Sukses

Mengenal Penyakit Kecemasan Berlebihan, Ini Penyebab dan Pengobatannya

Penyakit kecemasan berlebihan ditandai dengan rasa cemas dan takut yang berlebihan, yang membuat penderitanya kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar orang pasti pernah mengalami rasa cemas atau takut dalam situasi tertentu, seperti menghadapi wawancara pekerjaan atau berbicara di depan umum. Hal ini normal dan dapat memberikan dorongan motivasi untuk berusaha lebih baik. Namun, jika perasaan cemas tersebut terus menerus, berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan mengganggu fungsi sehari-hari, maka dapat dikategorikan sebagai anxiety disorder atau penyakit kecemasan berlebihan.

Penyakit kecemasan berlebihan ditandai dengan rasa cemas dan takut yang berlebihan, yang membuat penderitanya kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas yang biasanya mereka nikmati. Rasa cemas ini juga dapat berlangsung dalam intensitas yang tinggi, bahkan menyebabkan gejala fisik seperti kelelahan yang cepat, ketegangan otot, atau gangguan tidur.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan terdapat 301 juta orang di seluruh dunia yang menderita anxiety disorder, dengan 58 juta di antaranya adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia sendiri, data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa gangguan kecemasan berada di peringkat 2 dari 10 penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat dari tahun 1990-an hingga 2017. Berikut ulasan lebih lanjut tentang penyakit kecemasan berlebihan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (21/3/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Penyakit Kecemasan Berlebihan

Penyebab anxiety disorder atau penyakit kecemasan berlebihan dapat berasal dari berbagai faktor yang kompleks, berikut di antaranya.

1. Genetik

Faktor genetik atau keturunan dari keluarga dapat berperan dalam meningkatkan risiko seseorang mengalami anxiety disorder. Adanya riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan dapat memengaruhi kerentanan seseorang terhadap kondisi tersebut.

2. Hormonal

Hormon yang dilepaskan dalam otak dapat mempengaruhi fungsi tubuh, termasuk denyut nadi dan pernapasan. Gangguan hormonal ini dapat berkontribusi pada munculnya gejala kecemasan yang berlebihan.

3. Lingkungan dan Pengalaman Traumatis

Lingkungan yang penuh dengan stres dan pengalaman traumatis seperti pelecehan, kekerasan, atau kematian dapat memicu timbulnya kecemasan berlebihan. Pengalaman-pengalaman negatif ini dapat meninggalkan bekas pada ingatan dan memori seseorang, yang kemudian dapat memicu respons rasa takut yang berlebihan.

4. Penyalahgunaan Obat-Obatan

Penggunaan obat-obatan tertentu, terutama obat-obatan yang bersifat psikoaktif, dapat memicu atau memperburuk gejala kecemasan. Penyalahgunaan obat-obatan ini dapat mengganggu keseimbangan kimia dalam otak dan menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan.

5. Konsumsi Kafein

Kafein adalah stimulan yang dapat mempengaruhi kerja jantung dan sistem saraf, sehingga dapat meningkatkan rasa cemas dan ketegangan pada beberapa individu yang sensitif terhadap kafein.

6. Kondisi Medis

Kondisi medis tertentu seperti gangguan pada organ jantung, paru-paru, atau tiroid yang tidak stabil dapat berkontribusi pada timbulnya kecemasan berlebihan. Gangguan fisik ini dapat memengaruhi keseimbangan hormon dan fungsi tubuh secara keseluruhan.

Para peneliti menyimpulkan bahwa penyakit kecemasan berlebihan dapat berasal dari interaksi kompleks antara faktor genetik, hormonal, lingkungan, pengalaman traumatik, penggunaan zat-zat tertentu, dan kondisi medis yang mempengaruhi respons otak terhadap rasa takut dan kecemasan. Pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor ini dapat membantu dalam pengembangan strategi penanganan dan pengobatan yang lebih efektif bagi individu yang mengalami anxiety disorder.

3 dari 4 halaman

Diagnosis Penyakit Kecemasan Berlebihan

Proses diagnosis penyakit kecemasan berlebihan atau anxiety disorder melibatkan serangkaian langkah yang dilakukan oleh profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Berikut proses diagnosis penyakit kecemasan berlebihan.

1. Konsultasi Psikolog atau Psikiater

Langkah pertama dalam proses diagnosis adalah melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater yang memiliki keahlian dalam bidang kesehatan mental. Selama sesi konseling, pasien akan berinteraksi secara langsung dengan profesional untuk membahas gejala yang dialami dan riwayat medis yang relevan.

2. Tes Psikologis

Psikolog atau psikiater dapat melakukan tes psikologis dalam bentuk kuesioner atau wawancara struktural untuk mengevaluasi tingkat kecemasan dan gejala-gejala yang terkait. Tes ini dapat membantu dalam menentukan apakah pasien mengalami gangguan kecemasan atau tidak, serta tingkat keparahannya.

3. Pemeriksaan Fisik

Meskipun anxiety disorder adalah gangguan mental, pemeriksaan fisik seperti tes darah atau tes urin dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi medis lain yang mungkin berkontribusi pada gejala kecemasan. Misalnya, gangguan hormonal atau kondisi medis tertentu yang dapat memengaruhi keseimbangan kimia dalam tubuh.

4. Tes Kesehatan Mental

Selain tes psikologis, tes kesehatan mental lainnya seperti skrining depresi atau skala penilaian kecemasan dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan kecemasan. Hal ini membantu dalam merumuskan rencana pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Proses diagnosis anxiety disorder tidak hanya berfokus pada aspek psikologis, tetapi juga melibatkan penilaian fisik dan kesehatan mental secara menyeluruh. Tujuannya adalah untuk memahami secara holistik kondisi pasien dan menentukan diagnosis yang tepat serta rencana pengobatan yang efektif. Proses ini membutuhkan kerjasama antara pasien dan profesional kesehatan mental untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang gangguan kecemasan yang dialami.

4 dari 4 halaman

Metode Pengobatan Penyakit Kecemasan Berlebihan

Penyakit kecemasan berlebihan atau anxiety disorder dapat diobati dengan berbagai metode yang efektif dan bertujuan untuk membantu pasien mengelola dan mengatasi gejalanya. Berikan tiga metode pengobatan untuk anxiety disorder.

1. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu pendekatan utama dalam pengobatan anxiety disorder. Ini melibatkan konseling rutin dengan psikolog atau psikiater untuk membantu pasien mengelola emosi dan pola pikir yang berkaitan dengan kecemasan berlebih. Dalam psikoterapi, terdapat dua jenis terapi yang umum digunakan:

a. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku yang mengarah pada kecemasan berlebih. CBT telah terbukti efektif dalam mengatasi anxiety disorder dengan cara memberikan keterampilan dan strategi untuk menghadapi situasi yang menimbulkan kecemasan.

b. Exposure Therapy

Terapi ini melibatkan eksposur terhadap situasi atau objek yang menimbulkan kecemasan secara bertahap dan terkontrol. Tujuannya adalah agar pasien dapat beradaptasi dan mengurangi reaksi kecemasan yang berlebihan terhadap stimulus tersebut. Exposure therapy cocok untuk gangguan kecemasan spesifik seperti fobia atau PTSD.

2. Terapi Pendukung

Selain psikoterapi, terapi pendukung juga dapat membantu mengelola stres dan mengobati kecemasan. Metode ini meliputi aktivitas seperti yoga, meditasi, relaksasi otot, dan strategi hidup yang berorientasi pada mindfulness. Terapi pendukung bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan keterampilan pengelolaan stres dan meningkatkan kesadaran diri terhadap pikiran dan perasaan.

3. Pengobatan Medis

Pengobatan medis merupakan opsi lain dalam pengobatan anxiety disorder, terutama untuk meredakan gejala yang lebih parah atau tidak dapat diatasi dengan psikoterapi saja. Beberapa jenis obat-obatan yang digunakan termasuk benzodiazepine, antidepresan, dan beta blocker. 

Benzodiazepine sering digunakan untuk meredakan kecemasan akut, sedangkan antidepresan digunakan secara jangka panjang untuk mengurangi gejala kecemasan. Sementara itu, beta blocker membantu mengurangi reaksi fisik seperti denyut jantung yang cepat. Namun, penggunaan obat-obatan harus selalu sesuai dengan resep dokter dan dalam pengawasan medis yang tepat.

Dengan kombinasi psikoterapi, terapi pendukung, dan pengobatan medis yang sesuai, pasien anxiety disorder dapat mendapatkan perawatan yang holistik dan efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan yang mereka alami. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk menentukan metode pengobatan yang paling cocok sesuai dengan kondisi dan kebutuhan individu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.