Sukses

Hikayat Masjid Tertua di Maluku Utara dan Tradisi Zikir Massal di Malam Pergantian Tahun

Banyak cara masyarakat menyambut dan memeriahkan malam pergantian tahun. Pemerintah kota dan masyarakat di Ternate, Maluku Utara, memilih mengisi malam pergantian tahun dengan kegiatan religius berupa ritual tradisi berzikir secara berjamaah di masjid bagi warga muslim

Liputan6.com, Ternate - Banyak cara masyarakat menyambut dan memeriahkan malam pergantian tahun. Pemerintah kota dan masyarakat di Ternate, Maluku Utara, memilih mengisi malam pergantian tahun dengan kegiatan religius berupa ritual tradisi berzikir secara berjamaah di masjid bagi warga muslim, dan berdoa di tempat ibadah masing-masing bagi warga yang beragama lain.

Wali Kota Ternate, Tauhid Sulaima, mengemukakan bahwa Kota Ternate sejak ratusan tahun silam sudah dikenal sebagai daerah kesultanan dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Oleh karena itu, kegiatan untuk menyambut dan menyemarakkan malam pergantian tahun yang dipilih adalah berdoa, berzikir secara berjamaah di masjid.

Dulu malam pergantian tahun di kota berpenduduk 200 ribu jiwa ini selalu dimeriahkan dengan kegiatan hiburan, sehingga sering mendapat sorotan dari sejumlah kalangan.

Pemkot Ternate kemudian mengganti kegiatan pada malam pergantian tahun menjadi ritual tradisi berzikir secara berjamaah di masjid . Apalagi, sejumlah bencana seperti erupsi Gunung Gamalama dan banjir lahar dingin yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa menimpa daerah ini.

Kalangan tokoh agama di Ternate, seperti Muhammad Lutfi, sangat mendukung kebijakan Pemkot Ternate yang terus mempertahankan kegiatan berzikir secara berjamaah di masjid pada malam pergantian tahun, karena untuk mensyukuri nikmat Tuhan, bukan dengan hura-hura.

Melalui kegiatan zikir berjamaah di masjid itu juga dapat menjadi momentum bagi semua kalangan di kota penghasil rempah ini untuk introspeksi diri atas apa yang telah dilakukan dalam setahun terakhir untuk selanjutnya diperbaiki pada tahun berikutnya jika yang dilakukan itu banyak menyimpang dari norma agama dan hukum negara.

Pemerhati sosial di Ternate, Saiful Madjid menilai kegiatan berzikir secara berjamaah di masjid pada malam pergantian tahun menjadi salah satu terapi sosial untuk mencegah terjadinya berbagai perilaku sosial yang menyimpang yang biasanya dilakukan masyarakat pada malam pergantian tahun.

Mendengar lantunan zikir berjamaah di masjid secara psikologis akan mendorong seseorang untuk tidak melakukan sesuatu yang menyimpang dari tuntunan agama dan hukum negara yang berlaku, misalnya mabuk-mabuk atau tawuran seperti yang biasanya terjadi pada setiap malam pergantian tahun.

Motivasi psikologis seperti itu tidak akan muncul kalau yang didengar adalah hiruk pikuk suara musik, apalagi penyanyinya menampilkan goyangan dan kostum mini yang memunculkan imajinasi negatif kepada orang yang menontonnya, terutama kalangan remaja.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wisata Religi

Kegiatan zikir berjamaah di setiap masjid di seluruh pelosok kota Ternate yang dilaksanakan setiap malam pergantian tahun, dapat menjadi tujuan wisata religi, terutama yang digelar di Masjid Kesultanan Ternate, masjid tertua di wilayah Maluku Utara.

Di masjid berusia ratusan tahun ini, selain menyaksikan kekhasan ritual berzikir yang dilakukan para pengurus masjid dan masyarakat adat Kesultanan Ternate juga bisa melihat beragam keunikan yang ada di masjid ini.

Misalnya, keunikan dalam melaksanakan salat wajib lima waktu dan salat hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, yang menurut salah seorang warga Kesultanan Ternate, Jafar Noho, semua yang salat di masjid ini harus memakai celana panjang dan penutup kepala berupa kopiah atau sorban.

Di Masjid Kesultanan Ternate dulunya yang bisa melaksanakan salat hanyalah kaum pria, tetapi sejak sekitar tahun 2010 wanita sudah bisa pula ikut salat di masjid itu, namun bangunannya terpisah dengan bangunan utama masjid yang menjadi tempat kaum pria melaksanakan salat.

Setiap bagian dari bangunan masjid Kesultanan Ternate juga memiliki makna simbolis. Misalnya, tangga naik di bagian depan yang berjumlah tujuh undakan menunjukkan tujuh lapis bumi dan bagian atap tujuh tingkat menggambarkan tujuh lapis langit

Kepala Dinas Pariwisata Kota Ternate, Rustam P Mahli, menyebutkan selain Masjid Kesultanan Ternate tujuan wisata religi lainnya di daerah ini yang juga melaksanakan ritual ibadah pada malam pergantian tahun adalah Gereja Santo Willibrordus dan Gereja Protestan Imanual atau juga yang dikenal dengan nama gereja ayam.

Gereja Katolik Santo Willibrordus atau juga yang dikenal dengan nama Gereja Batu dibangun pada abad ke-15 oleh misionaris dari Portugis bernama Peter Fransiscus Xaverius atau merupakan gereja katolik pertama yang dibangun di Indonesia.

Di Gereja Katolik Santo Willibrordus itu terdapat lonceng Maria yang merupakan lonceng gereja tertua di Indonesia dibuat oleh seorang warga Portugis bernama Pedro Fiaz Boccaro dan dibawa ke Ternate tahun 1603 ketika Portugis menjajah Ternate.

Masyarakat Ternate setelah semalam melaksanakan ritual berzikir di masjid, esoknya atau 1 Januari 2023 yang merupakan hari libur nasional memadati berbagai objek wisata yang ada di Kota Ternate, seperti objek wisata pantai Sulamadaha dan objek wisata pantai Tobololo.

Banyaknya wisatawan yang memadati objek wisata itu menjadi berkah bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM yang di setiap objek wisata, terutama para penjual makanan karena omset penjualan mereka meningkat.

Seorang pedagang makanan di objek wisata Pantai Sulamadaha, Erni Djafar, mengaku dalam setiap libur tahun baru bisa mengantongi omset penjualan sampai Rp5 Juta, jauh meningkat jika dibandingkan dengan hari libur biasanya yang paling tinggi Rp1 Juta.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.