Sukses

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga: 3 Alasan Perlu Vaksin TB Baru, dan 5 Tujuannya

Simak 3 alasan penting perlunya vaksin TB baru dan 5 tujuannya demi pengentasan TBC global, termasuk uji klinis yang dilakukan di Indonesia.

OlehProf Tjandra Yoga AditamaDiperbarui 09 Mei 2025, 07:24 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2025, 08:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari yang lalu, Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan filantropis Bill Gates.

Dalam pembicaraan tersebut disampaikan bahwa Bill Gates sedang mengembangkan vaksin TB untuk dunia, dan Indonesia menjadi salah satu tempat uji kliniknya.

Dunia memang memerlukan vaksin baru untuk TB, menggantikan vaksin BCG yang kini kita gunakan. Ada tiga alasan untuk ini.

Pertama, usia vaksin BCG yang kini dipakai untuk TB sudah lama sekali, ditemukan pada 1921, jadi sudah berumur 104 tahun, sehingga tentu perlu vaksin yang baru.

Kedua, vaksin BCG hanya memberi proteksi sebagian pada anak, dan tidak dapat mencegah terjadinya penyakit TB pada dewasa.

Ketiga, untuk mencapai target pengentasan tuberculosis dunia (dan juga Indonesia), maka diperlukan vaksin baru yang lebih ampuh. Sejauh ini, mekanisme pembuatan vaksin TB ini dapat menggunakan seluruh sel (whole cell), penggunaan ajuvan protein, dan rekombinasi subvektor.

 

2 dari 2 halaman

5 Tujuan Pembentukan Vaksin TB Baru

Setidaknya ada lima tujuan pembentukan vaksin TB baru. Pertama, untuk dapat mencegah terjadinya penyakit TB pada dewasa.

Kedua, diharapkan dapat menjadi pengganti vaksin BCG. Ketiga, menjadi penguat vaksin BCG atau booster.

Keempat, penggunaan pada saat pengobatan berjalan atau sesudah pengobatan selesai, untuk memperkuat potensi pengobatan dan mencegah kekambuhan.

Kelima, vaksin baru diharapkan dapat juga menjadi semacam imunoterapi dan/atau terapi ajuvan, untuk memperpendek lama pengobatan TB.

Prof. Tjandra Yoga Aditama (Sedang berada di New York seperti di foto ini)

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara

EnamPlus