Sukses

Apakah Semua Habib atau Keturunan Nabi Dipastikan Masuk Surga? Ini Kata UAS

Makna habib kerap dinisbatkan terhadap keturunan Rasulullah SAW. Habib di Indonesia cukup banyak. Organisasi yang menaungi sekaligus mencatat keturunan nabi di Tanah Air adalah Rabithah Alawiyah.

Liputan6.com, Jakarta - Makna habib kerap dinisbatkan terhadap keturunan Rasulullah SAW. Habib di Indonesia cukup banyak. Organisasi yang menaungi sekaligus mencatat keturunan nabi di Tanah Air adalah Rabithah Alawiyah.

Seorang muslim hendaknya menghormati sekaligus mencintai keluarga dan keturunan Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana imbauan Rasulullah SAW kepada umatnya, di samping juga merupakan perintah Allah SWT.

Sebagai keturunan nabi, sejatinya seorang habib menjadi teladan dengan mencerminkan akhlak mulia sebagaimana Rasulullah SAW. Rabithah Alawiyah yang dipimpin Habib Zen bin Smith juga menekankan bahwa akhlak yang baik menjadi salah satu alasan utama keturunan nabi disebut habib.

Fenomena keturunan nabi yang tak mencerminkan akhlak Rasulullah SAW sering ditemukan di Indonesia. Bahkan ada yang menganggap bahwa seorang habib akan mendapat syafaat di akhirat kelak meskipun ia menyimpang dari agama.

Hal tersebut menjadi pertanyaan dari salah seorang jemaah yang mengikuti kajian Ustaz Abdul Somad (UAS).

“Apakah semua keturunan Rasulullah SAW (habib) atau syarifah akan dipastikan masuk surga  walau di dunia dia tidak mentaati perintah Allah?” tanya jemaah tersebut yang dibaca UAS, dikutip dari YouTube Tanya Ustadz Abdul Somad, Kamis (4/5/2023).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jawaban UAS

UAS mengutip satu hadis shahih untuk menjawab pertanyaan tersebut. “Seandainya Fatimah anak Muhammad mencuri, aku yang akan memotong tangannya,” demikian bunyi hadis yang disampaikan UAS.

Berdasarkan hadis tersebut, UAS menegaskan bahwa hukum dalam Islam berlaku bagi siapapun, termasuk keturunan Rasulullah SAW sekalipun. Artinya, tidak semata-mata keturunan nabi memiliki kekebalan hukum atas hukum-hukum yang ditetapkan Allah SWT.

“Hukum berlaku bagi keturunan Nabi Muhammad SAW,” kata UAS.

Meskipun demikian, banyak juga habib di Indonesia yang mencerminkan akhlak Rasulullah SAW. Mereka berilmu dan beramal saleh.

UAS sendiri mengaku sangat menghormati para keturunan Rasulullah SAW yang demikian.

“Kenapa ustaz cium Habib Umar di Istiqlal kemarin, karena beliau punya silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW,” tutur UAS.

3 dari 3 halaman

Pendapat Sayyid Abdullah Al-Haddad

Pendapat UAS senada dengan Sayyid Abdullah Al-Haddad. Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak setuju atas anggapan bahwa keturunan Rasulullah SAW dipastikan masuk surga meskipun melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari agama.

فيقول هؤلاء أهل بيت رسول الله صلى الله عليه وسلم، ورسول الله شفيع لهم، ولعل الذنوب لا تضرهم، وهذا قول شنيع، يضر القائل به نفسه، ويضر به غيره من الجاهلين، وكيف يقول أحد ذالك وفي كتاب الله العزيز ما يدل غلى اهل أن أهل البيت يضاعف لهم الثواب على الحسنات، والعقاب على السيئات.

Artinya: “Ada yang mengatakan,”Biarlah, mereka adalah dari Ahlul Bait, Rasulullah ﷺ pasti akan bersyafaat kepada mereka, dan mungkin pula dosa-dosa yang mereka lakukan tak akan menjadi mudarat atas mereka.” Sungguh ini adalah ucapan yang amat buruk, yang menimbulkan mudarat bagi si pembicara sendiri dan bagi orang-orang lainnya yang tergolong kaum jahil. Bagaimana bisa seseorang berkata seperti itu, sedangkan dalam Al-Qurán, Kitab Allah yang mulia terdapat petunjuk bahwa anggota keluarga Rasulullah dilipat gandakan bagi mereka pahala amal baiknya, demikian pula hukuman atas perbuatan buruknya.” (Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 88)

Mengutip NU Online, sangat jelas bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak setuju terhadap anggapan bahwa orang-orang tertentu seperti Ahlul Bait memiliki kekebalan hukum atas hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah subhanahu wataála disebakan kemuliaan nasabnya yang bersambung kepada Rasulullah.

Ulama yang diyakini sebagai pembaharu abad 11 hijriyah ini menyebut orang yang memiliki anggapan seperti itu telah melakukan perbuatan dusta tentang Allah subhanahu wataála serta menyalahi ijma’ seluruh kaum Muslilimin. (Lihat hal. 89). Wallahu'alam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.