Sukses

Curhat Sambil Berjalan-Jalan, Cara Klinik di AS Beri Terapi ke Pasien dengan Masalah Mental

Sebuah latihan olahraga atau fisik bergerak aktif membuat mood menjadi baik. Klien bisa menceritakan masalah sambil berjalan-jalan di udara segar.

Liputan6.com, Jakarta - Klinik kesehatan mental True Mind + Body yang berlokasi di Northbrook, Illinois, memiliki metode terapi yang unik, yaitu sesi terapi walk-and-talk.

Klien dewasa bisa menceritakan masalah mereka sambil berjalan-jalan di udara segar. Apabila cuaca sedang tidak mendukung, berjalan di atas treadmill menjadi sebuah pilihan.

Mereka juga dapat mendaftar ke kelas yoga in-house. Kelas ini menawarkan mindfulness (dari aktivitas yoga seperti biasanya), diikuti dengan diskusi kelompok.

Untuk anak-anak dan remaja, mereka dapat melakukan terapi sambil melakukan banyak olahraga menyenangkan, seperti menembak lingkaran, melintasi rintangan, atau bermain sepak bola di salah satu ruangan di klinik itu.

Menurut Melissa Novack, salah satu pendiri dan pekerja sosial klinis berlisensi, gagasan utama dari pendekatan holistik ini adalah untuk melengkapi perawatan kesehatan mental tradisional dengan penyembuhan melalui gerakan. Hal ini sudah ditemukan oleh banyak penelitian untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan fisik.

Menurut Novack, sebuah latihan olahraga atau fisik bergerak aktif membuat mood menjadi baik.

“Sains menemukan bahwa kita hanya berjarak satu latihan olahraga untuk [mendapatkan] suasana hati yang baik,” tutur Novack kepada TIME.

Menggabungkan olahraga dengan terapi memiliki banyak manfaat, karena klien dapat merasakan produktivitas dan tujuan saat bergerak. Orang yang biasa merasa gugup di sesi terapi biasa, terutama anak-anak, mungkin akan merasa lebih ringan untuk bercerita saat mereka aktif secara fisik.

Ide untuk menyatukan aktivitas fisik dengan kesehatan mental bukanlah suatu hal yang baru. Sudah berpuluh-puluh tahun program terapi yang menggabungkan dukungan perilaku dengan petualangan alam digunakan.

Banyak juga klinik yang telah menggunakan metode walk-and-talk atau mengintegrasikan alam dengan sesi terapi mereka, baik dengan hiking, berkebun, atau berjalan-jalan ke hutan.

Meski belum semua metode pendekatan ini telah dipelajari secara formal, 

beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan-pendekatan tersebut mengarah pada sesuatu.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Harus Dilakukan Secara Bersamaan

Beberapa studi terbaru telah menyimpulkan bahwa perawatan kesehatan mental jauh lebih efektif apabila dilakukan bersamaan dengan aktivitas fisik. Hal ini mendukung gagasan bahwa terapi lebih dari sekadar berbicara. 

Jennifer Thomas, peneliti kesehatan dan kesejahteraan di Swansea University, Inggris, menyebutkan bahwa olahraga dan terapi tidak harus dilakukan secara bersamaan agar bermanfaat. 

Selama seseorang mendapatkan perawatan kesehatan mental dan melakukan aktivitas fisik di periode waktu yang sama, maka manfaatnya akan tetap bertambah satu sama lain.

Sejalan dengan pernyataan Thomas, mahasiswa pascasarjana ilmu saraf di University of British Columbia, Kanada, Jacqueline Lee, mengatakan “Terlepas dari jenis latihan apa yang Anda lakukan, kemungkinan besar akan tetap ada manfaatnya bagi pasien," ungkapnya. 

3 dari 3 halaman

Mengapa Olahraga Memberikan Efek yang Kuat Pada Kesehatan Mental?

Pertanyaan tersebut masih menjadi misteri dan terus dipelajari para peneliti. Namun, tampaknya ada banyak kemungkinan jawaban meski belum terbukti secara konkret.

Penelitian telah lama menemukan bahwa berolahraga dapat membantu seseorang melepaskan endorfin sehingga merasa nyaman. Ada pun penelitian pada hewan menunjukkan bahwa itu juga dapat meningkatkan pasokan neurotransmiter otak, yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. 

Olahraga juga telah terbukti mampu meningkatkan aliran darah ke dan merangsang pertumbuhan saraf di otak, yang dapat meningkatkan kesehatan dan fungsi kognitif dan berpotensi memberikan manfaat psikologis termasuk pencegahan atau perbaikan gejala depresi. 

Aktivitas fisik juga terkait dengan tidur yang lebih baik, yang bermanfaat bagi kesehatan mental.

Kegiatan ini dapat memberikan efek yang luar biasa kuat. Sebagaimana ditulis TIME melansir data dari WHO yang diterbitkan pada 17 Februari 2023, jika setiap orang di Uni Eropa melakukan aktivitas fisik setidaknya 150 menit setiap minggu, maka jumlah kasus depresi baru pada 2050 akan 3,5 juta lebih sedikit atau turun sekitar 10% dari jumlah UE penduduk saat ini yang diperkirakan mengalami depresi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.