Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Tanda-Tanda Masturbasi Tidak Sehat

Masturbasi adalah bagian normal dari ekspresi seksual. Diwartakan dari laman Medicalnewstoday, masturbasi dapat membantu seseorang untuk menentukan apa yang mereka sukai secara seksual. Namun, kegiatan masturbasi yang kompulsif dapat menjadi masalah.

Liputan6.com, Jakarta - Masturbasi merupakan aktivitas yang lazim dilakukan orang dewasa. Jika dilakukan secara wajar, masturbasi membantu mengurangi stres hingga membuat tidur lebih lelap. 

Namun, ketika masturbasi sudah sampai dalam taraf mengganggu kehidupan seseorang, itu sudah buruk. Perilaku seksual yang kompulsif melibatkan kesenangan yang intens dan berulang dengan dorongan seksual, fantasi, dan perilaku.

Menurut laporan studi kasus dalam Journal of Psychiatry, masturbasi kompulsif biasanya berkaitan dengan kondisi kontrol impuls atau jenis disfungsi seksual.

Kondisi kontrol implus adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat menolak suatu impuls --dorongan untuk mencapai sebuah reward, yang dilakukan tanpa pikir panjang seperti dikutip Medical News Today. 

Masturbasi yang kompulsif, konstan, dan kuat dapat menyebabkan efek samping seperti, edema, iritasi kulit, dan rasa bersalah.

Edema terjadi karena genggaman pada penis yang terlalu erat sehingga menyebabkan pembengkakan ringan. Iritasi kulit juga dapat disebabkan dari hal tersebut tapi iritasi kulit biasanya ringan dan akan hilang setelah beberapa hari.

Sedangkan rasa bersalah atau malu biasanya dialami oleh seseorang setelah melakukan masturbasi. Sebuah studi dalam Journal of Sexual Medicine, yang melibatkan 4.211 orang menemukan bahwa 8,4 persen pria mengaku bersalah setelah bermasturbasi.

 

Simak Video Menarik Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masturbasi Kompulsif

Masturbasi kompulsif dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti kondisi kesehatan mental yang tidak diobati, masalah hubungan, komunikasi seksual atau keterampilan penyelesaian konflik yang buruk, perbedaan budaya dalam mengekspresikan seksual, serta konflik antar budaya dan agama.

Frekuensi masturbasi sangat bervariasi dari orang ke orang, dan tidak ada frekuensi "normal". Namun, jika masturbasi mulai mengganggu, atau mulai menyebabkan ketidakberesan, hal terbaik yang perlu dilakukan adalah menghentikan atau mengurangi frekuensinya. Ada beberapa cara untuk berhenti masturbasi, seperti menghindari pornografi dan fokus pada kegiatan lain.

Membatasi akses pornografi dengan menggunakan filter dapat menjadi salah satu cara yang efektif. Meskipun seseorang dapat membuka blokir situs web tersebut kembali, telah meluangkan waktu untuk memblokir situs web saja sudah dapat memberi mereka kontor terhadap implus untuk lewat.

Selain itu, dukungan dari sekelompok orang tepercaya dapat pula bermanfaat bagi sebagian orang untuk memedamkan kebiasaan itu. Menemukan kelompok pendukung dapat memberi mereka ruang yang dibutuhkan.

Ketika seseorang berbicara secara terbuka tentang masalah yang dihadapi, orang lain dapat membantu. Hal ini dapat mengurangi perasaan bersalah atau malu yang terkait dengan masturbasi kompulsif.

 

Penulis: Lorenza Ferary

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.