Sukses

Makna Hari Raya Galungan, Sejarah, dan Rangkaian Kegiatannya

Hari Raya Galungan merupakan salah satu perayaan agama Hindu yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali.

Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Galungan merupakan salah satu perayaan agama Hindu yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali. Perayaan ini memiliki makna yang dalam bagi umat Hindu, karena dianggap sebagai hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu Bali Setiap 210 hari sekali menggunakan perhitungan kalender Bali.

Galungan dalam bahasa Jawa Kuno memiliki arti bertarung. Galungan disebut juga dengan “dungulan” yang artinya menang. Hari raya Galungan adalah hari di mana umat Hindu memeringati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya. Sebagai ucapan syukur, umat Hindu memberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya). 

Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan penjor yang dipasang di tepi jalan, menghiasi jalan raya yang bernuansa alami. Penjor adalah bambu yang dihias sedemikian rupa sesuai tradisi masyarakat Bali setempat. Penjor yang terpasang di tepi jalan merupakan haturan ke hadapan Bhatara Mahadewa.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (27/2/2024) tentang makna hari raya Galungan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Apa Itu Galungan?

Hari Raya Galungan adalah salah satu hari raya penting dalam agama Hindu yang dirayakan oleh umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali. Galungan sendiri berasal dari kata "galung" yang berarti jaya atau kemenangan, sehingga Hari Raya Galungan dirayakan untuk memeringati kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan) yang dirayakan setiap enam bulan sekali.

Galungan dalam bahasa Jawa Kuno memiliki arti bertarung. Galungan disebut juga dengan “dungulan” yang artinya menang. Selama perayaan Galungan, umat Hindu melakukan berbagai persembahan kepada para dewa dan leluhur mereka dalam bentuk sesajen, bunga, dan pementasan tari-tarian. Selain itu, masyarakat Bali juga melakukan tradisi unik seperti memasang "penjor" di depan rumah-rumah, yang adalah tiang bambu yang dihias dengan daun kelapa, bunga, dan berbagai hiasan lainnya.

Perayaan Galungan juga dimaknai sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara. Kegiatan ini mencakup mengunjungi pura (tempat ibadah Hindu), bersama-sama memasak makanan tradisional, dan saling memberikan ucapan selamat. Dalam tradisi Hindu, Galungan dianggap sebagai momen paling penting dalam satu tahun, di mana seluruh umat Hindu di Bali merayakannya dengan penuh kegembiraan dan syukur.

3 dari 5 halaman

Makna Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan adalah salah satu perayaan penting dalam agama Hindu di Indonesia. Perayaan hari raya Galungan ini bertujuan untuk memperingati kemenangan Dewa Indra dalam melawan Mayadenawa atau kebaikan melawan kejahatan.

Makna hari raya Galungan yaitu agar manusia harus bisa mengendalikan nafsunya terutama nafsu-nafsu buruk yang dapat mengganggu ketentraman hidup. Dalam kepercayaan umat Hindu, terdapat tiga nafsu yaitu Kala Amangkutat yaitu nafsu ingin berkuasa, Kala Dungulan yaitu nafsu ingin merebut milik orang lain, dan Kala Galungan yaitu nafsu ingin selalu menang dengan melakukan segala cara.

Makna Hari Raya Galungan juga sebagai ucapan rasa syukur dari umat Hindu terhadap semua berkat yang telah diterima manusia saat ini dari Yang Maha Kuasa karena terciptanya alam semesta beserta dengan seluruh isinya.

Dalam perayaannya, Hari Raya Galungan selalu diiringi dengan Hari Raya Kuningan. Jika Galungan adalah hari untuk merayakan kemenangan, maka Kuningan adalah perayaan khusus untuk memohon keselamatan, perlindungan dan tuntunan lahir batin kepada Dewa, Bhatara, dan para Pitara.

Perhitungan perayaan kedua hari raya tersebut berdasarkan kalender Bali. Galungan diperingati setiap hari Rabu pada wuku Dungulan. Sedangkan, Kuningan dirayakan pada hari Sabtu wuku Kuningan. Jarak antara Galungan dan Kuningan sendiri adalah 10 hari.

4 dari 5 halaman

Sejarah Hari Raya Galungan

Sejarah awal mula perayaan Galungan ini tidak diketahui secara pasti. Namun, melansir dari lontar Purana Bali Dwipa, sejarah hari raya Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat (Budha Kliwon Dungulan) tahun 882 Masehi atau tahun Saka 804. Adapun isi dari Lontar tersebut berbunyi berikut:

“Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15 isaka 804. Bangun indira Buwana ikang Bali rajya”

Artinya adalah, “Perayaan Hari Raya Galungan itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka”.

5 dari 5 halaman

Rangkaian Kegiatan Hari Raya Galungan dan Kuningan

Rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan dimulai dari Tumpek Wariga 25 hari sebelum Galungan, dan diakhiri dengan Hari Pegat Wakan sebulan setelah Galungan. Melansir buleleng.bulelengkab.go.id, berikut rangkaian kegiatan hari raya Galungan dan Kuningan:

1. Tumpek Wariga

2. Sugihan Jawa

3. Sugihan Bali

4. Hari Penyekeban

5. Hari Penyajan

6. Hari Penampahan

7. Hari Raya Galungan

8. Hari Umanis Galungan

9. Hari Pemaridan Guru 

10. Ulihan

11. Hari Pemacekan Agung

12. Hari Kuningan

13. Hari Pegat Wakan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.