguh terhadap janji, terutama janji untuk mengesakan Allah. Agar kelak di akhirat kita termasuk hamba yang selamat dan mendapat ridho-Nya.

Liputan6.com, Jakarta - Sejatinya jauh sebelum dilahirkan ke dunia, manusia sudah terikat perjanjian dengan Allah. Tidak ada satu pun nabi dan rasul kecuali mengingatkan janji itu, sebagaimana juga dibenarkan dalam Al-Qur'an. 

Perjanjian manusia dengan Allah dilakukan setelah Nabi Adam AS diciptakan. Demikian yang tersurat dalam hadis riwayat Abu Hurairah.

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ، فَسَقَطَ مِنْ ظَهْرِهِ كُلُّ نَسَمَةٍ هُوَ خَالِقُهَا مِنْ ذُرِّيَّتِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، وَجَعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْ كُلِّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ وَبِيصًا مِنْ نُورٍ، ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى آدَمَ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ ذُرِّيَّتُكَ

Artinya: "Sewaktu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungnya. Maka berjatuhanlah dari punggungnya setiap jiwa keturunan yang akan diciptakan Allah dari Adam hingga hari Kiamat. Kemudian, di antara kedua mata setiap manusia dari keturunannya Allah menjadikan cahaya yang bersinar. Selanjutnya, mereka disodorkan kepadanya. Adam pun bertanya, “Wahai Tuhan, siapakah mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah keturunanmu,” (HR. Al-Tirmidzi).

Lantas apa isi perjanjian itu? Berikut merupakan teks khutbah jumat yang dimuat dari laman NU Online dengan judul "Janji Manusia kepada Allah sebelum Terlahir ke Dunia".  

Materi khutbah ini disusun oleh Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat. Semoga bermanfaat!

 

Saksikan Video Pilihan ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ تَفَرَّدَ بِجَلَالِ مَلَكُوْتِهِ، وَتَوَحَّدَ بِجَمَالِ جَبَرُوْتِهِ وَتَعَزَّزَ بِعُلُوِّ أَحَدِيَّتِهِ، وَتَقَدَّسَ بِسُمُوِّ صَمَدِيَّتِهِ، وَتَكَبَّرَ فِي ذَاتِهِ عَنْ مُضَارَعَةِ كُلِّ نَظِيْرٍ، وَتَنَزَّهَ فِي صِفَائِهِ عَنْ كُلِّ تَنَاهٍ وَقُصُوْرٍ، لَهُ الصِّفَاتُ الْمُخْتَصَّةِ بِحَقِّهِ، وَالآيَاتُ النَّاطِقَةُ بِأَنَّهّ غَيْرَ مُشَبَّهٍ بِخَلْقِهِ

وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا اللهّ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مَصَابِيْحُ الدُّجَى، وَعَلَى أَصْحَابِهِ مَفَاتِيْحُ الْهُدَى، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً.

أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ وَاعْبُدُوْهُ، فَإِنَّ اللهَ خَلَقَكُمْ لِذَلِكَ قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ﴾ وَقَالَ: ﴿ وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ﴾ صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Dzat yang telah melimpahkan beragam nikmat-Nya kepada kita, sehingga pada kesempatan ini kita bisa berada di tempat yang mulia ini. 

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Alam habibana wa nabiyyana Muhammad SAW. Rasul pembaharu dan pembawa cahaya ketauhidan bagi umatnya. Sholawat dan salam juga semoga terlimpah kepada keluarga dan para sahabatnya, tabi’in dan tabia’atnya, hingga kepada kita semua yang senantiasa mengharap syafa’atnya kelak. 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah 

Sebelum melanjutkan khutbah ini, khatib berpesan kepada diri khatib sendiri khususnya dan kepada sidang Jumat sekalian pada umumnya, untuk bersama-sama mempertahankan keimanan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sebab, hanya ketakwaan dan keimanan yang menjadi ukuran seorang hamba di hadapan Tuhannya. Hanya ketakwaan yang menjadi perisai bagi kita untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.  

Hadirin rahimakumullah,

Penting kita imani bahwa jauh-jauh hari sebelum terlahir ke dunia, kita sudah terikat perjanjian dengan Allah. Dan tidak ada satu rasul pun yang diutus oleh Allah kecuali mengingatkan janji itu, sebagaimana dibenarkan dalam Al-Qur'an. 

أعوذ بالله من الشيطان الرجطيم، وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Artinya: “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyerumu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang yang beriman,” (QS. Al-Hadid: 8)

Ini artinya, beriman kepada Allah adalah keniscayaan bagi kita. Sebab, selain kita sudah berjanji akan mentauhidkan dan mengimani Allah, para rasul juga sudah mengingatkan janji itu. 

Hadirin yang dimuliakan Allah, 

Selanjutnya, kapan kita berjanji akan mentauhidkan Allah? Disampaikan dalam hadis Rasulullah SAW, setelah kakek moyang kita Nabi Adam ‘alaihissalam diciptakan. Demikian yang tersurat dalam hadis riwayat Abu Hurairah. 

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ، فَسَقَطَ مِنْ ظَهْرِهِ كُلُّ نَسَمَةٍ هُوَ خَالِقُهَا مِنْ ذُرِّيَّتِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، وَجَعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْ كُلِّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ وَبِيصًا مِنْ نُورٍ، ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى آدَمَ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ ذُرِّيَّتُكَ 

Artinya: “Sewaktu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungnya (Adam). Maka berjatuhanlah dari punggungnya setiap jiwa keturunan yang akan diciptakan Allah dari Adam hingga hari Kiamat. Kemudian, di antara kedua mata setiap manusia dari keturunannya Allah menjadikan cahaya yang bersinar. Selanjutnya, mereka disodorkan kepadanya. Adam pun bertanya, “Wahai Tuhan, siapakah mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah keturunanmu,” (HR. Al-Tirmidzi)

Sewaktu seluruh calon keturunan Adam ‘alaihissalam dikeluarkan dari punggungnya Allah mengambil janji dan sumpah mereka: 

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka,"(QS. Al-A‘raf: 172)

Dari ayat dan hadis ini, diketahui bahwa kita disumpah dan diambil janji sewaktu abul basyar, kakek moyang kita, Adam alaihissalam diciptakan. Setelah Allah mengusap punggungnya, berjatuhanlah dari punggung Nabi Adam setiap jiwa yang akan diciptakan Allah hingga hari Kiamat. Masing-masing turunannya diketahui ada cahaya yang bersinar di antara kedua matanya. Kala itu, Nabi Adam sendiri tidak tahu siapakah mereka yang bersinar di antara kedua matanya itu, sehingga Allah pun memberi tahu. “Mereka adalah keturunanmu,” jawab-Nya. 

Sehingga tidak akan terjadi kiamat sebelum semua keturunan yang telah diambil sumpah, kesaksian, dan janjinya itu terlahir ke dunia. Demikian seperti yang dijelaskan oleh Abu Muhammad Sahl dalam Tafsir al-Tasturi, terbitan Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, jilid 13, halaman 222.    

3 dari 4 halaman

Lanjutan Khutbah Pertama

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Lantas apa isi perjanjian kita kepada Allah? Dan apa tujuannya? Lanjutan ayat surah Al-A'raf 172 menyebutkan: 

أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

Artinya: (Allah berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah  orang-orang yang lengah  terhadap ini (keesaan Tuhan),” (QS. Al-A’raf : 172)

Berdasar ayat ini, kita membenarkan ketuhanan Allah. Secara tidak langsung, kita sudah berikrar jauh sebelum terlahir ke dunia untuk mengakui ketuhanan Allah, kita mengakui keesaan Allah, kita tidak akan beribadah kepada selain Allah, kita tidak akan meminta tolong kepada selain Allah. Konsekuensinya, kita tidak alasan untuk tidak mengesakan-Nya. Di akhirat kita tidak ada alasan mengaku sebagai orang yang lupa terhadap janji. 

Sumpah serupa juga diambil Allah dari para nabi. 

وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi, dari kamu (sendiri) dan dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh,” (QS. Al-Ahzab: 7)

Bedanya, perjanjian Allah dengan para nabi bukan soal menuhankan-Nya, melainkan soal saling meneguhkan antara satu nabi dengan yang lain, soal penyampaian risalah, dan tugas-tugas kenabian lainnya. 

Hadirin rahimakumullah, Lantas, mengapa kemudian manusia ingkar janji, menyimpang, dan kufur?  

Itulah sifat manusia. Mereka lupa atas janjinya sendiri di hadapan rabb mereka. Makanya Allah mengutus para rasul untuk mengingatkan janji itu. Sehingga tidak ada hujjah atau alasan bagi mereka untuk tidak beriman saat ditagih janji pada hari kiamat kelak. Tak lagi ada alasan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah  orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),” (QS. Al-A’raf : 172)

Dari ayat dan hadis ini, dapat dipetik beberapa poin penting:

  • Setelah menciptakan Adam, Allah mengeluarkan seluruh calon keturunannya.
  • Tidak akan berdiri kiamat sebelum seluruh keturunan yang berjanji itu terlahir ke dunia.
  • Saat seluruh calon keturunan Adam dikeluarkan, Allah mengadakan perjanjian dengan mereka.
  • Dalam perjanjian itu, manusia sudah berjanji untuk menuhankan Allah.
  • Secara tak langsung, mereka juga berjanji untuk tak menyekutukan-Nya, tidak menyembah kepada selain-Nya, tidak meminta kepada selain-Nya, dan seterusnya.
  • Namun, manusia memiliki sifat lupa dan ingkar atas janji yang telah diungkapkan.
  • Maka para nabi dan rasul diutus tak lain kecuali untuk mengingatkan janji manusia kepada Allah yang pernah diikrarkannya sebelum lahir ke dunia.
  • Sehingga di akhirat, tidak ada alasan bagi mereka lupa janji atau lengah atas ketuhanan dan keesaan Allah.

Semoga kita termasuk hamba yang berpegang teguh terhadap janji, terutama janji untuk mengesakan Allah, sehingga kelak di akhirat termasuk hamba yang selamat dan mendapat rida-Nya.   

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

4 dari 4 halaman

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Saksikan Video Pilihan ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.