Sukses

Hidrosefalus adalah Penumpukan Cairan di Otak, Ketahui Penyabab dan Cara Mengatasinya

Hidrosefalus adalah kondisi medis yang terjadi ketika cairan serebrospinal (CSF) menumpuk di dalam rongga otak.

Liputan6.com, Jakarta Hidrosefalus adalah kondisi medis yang terjadi akibat penumpukan cairan di rongga otak, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan pada otak. Cairan yang dimaksud adalah cairan serebrospinal (CSF) yang berfungsi melindungi, serta memberi nutrisi pada otak.

Ketidakseimbangan antara produksi, sirkulasi dan penyerapan CSF, dapat mengakibatkan akumulasi CSF di otak sehingga mengganggu fungsi normal otak dan sistem saraf. Gejala hidrosefalus dapat bervariasi, tergantung pada usia dan tingkat keparahannya.

Pada bayi dan anak-anak, gejala yang muncul umumnya berupa kepala yang membesar lebih cepat dari pertumbuhan normalnya, muntah, kram, keterlambatan perkembangan dan perubahan perilaku.  Sedangkan pada orang dewasa, gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala, mual, kesulitan berjalan, inkontinensia urin dan gangguan penglihatan.

Penyebab terjadinya hidrosefalus juga bervariasi. Pada bayi dan anak-anak, hal ini dapat disebabkan oleh kelainan bawaan seperti stenosis akueduktus serebri atau kista arakhnoid. Pada orang dewasa, hidrosefalus biasanya terjadi akibat tumor otak, perdarahan otak, infeksi, atau trauma kepala.

Untuk mendiagnosis hidrosefalus, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan pencitraan seperti computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI). Berikut ini penyebab dan penanganan hidrosefalus yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (21/3/2024). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Itu Hidrosefalus?

Hidrosefalus merupakan kondisi yang ditandai peningkatan jumlah cairan serebrospinal (CSF) di dalam ruang-ruang ventrikel di otak, menyebabkan tekanan yang berlebihan dan potensial merusak jaringan otak. Pada kondisi normal, CSF berfungsi untuk melindungi otak dan sumsum tulang belakang, namun pada hidrosefalus, penumpukan cairan ini dapat mengganggu fungsi otak dan saraf. Terdapat dua jenis utama hidrosefalus diantaranya kongenital dan yang didapat setelah lahir.

Hidrosefalus kongenital terjadi karena kelainan bawaan yang terjadi selama kehamilan, seperti infeksi atau kekurangan nutrisi tertentu. Gejalanya dapat mencakup peningkatan ukuran kepala bayi, kejang, keterlambatan perkembangan dan kesulitan bergerak. Di sisi lain, hidrosefalus yang didapat dapat muncul sebagai akibat dari kondisi lain, seperti stroke, radang otak, atau tumor. Gejalanya mungkin berbeda tergantung pada penyebabnya, tetapi bisa mencakup sakit kepala hebat, muntah, kebingungan dan gangguan penglihatan.

Kondisi ini menyebabkan otak membengkak, karena tekanan yang dihasilkan oleh peningkatan cairan serebrospinal di dalam rongga ventrikel otak. Normalnya, cairan ini mengalir melalui otak dan sumsum tulang belakang, kemudian diserap oleh pembuluh darah. Namun pada hidrosefalus, tekanan yang berlebihan dapat merusak jaringan otak, menyebabkan gangguan fungsi otak yang luas.

Hidrosefalus bukan hanya kondisi fisik semata, tetapi juga dapat memiliki dampak serius pada perkembangan dan kesehatan anak. Hampir semua aspek kehidupan anak, termasuk pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kemampuan belajar, dapat terpengaruh oleh hidrosefalus jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen dan gangguan kesehatan lainnya.

 

3 dari 4 halaman

Penyebab

Penyebab hidrosefalus kongenital seringkali terkait dengan infeksi yang terjadi selama masa kehamilan, seperti infeksi virus cytomegalovirus (CMV), rubella, penyakit gondok, sifilis, atau toksoplasma. Di sisi lain, hidrosefalus yang terjadi setelah lahir (acquired hydrocephalus) sering disebabkan oleh gangguan pada sirkulasi cairan otak akibat berbagai penyakit otak, seperti stroke perdarahan, tumor otak, cedera otak yang parah, radang otak, atau radang selaput otak.

Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan serebrospinal (CSF) ini, menjadi faktor kunci dalam terjadinya hidrosefalus. CSF diproduksi oleh jaringan yang melapisi ventrikel otak dan mengalir melalui saluran interkoneksi, menuju ruang di sekitar otak dan tulang belakang. Fungsi utama CSF antara lain menjaga otak tetap mengapung dalam tengkorak, memberikan bantalan untuk mencegah cedera, mengeluarkan produk sisa metabolisme otak, dan mempertahankan tekanan konstan di dalam otak.

Terlalu banyaknya CSF di ventrikel dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk sumbatan pada saluran aliran CSF, penyerapan yang buruk oleh pembuluh darah di otak, atau produksi cairan yang berlebihan. Sumbatan dapat terjadi karena adanya penyumbatan parsial dalam aliran CSF dari satu ventrikel ke ventrikel lainnya, atau dari ventrikel ke ruang di sekitar otak. Pemahaman mendalam tentang penyebab hidrosefalus penting, dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan aliran CSF, para profesional medis dapat merencanakan strategi pengobatan yang lebih efektif untuk pasien hidrosefalus, baik itu melalui tindakan pencegahan, intervensi bedah, atau terapi lainnya.

4 dari 4 halaman

Penanganan Pada Bayi dan Orang Dewasa

Hidrosefalus baik pada bayi maupun orang dewasa, memerlukan perawatan yang cermat dan terencana. Berbagai jenis perawatan telah dikembangkan untuk mengatasi kondisi ini, termasuk tindakan bedah dan penanganan medis. 

Perawatan Hidrosefalus Pada Dewasa

1. Operasi Shunt: Penanganan paling umum untuk hidrosefalus adalah melalui operasi pemasangan shunt. Shunt adalah prosedur di mana sebuah selang ditempatkan di dalam ventrikel otak, untuk mengalirkan cairan serebrospinal ke area lain di tubuh, seperti perut atau rongga hati, di mana cairan tersebut dapat diserap oleh pembuluh darah. Ini membantu mengurangi tekanan cairan di otak.

2. Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV): Operasi lain yang dapat dilakukan adalah ETV. Dalam prosedur ini, dokter membuat lubang pada dasar salah satu ventrikel otak, atau antara ventrikel untuk memungkinkan cairan serebrospinal mengalir keluar dari otak. ETV lebih cocok untuk kasus hidrosefalus yang disebabkan oleh sumbatan.

3. Proses Penyembuhan: Setelah operasi dilakukan, pasien perlu menjalani pemantauan dan perawatan yang berkelanjutan. Hal ini melibatkan kunjungan rutin ke dokter untuk memeriksa kondisi, serta pemantauan terhadap kemungkinan gejala atau komplikasi pasca-operasi, seperti peradangan di sekitar sayatan operasi atau gejala neurologis.

Perawatan Hidrosefalus Pada Bayi

1. Endoscopic Third Ventriculostomy dengan Choroid Plexus Cauterization (ETV/CPC): Untuk bayi yang berusia kurang dari 2 tahun, ETV bisa dilakukan bersamaan dengan Choroid Plexus Cauterization (CPC). Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi produksi cairan serebrospinal, dengan membakar atau menghancurkan jaringan choroid plexus yang berperan dalam produksi cairan tersebut.

2. Perawatan Tambahan: Bayi dengan hidrosefalus biasanya membutuhkan perawatan tambahan, sesuai dengan keparahan kondisi dan komplikasi yang mungkin terjadi. Ini termasuk pengawasan neurologis yang cermat, perencanaan perawatan medis, terapi untuk mendukung perkembangan bayi dan bantuan medis di rumah.

Dalam kedua kasus, penting untuk memperhatikan kondisi pasien secara keseluruhan, termasuk perkembangan fisik, neurologis dan perilaku mereka. Hal ini memerlukan kerjasama antara dokter spesialis anak, ahli bedah otak, terapi dan dukungan medis lainnya. Dengan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi, perawatan hidrosefalus dapat membantu pasien mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.