Sukses

Internet Bukanlah Dokter, Ini Bahaya Self-Diagnosis Hanya Lewat Informasi Kesehatan

Kemajuan teknologi yang semakin bertambah ternyata juga membawa dampak negatif dalam dunia kesehatan. Masih banyak orang yang enggan untuk pergi ke dokter saat sakit dan malah menerka-nerka sendiri melalui internet.

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital, informasi kesehatan mudah diakses melalui internet. Dengan beberapa klik, Anda dapat menemukan segudang informasi tentang gejala penyakit, penyebabnya, dan bahkan pengobatannya.

Kemudahan akses ini mendorong banyak orang untuk melakukan self-diagnosis, atau mendiagnosis diri mereka sendiri, tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Meskipun terkesan praktis dan hemat waktu, self-diagnosis melalui internet dapat menimbulkan bahaya yang serius bagi kesehatan Anda.

Dilansir dari Business Standard, menurut Dr. Ravi Gaur, Chief Operating Officer di Oncquest Labs Pvt. Ltd., hal ini dapat berbahaya.

"Dr. Google dan situs pencarian internet lainnya telah membuat praktik medis menjadi sangat mudah tetapi juga menakutkan. Ketika kita sedang sakit, orang sering memilih untuk mencari informasi di internet, daripada pergi ke dokter untuk menghemat waktu dan mencari diagnosis," ujarnya.

Survei yang diterbitkan di The Telegraph menunjukkan bahwa satu dari empat orang melakukan diagnosis sendiri di internet daripada mengunjungi dokter.

Internet adalah kumpulan sumber daya yang bisa jadi menyesatkan atau tidak berdasar. Informasi yang Anda temukan di internet mungkin tidak akurat, ketinggalan zaman, atau tidak sesuai dengan kondisi medis Anda.

Selain itu, self-diagnosis dapat menyebabkan kecemasan dan ketakutan yang tidak perlu. Ketika Anda mencocokkan gejala Anda dengan informasi di internet, Anda mungkin langsung panik dan berasumsi bahwa Anda menderita penyakit serius.

Seperti yang dikatakan Dr. Ravi Gaur, "Mendiagnosis sendiri dapat sangat berbahaya karena ada banyak gangguan yang memiliki gejala umum. Misalnya, jika seseorang menderita gangguan serius tetapi Google menunjukkan gangguan lain, mereka mungkin mengonsumsi obat-obatan sederhana dan menghindari pergi ke dokter."

Oleh karena itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter jika Anda merasa mengalami masalah kesehatan. Dokter memiliki pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk mendiagnosis kondisi Anda secara akurat dan memberikan perawatan yang tepat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Risiko Self-Diagnosis

Self-diagnosis atau diagnosis diri sendi melalui internet tanpa berkonsultasi langsung dengan dokter dapat menimbulkan bahaya serius bagi kesehatan. Salah satu bahayanya adalah peluang diagnosis keliru yang tinggi.

Sebagai orang awam, Anda mungkin salah mengartikan gejala dan mengira bahwa Anda menderita penyakit yang sebenarnya tidak Anda derita. Hal ini dapat mengakibatkan konsumsi obat yang tidak tepat dan memperburuk kondisi Anda.

Bahaya lainnya adalah risiko sindrom psikologis. Self-diagnosis dapat membuat Anda cemas dan stres, terutama jika Anda menemukan informasi yang menakutkan tentang penyakit yang Anda duga.

Ketakutan ini dapat memperburuk kondisi mental Anda dan bahkan menyebabkan depresi.

Seperti yang dikatakan Dr. Ravi Gaur, "Self-diagnosis berdampak buruk pada kesehatan mental karena orang-orang akhirnya mengalami stres dan ketegangan yang secara perlahan mempengaruhi gangguan yang mereka alami."

Oleh karena itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala kesehatan yang beganggu. Dokter memiliki pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk memberikan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat.

3 dari 3 halaman

'Cyberchondria', Sebutan untuk Orang yang Self-Diagnosis

Kebiasaan self diagnosis bisa berbahaya dan memicu kecemasan yang tidak berdasar, dan dikenal dengan istilah "cyberchondria".

Menurut Dr. Ravi Gaur, cyberchondria adalah kondisi di mana seseorang yang rasional menjadi cemas berlebihan terhadap kesehatannya setelah mencari informasi di situs web kesehatan dan medis.

"Cyberchondria telah ada sejak hampir satu dekade lalu, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, jumlahnya tumbuh dengan sangat cepat," jelas Dr. Gaur.

Dampak negatif dari cyberchondria tidak hanya kecemasan, tetapi juga potensi salah diagnosis.

Sebuah laporan di Mail Online menyebutkan bahwa penyakit yang paling sering salah didiagnosis secara online adalah kanker payudara, kandidiasis, tekanan darah tinggi, asma, arthritis, depresi, diabetes, masalah kesehatan seksual, dan masalah tiroid.

Oleh karena itu, penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan menghindari kecemasan yang tidak perlu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.