Sukses

Depresiasi adalah Penyusutan Nilai Aset, Ini Faktor dan Cara Menghitungnya

Depresiasi adalah istilah di ranah moneter dan akuntansi, yang mengacu pada penurunan nilai aset

Liputan6.com, Jakarta Depresiasi adalah istilah di ranah moneter dan akuntansi, yang mengacu pada penurunan nilai aset akibat dari penggunaan, keausan, atau keusangan. Dengan kata lain, depresiasi adalah penyusutan nilai aset.

Selain penggunaan, keausan, depresiasi adalah penyusutan nilai aset yang juga bisa disebabkan oleh faktor lain seperti kondisi pasar. Mesin dan uang adalah contoh aset yang cenderung mengalami depresiasi dalam periode waktu tertentu.

Contoh depresiasi pada uang, dapat diketahui dari apa yang dapat dibeli dengan uang dengan nominal tertentu. Misalnya saja tahun 2000 uang seratus ribu rupiah dapat membeli emas 1 gram, namun di tahun 2022 uang seratus ribu rupiah hanya dapat digunakan untuk membeli 0,1 gram.

Dengan kata lain, uang telah mengalami depresiasi. Angka nominal uang tidak berubah, namun nilainya menurun. Untuk lebih memahami apa itu depresiasi, berikut penjelasan selengkapnya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (26/12/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Depresiasi dalam Operasional Perusahaan

Dalam operasional perusahaan, depresiasi adalah suatu akibat dari konsumsi biaya aktiva sehingga mengalami penurunan nilai dari suatu aset. Depresiasi banyak digunakan dalam konteks akuntansi, salah satunya guna menghitung usia suatu aset.

Semakin lama usia aset atau semakin intens penggunaannya, normalnya kualitas dan kuantitas kerja aset tersebut akan berkurang. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa depresiasi adalah penyusutan nilai dari suatu aset.

Depresiasi adalah beban, yang artinya muncul sebagai item pada laporan laba rugi dan mengurangi laba bersih. Penting untuk dipahami bahwa depresiasi bukanlah biaya tunai. Artinya, bisnis tidak menulis cek ke "depresiasi". Sebaliknya, bisnis mencatat atau mengakui biaya aset dari waktu ke waktu pada laporan laba rugi.

Oleh karena itu, depresiasi biasanya tidak bersamaan dengan saat bisnis membeli aset, bahkan jika pembelian dilakukan dari waktu ke waktu dengan pembayaran cicilan.

Adapun contoh aset yang dapat mengalami depresiasi antara lain adalah uang, mesin produksi, gedung, peralatan, dan sebagainya. Tanah adalah satu-satunya pengecualian yang tidak dapat mengalami depresiasi karena nilai tanah cenderung meningkat seiring waktu.

3 dari 4 halaman

Faktor-Faktor Depresiasi

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada banyak faktor yang dapat membuat aset mengalami depresiasi, antara lain adalah waktu, intensitas penggunaan, kondisi pasar, dan sebagainya. Namun ketika kita hendak menghitung depresiasi, ada sejumlah faktor yang sangat penting untuk diperhatikan, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Harga Perolehan

Harga perolehan adalah harga awal saat perusahaan membeli aset pertama kali. Harga perolehan ini akan menjadi tolok ukur bagi akuntan untuk menentukan biaya depresiasi.

2. Nilai Residu

Nilai residu adalah nilai terakhir aset setelah tidak bisa didepresiasi lagi. Dengan kata lain, nilai residu adalah nilai suatu aset setelah dikurangi biaya depresiasi.

3. Estimasi Masa Manfaat

Estimasi masa manfaat adalah perkiraan tentang berapa lama suatu aset dapat terus dimanfaatkan.

4. Pola Pemakaian

Proses pemakaian adalah bagaimana suatu aset digunakan selama proses produksi. Biasanya, semakin berat pemakaiannya, maka estimasi waktu habis manfaatnya semakin cepat. Dengan kata lain, semakin banyak intensitas penggunaannya, biaya depresiasinya juga akan semakin tinggi.

4 dari 4 halaman

Cara Menghitung Depresiasi

Lalu bagaimana cara menghitung depresiasi? Setidaknya ada enam metode atau cara untuk menghitung nilai depresiasi. Adapun cara menghitung depresiasi antara lain sebagai berikut:

1. Metode Garis Lurus

Metode garis lurus merupakan cara menghitung depresiasi berdasarkan waktu. Metode ini dianggap kurang akurat, karena cara ini akan menghasilkan nilai yang sama di setiap periode.

Rumus depresiasi metode garis lurus:

Nilai Penyusutan = Harga Pendapatan - Nilai Residu : Usia Ekonomis

2. Metode Beban Menurun

Metode depresiasi beban menurun adalah cara menghitung depresiasi dengan mengacu pada total pendapatan tahunan dan penurunan saldo. Cara ini akan menghasilkan nilai depresiasi yang lebih besar di periode awal, yang berangsur-angsur mengecil di periode-periode berikutnya.

Rumus depresiasi beban menurun:

Nilai Penyusutan = Harga beli aset x persentase penyusutan

3. Metode Aktivitas

Metode aktivitas adalah cara menghitung depresiasi berdasarkan pemanfaatan aset.

Rumus depresiasi aktivitas:

Depresiasi = [(Biaya Perolehan ― Nilai Residu) × Estimasi Usia Penggunaan] : Usia Produktif

4. Metode Depresiasi Khusus

Metode depresiasi khusus merupakan cara menghitung depresiasi mengukur aktiva homogen dengan kemiripan fungsi. Sedangkan, metode campuran diterapkan berdasarkan akuntan.

5. Metode Saldo Menurun Ganda

Metode saldo menurun ganda adalah cara menghitung depresiasi berdasarkan biaya penyusutan garis lurus tanpa nilai residu, kemudian dilipatgandakan. Cara ini dapat mengukur depresiasi dengan nilai buku aset setiap awal waktu.

Rumus depresiasi saldo menurun ganda:

Depresiasi = (Harga Perolehan : Usia Ekonomis) × 2

6. Metode Unit Produksi

Metode unit produksi merupakan cara menghitung depresiasi dengan merincikan perhitungan aset dalam satuan waktu (jam) dan berat (kg).

Rumus depresiasi unit produksi:

Depresiasi = (Harga pendapatan - Nilai residu) x (Pemanfaatan aset : Estimasi usia)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, depresiasi adalah penyusutan nilai suatu aset. Dengan menghitung nilai tersebut, Anda sebagai pengusaha dapat menurunkan risiko kerugian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.