Sukses

Menurut Hadis Riwayat Bukhari Orang yang Terbaik Diantara Kita Adalah Menepati Janji

Janji adalah sesuatu yang harus ditepati oleh setiap orang terhadap yang lain, baik kepada Allah, terhadap sesama maupun janji terhadap dirinya sendiri, selama bukan maksiat.

Liputan6.com, Jakarta Menurut hadis riwayat Bukhari orang yang terbaik diantara kita adalah seseorang yang mampu menempati janjinya. Janji merupakan sesuatu yang harus ditepati oleh setiap orang terhadap yang lain, baik kepada Allah, terhadap sesama maupun janji terhadap dirinya sendiri, selama bukan maksiat.

Janji memang sangat ringan diucapkan, namun berat untuk dilaksanakan. Betapa banyak manusia mengobral janji kepada yang lain untuk bertemu, membayar hutang, membantunya, memberikan kemudahan, tetapi semua itu hanyalah janji belaka mereka banyak yang mengingkarinya, padahal orang yang suka ingkar akan kehilangan kepercayaan orang, termasuk dirinya sendiri.

Untuk itu, terdapat hadis riwayat Bukhari tentang orang yang terbaik diantara kita adalah seseorang yang mampu menempati janjinya. Dengan ini Islam sangat memperhatikan permasalahan janji dan menganjurkan untuk senantiasa menempatinya.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai menurut hadis riwayat Bukhari orang yang terbaik diantara kita adalah seseorang yang mampu menempati janjinya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (2/12/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menurut Hadis Riwayat Bukhari Orang yang Terbaik Diantara Kita Adalah

Dikutip dari laman Kementerian Agama atau Kemenag RI, menjelaskan terkait menurut hadis riwayat Bukhari orang yang terbaik diantara kita adalah seseorang yang mampu menempati janjinya. Janji merupakan sesuatu yang harus ditepati oleh setiap orang terhadap yang lain, baik kepada Allah, terhadap sesama maupun janji terhadap dirinya sendiri, selama bukan maksiat. Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan permasalahan janji ini dan memberikan dorongan serta memerintahkan untuk senantiasa menepatinya. Firman Allah SWT:

وَلَا تَقۡرَبُوۡا مَالَ الۡيَتِيۡمِ اِلَّا بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُ حَتّٰى يَبۡلُغَ اَشُدَّهٗ‌ۖ وَاَوۡفُوۡا بِالۡعَهۡدِ‌ۚ اِنَّ الۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡـــُٔوۡلًا

Arab Latin: Wa laa taqrabuu maalal yatiimi illaa billatii hiya ahsanu hattaa yablugha ashuddah; wa awfuu bil'ahd, innal 'ahda kaana mas'uulaa

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya."

Dalam hal menurut hadis riwayat Bukhari orang yang terbaik diantara kita adalah seseorang yang mampu menempati janjinya, Rasulullah juga bersabda:

حَدَّثَنَا ابْنُ مُقَاتِلٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ أَخَذَ سِنًّا فَجَاءَ صَاحِبُهُ يَتَقَاضَاهُ فَقَالُوا لَهُ فَقَالَ إِنَّ لِصَاحِبِ الْحَقِّ مَقَالًا ثُمَّ قَضَاهُ أَفْضَلَ مِنْ سِنِّهِ وَقَالَ أَفْضَلُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً

Artinya: "Telah menceritakan kepada kami Ibnu Muqatil telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Salamah Kuhail dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa pernah Beliau mengambil seekor anak unta lalu datang pemiliknya menagih. Orang-orang pun memberi komentar yang negatif terhadap orang yang menagih itu. Lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya bagi pemilik kebenaran boleh menyatakan terus terang keinginannya'. Lalu Beliau membayar dengan anak unta yang umurnya lebih tua daripada unta orang itu lalu bersabda: 'Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik menunaikan janji.'" (HR Bukhari nomor 2418)

Demikian Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya, baik janji terhadap Allah, janji terhadap sesamanya, juga janji terhadap dirinya sendiri. Janji memang sangat ringan diucapkan, tetapi berat untuk dilaksanakan. Betapa banyak manusia mengobral janji kepada yang lain untuk bertemu, untuk membayar hutang, untuk membantunya, untuk memberikan kemudahan, tetapi semua itu hanyalah janji belaka, mereka banyak yang mengingkarinya, padahal orang yang suka ingkar akan kehilangan kepercayaan orang, termasuk dirinya sendiri.

3 dari 4 halaman

Azab Bagi yang Suka Ingkar Janji

Masih dari sumber yang sama, bagi umat Muslim yang mengingkari janji akan ada azab besar yang akan menimpanya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

اِنَّ الَّذِيْنَ يَشْتَرُوْنَ بِعَهْدِ اللّٰهِ وَاَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيْلًا اُولٰۤىِٕكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ وَلَا يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.” (QS. Ali Imran: 77)

Ayat di atas menegaskan bahwa orang-orang yang mengingkari janji dan melanggar sumpah akan mendapatkan azab yang pedih dari Allah Swt. Orang semacam ini tidak akan disapa dan diperhatikan oleh Allah SWT kelak di hari kiamat. Untuk itu, ingatlah bahwa setiap janji harus dilaksanakan, karena janji pada hakekatnya adalah hutang. Ketika hutang itu tidak dibayarkan saat masih di dunia, maka akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat.

Perilaku ingkar janji merupakan perilaku iblis dan termasuk sebagai orang munafik. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berkata dia berdusta, apabila berjanji dia ingkari dan apabila diberi kepercayaan dia mengkhianatinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah)

Hadis tersebut menjelaskan bahwa pemenuhan janji ini selalu beriringan dengan sifat jujur dan amanah. Jika seseorang sering melanggar batas-batas janji dan kewajibannya, serta tidak peduli dengan hak orang lain, maka orang tersebut pasti sering berbuat tidak jujur dan tidak amanah apabila mendapat kepercayaan. Sebaliknya, perilaku menepati janji itu akan melahirkan sikap jujur dan orang tersebut akan disenangi oleh semua orang bahkan disenangi juga oleh Allah SWT.

4 dari 4 halaman

Contoh Menepati Janji dalam kehidupan

Adapun beberapa contoh perilaku menepati janji dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut:

  1. Melaksanakan perbuatan yang mencerminkan perilaku mengakui tidak ada Tuhan selain Allah SWT sebagaimana janji yang diikrarkan melalui dua kalimah syahadat.
  2. Hanya kepada Allah SWT lah beribadah dan meminta pertolongan, sebagaimana janji yang selalu terucap dalam salat yang berbunyi: Iyyāka na’budu waiyyāka nasta’in (hanya kepada Engkaulah hamba menyembah dan meminta pertolongan).
  3. Mengikuti perjalanan, sirah, dan konsep kehidupannya Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah SWT.
  4. Memenuhi janji untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta ini dengan selalu menjaga persatuan, perdamaian, dan kebhinekaan.
  5. Suami atau istri menepati janji yang dibacakan dan diucapkan ketika mereka malakukan akad nikah.
  6. Segera menepati janji ketika berjanji kepada sesama manusia seperti memenuhi undangan atau bertemu di suatu tempat.
  7. Mengerjakan tugas dari guru sesuai dengan waktu yang disepakati.
  8. Apabila mempunyai hutang, segera membayarnya sesuai janji, bahkan kalau mungkin sebelum jatuh tempo segera melunasi hutang tersebut.
  9. Apabila mempunyai nazar, segera melaksanakannya sesuai dengan yang dinazarkan. Nazar merupakan janji untuk melakukan amalan kebaikan (seperti berpuasa atau bersedekah) ketika sesuatu yang dicita-citakan terpenuhi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.