Sukses

4 Masjid Tertua di Pulau Dewata Bali, Cocok Untuk Destinasi Wisata Rohani

Wisata masjid tertua di Bali untuk wisata rohani

Liputan6.com, Jakarta - Bali merupakan salah satu wilayah Indonesia yang keindahan alamnya sudah di akui dunia sehingga menjadi destinasi yang paling banyak dikunjungi. Dikenal sebagai sebutan Pulau Seribu Pura, sehingga hampir setiap jengkal wilayah Bali terdapat pura, wajar jika penduduk Bali mayoritas beragama Hindu. 

Meski demikian, bagi pemeluk agama selain Hindu tidak perlu khawatir, karena di Bali juga berdiri tempat ibadah umat Islam seperti masjid. Sehingga penduduk muslim yang ada di Bali ataupun wisatawan Muslim yang berkunjung dapat melakukan ibadah. 

Diketahui, Islam masuk ke pulau Bali sejak zaman kejayaan Kerajaan Majapahit pada sekitar abad XIII dan XIV Masehi. Pada saat itu Raja Gelgel pertama, Dalem Ketut Ngelesir (1380-1460 M) mengadakan kunjungan ke keraton Majapahit untuk bertemu dengan Raja Hayam Wuruk. 

Selain itu sebagai bentuk kepatuhan terhadap Kerajaan Majapahit yang berada di Mojokerto. Setelah acara tersebut selesai, Dalem Ketut Ngelesir pulang ke Bali.  

Kembalinya Dalem Ketut Ngelesir ke kerajaannya dengan diantar oleh 40 orang dari Majapahit sebagai pengiring, dua di antaranya adalah Raden Modin dan Kiai Abdul Jalil bersama 40 orang pengiring dari Majapahit. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Awal Mulai Masuknya Islam di Bali

Para pengawal muslim itu hanya bertindak sebagai abdi dalam Kerajaan Gelgel. Setelah tiba di Gelgel mereka menempati satu pemukiman dan membangun masjid yang diberi nama Masjid Gelgel, yang kini merupakan tempat ibadah umat Islam tertua di Bali.  

Peristiwa ini dijadikan sebagai patokan masuknya Islam di Bali yang berpusat di kerajaan Gelgel Bali. Raden Modin dan Kiai Jalil ini menetap cukup lama tinggal di pusat Kerajaan Gelgel Klungkung.  

Namun dalam perkembangannya mereka meninggalkan Gelgel menuju ke arah timur dan berhenti di desa Banjar Lebah. Di Banjar Lebah ini Raden Modin menetap dan tidak melanjutkan perjalanan, sedang Kiai Jalil tetap meneruskan perjalanan sampai di desa Saren sampai meninggal di desa tersebut.

Dia meninggalkan tulisan mushaf Al-Qur'an dan sebuah bedug yang sekarang kondisinya sudah mengalami kerusakan. Sejak itu umat Islam mulai ada pengikutnya.  

Raden Modin dan Kiai Abdul Jalil dapat dikatakan merupakan dua orang tokoh atau wali yang pertama kali menyebarkan agama Islam di pulau Bali. Makamnya hingga saat ini banyak dikunjungi umat Islam untuk berziarah

3 dari 3 halaman

4 Masjid Tertua Di Bali

Mengutip dari berbagai sumber berikut beberapa mesjid tertua di tanah Bali di antaranya: 

1. Masjid Al-Muhajirin, Kota Denpasar

Masjid ini terletak di sebuah kampung muslim di Kelurahan Kepaon, Kota Denpasar. Masjid Al-Muhajirin termasuk masjid tertua di Kota Denpasar, berdiri pada tahun 1326 Hijriah dengan ukuran 12x12 meter.

Pada awal dibangun, masjid ini bernama Masjid Hamsul Mursalim. Kemudian dengan kehadiran seorang tokoh Islam bernama Haji Abdurrahman, serta pendatang yang berasal dari Madura, Budis, Melayu, dan penduduk Bali yang mendiami Kampung Kepaon, menuntut adanya peralihan nama. Sehingga nama masjid diubah menjadi Masjid Jamik Al-Muhajirin.

Masjid mulai direnovasi secara bertahap sejak tahun 1976. Renovasi dilakukan karena tembok masjid mengalami kerusakan ketika gempa 6,7 SR telah mengguncang Bali kala itu.

2. Masjid Nurul Huda di Desa Gelgel, Kabupaten Klungkung

Masjid yang terletak di Jalan Waturenggong, Desa Gelgel, ini merupakan masjid pertama sekaligus tertua di Bali. Berdiri pada abad ke-14 di masa Kerajaan Gelgel. Nama Nurul Huda memiliki arti cahaya petunjuk.

Menara yang berdiri di halaman masjid ini sudah berumur ratusan tahun, dengan tinggi sekitar 17 meter. Pada bagian mimbarnya terdapat informasi tentang renovasi masjid pertama kali, yang dilakukan pada tanggal 7 Juli 1280 Hijriah atau 1863 Masehi.

Kemudian pada tahun 1989 atau pada 1409 Hijriah, dilakukan pembangunan ulang Masjid Nurul Huda dengan menggunakan konstruksi beton dan berlantai dua. Ada beberapa bagian yang masih dipertahankan, satu di antaranya pada bagian atap.

3. Masjid As Syuhada di Kampung Bugis, Kota Denpasar 

Masjid As Syuhada merupakan masjid tertua kedua di Bali setelah Masjid Nurul Huda Klungkung. Masjid ini berlokasi di Jalan Tukad Pekaseh, Kampung Bugis, Kelurahan Serangan.

Masjid Nurul Huda merupakan hadiah pemberian seorang raja dari Kerajaan Puri Pemecutan. Hal ini karena warga Bugis pernah membantu raja pada saat berperang melawan Kerajaan Mengwi.

Masjid ini masih menyimpan peninggalan sejarah berupa kitab Alquran tua. Alquran yang terbuat dari kulit unta ini dibawa dari Sulawesi, dan diperkirakan berasal dari Arab Saudi yang ditulis di Kota Makkah.

4. Masjid Agung Jami, Kabupaten Buleleng

Masjid Agung Jami terletak di Jalan Imam Bonjol 65, Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng. 

Mengutip dari situs Disbud.bulelengkab.go.id, masjid ini dibangun pada era Kerajaan Buleleng sekitar abad ke-19 Masehi, sekitar tahun 1846.

Pembangunan masjid tidak terlepas dari peran seorang pemimpin Buleleng yang bernama Agung Ngurah Ketut Jelantik Polong. Karena ia memeluk Hindu, maka segala urusan terkait masjid diserahkan kepada saudaranya yang bernama Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie.

Saudaranya yang telah memeluk Agama Islam ini dibantu oleh tokoh Islam setempat bernama Abdullah Maskati. Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie pernah menulis kitab Alquran, dan tulisan tangan tersebut masih disimpan di Masjid Agung Jamik, Kota Singaraja hingga sekarang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.