Sukses

Jejak Sungai Jaihan yang Disebut Bersumber dari Surga, Lahirkan Peradaban Hebat hingga Serbuan Jenghis Khan

Telah dipancarkan empat buah sungai dari surga, yakni Eufrat, Nil, Saihan, dan Jaihan. (Hadis)

Liputan6.com, Jakarta - Ada empat sungai di dunia yang disebut bersumber dari surga. Keempat sungai itu, faktanya memang begitu penting dalam sejarah peraban manusia.

Empat sungai tersebut yakni, Sungai Nil, Sungai Eufrat, Sungai Seihan dan Sungai Jaihan. Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda: 

فجرت أربع أنهار من الجنة: الفرات، والنيل، وسيحان وجيحان

“Fujjirat arba’atu anhaarin minal-jannati, Al-furaatu wa an-niilu, wa saihaana wa Jaihana.” 

Artinya, “Telah dipancarkan empat buah sungai dari surga, yakni Eufrat, Nil, Saihan, dan Jaihan.

Hadis ini dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah No 112.

Dalam banyak penjelasannya, konon sumber mata air sungai-sungai tersebut adalah jelmaan dari surga lapisan yang paling bawah.

Sumber mata air ini dilindungi oleh sepasang sayap malaikat Jibril. Ia menitipkannya pada gunung yang kemudian mengalirkannya ke Bumi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penjelasan Syekh Nashirudin al-Albani tentang Sungai Surga

Mengutip Republika, tentang hadis ini, Syekh Nashirudin al-Albani mengungkapkan, yang dimaksud Nabi bahwa sungai-sungai tersebut berasal dari surga, sama seperti manusia yang juga berasal dari surga. Menurut dia, hadis itu tidak bertentangan dengan fakta bahwa sungai itu berasal dari mata air yang sangat dikenal di bumi ini.

Jika bukan itu yang dimaksud oleh hadis tersebut, papar Syekh Al-Albani, hal itu merupakan sesuatu yang gaib yang harus dipercayai dan diterima karena Nabi sendirilah yang menceritakan hal itu kepada kita, paparnya dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah.

Setelah mengupas Sungai Nil, Eufrat dan Saihan atau Seihan, kali ini kita akan mengulas jejak dan keadaan Sungai Jaihan. Sungai Jaihan dikenal pula dengan nama Amu Darya, salah satu sungai terpanjang di Asia Tengah.

Di dunia Barat, sungai ini terkenal mulai dari zaman Yunani hingga Romawi dengan nama Sungai Oxus. Orang Arab mengenalnya dengan nama Sungai Jaihan. Sungai ini memiliki panjang sekitar 2.540 km dan terbentuk dari persimpangan sungai Vakash dan Panj.

Sungai yang memiliki debit air sekitar 97,4 kubik km per tahun itu mengalir dari Pegunungan Pamir ke arah barat laut melewati perbatasan antara Afghanistan dan Tajikistan, Uzbekistan, dan Turkmenistan sebelum mengalir ke Gurun Karakum di Turkmenistan dan Uzbekistan. Sungai ini berakhir ke Laut Aral melewati delta yang luas.

Seluruh airnya berasal dari pegunungan tinggi dengan curah hujan sekitar 1.000 mm per tahun. Meskipun berasal dari sumber air berskala besar, penguapan musim panas menyebabkan tidak semua air yang mengalir di sungai itu mencapai Laut Aral.

 

3 dari 5 halaman

Sungai yang Membelah

Salah satu sumber mata air Sungai Amu Darya atau Jaihan adalah Sungai Pamir yang bersumber dari Danau Zorkul atau juga dikenal dengan Danau Victoria di Pegunungan Pamir. Sungai itu bergabung dengan Sungai Wakhan yang merupakan perpanjangan dari Sungai Panj.

Sejarah mencatat pada periode-periode yang berbeda, sungai ini mengalir ke Laut Aral, Laut Kaspia, atau keduanya sama seperti Syr Darya. Pada zaman dahulu, sungai ini dikenal dengan nama Vaksu di kalangan orang-orang Indo-Arya.

Dalam sejarah Afghanistan kuno, sungai ini disebut Sungan Gozan. Pada periode Sassaniyah di Persia Tengah, sungai ini dikenal sebagai Sungai Wehrod, yang secara literatur berarti sungai baik.

Nama Amu berasal dari sebuah Kota Amul (kini dikenal dengan Turkmenabat) dan Darya berarti sungai dalam bahasa Persia. Pada masa kuno, sungai yang disebut Oxus itu menjadi garis pembatas antara Iran dan Turan. Drainase sungai tersebut terletak di antara kekaisaran kuno Genghis Khan dan Alexander Agung, meskipun mereka hidup di waktu yang berbeda.

Aliran Sungai Amu Darya atau Jaihan diperkirakan menyeberangi Gurun Karakum dan telah menghilang seiring dengan perubahan yang terjadi selama beberapa ratus tahun. Dari abad ke-13 hingga akhir abad ke-16, sungai ini berhenti mengalir baik menuju Laut Aral maupun Kaspia, tetapi ke cabang terakhir yang disebut Sungai Uzboy.

Sungai ini membelah diri dari aliran utamanya di sebelah selatan Delta Amu Darya. Kadang-kadang alirannya membelah menjadi dua dan kebanyakan cabang ini mengalir ke barat arah Kaspia.

4 dari 5 halaman

Proyek Kanal Raksasa yang Tak Terwujud

Orang-orang mulai menetap di dataran Amu Darya dan Uzboy sejak abad kelima Masehi. Mereka membangun rantai pertanian, desa, dan kota besar. Oleh Dam Gurganj, sungai ini dibuat bercabang menuju Laut Aral.

Dam ini dihancurkan oleh pasukan Jenghis Khan pada 1221 dan aliran sungai ini kembali berpindah di antara sungai utama dan Uzboy. Pada abad ke-18 M, aliran sungai kembali berputar ke utara, mengalir ke Laut Aral. Air terus mengalir ke Uzboy hingga pada 1720 air sungai di sana benar-benar kering.

Seorang penjelajah Inggris mencapai wilayah ini pada periode Permainan Besar. Ia dikirim untuk mencari sumber air sungai tersebut pada 1839. Ia menemukan Danau Zorkul yang kemudian dinamai Sungai Victoria.

Pada 1960 dan 1970, Amu Darya digunakan Uni Soviet untuk mengairi ladang kapas di Asia Tengah. Sebelumnya, air dari sungai ini telah digunakan untuk pertanian namun tidak dalam skala besar.

Sebuah proyek Kanal Utama Turkmenistan telah direncanakan untuk mengalirkan air ke sepanjang Sungai Uzboy menuju pusat Turkmenistan, namun proyek tersebut tidak pernah terjadi.

Kota Amu, sebuah kota yang menjadi asal nama sungai Amu Darya, kini merupakan sebuah kota industri modern. Meskipun telah menjelma menjadi kota industri, Turkmenabat, nama kota ini sekarang, kota yang terletak di Provinsi Lebap itu telah mencatat sejarahnya sejak 2.000 tahun yang lalu.

 

5 dari 5 halaman

Pusat Industri

Kota itu telah menjadi pusat persilangan tiga jalan Jalur Sutra yang kemudian berpisah di tiga tujuan, yaitu Bukhara, Khiva, dan Merv. Turkmenabat atau Amul merupakan kota penting Kerajaan Bu khara selama berabad-abad.

Dengan adanya invasi Kerajaan Rusia ke seluruh Asia Tengah, Amul menjadi bagian dari ke kuasaan Rusia di bawah komando Emir Bukhara yang tunduk pada penguasa Rusia.

Kota modern Amu didirikan pada 1886, ketika beberapa orang Cossack dari Rusia menetap di daerah yang bernama Uralka, salah satu wilayah di turkmenabat dan menamakan daerah tersebut dengan Chardjuy Baru. Setelah itu diselesaikanlah jalur kereta Trans Kaspia.

Setelah revolusi 1917, orang-orang komunis mulai meruntuhkan kerajaan di Amu dan menjadikannya republik. Perannya sebagai persimpangan jalur kereta dan tanahnya yang subur membuat kota ini menjadi pusat perdagangan produk-produk pertanian di bagian timur laut negara tersebut.

Kota tersebut memiliki pabrik-pabrik tekstil dan produksi makanan. Chardzhou merupakan pusat industri dan transportasi Turkmenistan selama periode Soviet. Namun, setelah itu seluruh kegiatan ini dipindahkan ke Ashgabat sejak kemerdekaan Turkmenistan. 

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.