Sukses

Pendekatan Agama untuk Kesehatan Mental dan Pencegahan Bunuh Diri

Para tokoh agama juga harus mendapatkan pengetahuan ilmiah terkait kesehatan mental agar ilmu terkait kesehatan jiwa bisa sesuai dengan pemahaman teks keagamaan, menghasilkan pemahaman baru dan positif terkait kesehatan mental

Liputan6.com, Jakarta - Para pemuka agama diminta membantu menyebarkan kesadaran mengenai kesehatan mental demi mengikis stigma yang melekat di tengah masyarakat, kata Dr. Bahrul Fuad, M.A. yang juga Doktor Sosiologi dari Universitas Indonesia.

"Agama dan tokoh agama punya peranan penting dalam mengubah cara pandang masyarakat terkait dengan masalah kejiwaan," kata pria yang akrab disapa Cak Fu dalam konferensi pers daring, Senin.

Bahrul yang juga Komisioner Komnas Perempuan mengatakan untuk mengubah persepsi, penjelasan seputar kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri dapat dimasukkan ke dalam khutbah agama seperti pengajian di masjid atau kebaktian di gereja.

Di sisi lain, para tokoh agama juga harus mendapatkan pengetahuan ilmiah terkait kesehatan mental agar ilmu terkait kesehatan jiwa bisa sesuai dengan pemahaman teks keagamaan, menghasilkan pemahaman baru dan positif terkait kesehatan mental.

Dia berharap para tokoh agama melakukan tafsir ulang terkait isi kitab suci yang bertentangan dengan kesehatan mental dan menyudutkan orang-orang dengan gangguan jiwa.

"Saya harap dengan penjelasan saintifik, tokoh agama bisa coba melakukan tafsir ulang terhadap teks keagamaan yang lebih positif dan dapat mendorong baik kepada keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah untuk lebih aware soal kesehatan jiwa atau mental," papar anggota Dewan Penasehat NLR Indonesia itu, dikutip Antara.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Agama Menekan Potensi Bunuh Diri

Cak Fu yang sudah 25 tahun jadi pegiat inklusi disabilitas juga menyebutkan tentang betapa pentingnya pendekatan agama terhadap pandangan disabilitas di Indonesia.

Selama ini, kata dia, berbagai agama mempercayai bahwa prilaku bunuh diri merupakan perbuatan dosa besar, sehingga mereka yang mencoba bunuh diri mengalami berbagai jenis stigma dan dipandang buruk dan orang yang meninggal karena bunuh diri dilabeli sebagai orang yang tidak bermoral atau memiliki karakter jiwa rendah dan tidak termaafkan.

Dia melanjutkan beberapa temuan ilmiah menunjukkan bahwa perilaku bunuh diri banyak disebabkan oleh situasi di luar individu yang menyebabkan keguncangan mental atau jiwa dan mendorong seseorang untuk melakukan prilaku bunuh diri.

"Saya harap agama, dalam hal ini keseluruhan, punya ajaran spiritualitas sangat kental, bisa dioptimalkan untuk membantu orang-orang yang mengalami gangguan jiwa agar bisa terbebas dari persoalan masalah kejiwaan," ujar dia.

3 dari 3 halaman

KONTAK BANTUAN

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.