Sukses

Kisah di Balik Lukisan Kaleng Monde

Lukisan tentara dan perempuan bersepeda di kaleng Monde dan Nissin juga juga merupakan karyanya yang bertahan hingga kini.

 

Liputan6.com, Jakarta Lukisan karya Bernardus Prasodjo tak hanya terpampang di kaleng biskuit Khong Ghuan. Lukisan tentara dan perempuan bersepeda di kaleng Monde dan Nissin juga juga merupakan karyanya yang bertahan hingga kini.

Berbeda dengan lukisan di kaleng Khong Ghuan, lukisan di kaleng Monde bukanlah permintaan pihak perusahaan. Dia mengaku kala itu terinspirasi dari gambar yang dia lihat di sebuah toko buku.

"Itu saya ambil sengaja waktu itu di (toko buku) Gunung Agung, mencari buku soal tentara. Sebenarnya waktu itu, tentara Inggris. Ya sudah, dilukis," ujarnya di Cikini, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Bernardus membutuhkan waktu seminggu untuk menyelesaikan lukisannya itu, bermodalkan cat air dan kuas yang dimilikinya.

"Waktu itu kan namanya lebih pada bukan profesional lagi, tetapi materi. Siang malam mengerjakannya dalam waktu seminggu. Menggunakan cat air yang murah, yang satu botol kecil-kecil. Lalu pakai kuas paling bagus," kata dia.

"Ada kayak drum band, memakai genderang, sesuai gambar yang saya lihat," ujar Bernardus.

Perbedaan dari gambar asli terletak pada warna yang dibuat lebih cerah.

"Perubahan hanya di warna, dibuat lebih cerah. Kalau warnanya cerah saat dicetak warnanya agak sedikit kusam, jadi kita mesti bikin yang lebih cerah lagi," tutur pria berusia 69 tahun itu.

Selain kemasan Monde, Khong Ghuan dan Nissin, Bernardus juga melukis kemasan produk yang dijual swalayan Hero. Mulai dari kemasan sarden, tisu hingga minuman beralkohol. Hanya saja, lukisan itu bertahan lama.

"Dulu produk Hero saya yang buat (lukisan di produknya). Banyak impor, lalu dikemas di sini. Nah, lukisan di kemasannya itu yang saya bikin. Sarden, tisu, minuman keras, apa yang ada di sana. Sekarang hanya tiga saja, Khong Ghuan, Nissin dan Monde," kata dia.

"Karena terus terang, sudah tidak zamannya lagi desain saya. Desain saya itu desain kuno. Sekarang anak-anak muda sudah jauh lebih kreatif. Kita disuruh mengikuti desain anak muda yang modern itu tidak bisa," pungkas Bernardus. (Lia Wanadriani Santosa/AntaraNews)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini