Sukses

Kisah Yuri Gagarin, Soekarno, dan Bintang Adipradana RI

Presiden Soekarno secara pribadi menganugerahi Yuri Gagarin dengan salah satu penghargaan tertinggi negara Indonesia "Bintang Adipradana".

Nama Yuri Gagarin kembali mencuat belakangan, tentang kematiannya yang misterius pada 27 Maret 1968, saat pesawat MiG-15 yang dia piloti jatuh di  Kota Novoselovo, sekitar 90 kilometer dari Moskow.

Namun lebih dari itu, kosmonot asal Rusia tersebut akan selalu dikenang sebagai manusia pertama di luar angkasa pada 12 April 1961, menggunakan pesawat Vostok 1. Pencapaiannya itu menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Foto-foto Gagarin menghiasi media massa Tanah Air kala itu, kabarnya dipajang di majalah dinding hingga pelosok daerah.

Bahkan, pada Juni 1961, Presiden Soekarno secara pribadi menganugerahi Yuri Gagarin dengan salah satu penghargaan  tertinggi negara Indonesia "Bintang Adipradana".

"Presiden Indonesia juga menghadiahi Yuri Gagarin dengan sebuah wisma di dekat kota Bogor," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander A. Ivanov, seperti dimuat situs Kedutaan Besar Rusia.

Wisma hadiah untuk Yuri Gagarin kini menjadi milik Kedutaan Besar Rusia. "Sayangnya, pionir angkasa luar itu tidak pernah berkunjung ke Indonesia, tetapi rekannya German Titov, Andrian Nikolayev, Valentina Tereshkova, dan Valeriy Bikovskiy sempat mengunjungi Indonesia," tambah Ivanov.

Valentina Tereshkova adalah perempuan pertama yang ke luar angkasa. Ia baru merayakan peringatan ke-50 perjalanannya yang luar biasa pada Juni 1963 lalu.

"Sputnik" dan "Gagarin"

Dalam blognya, ahli politik sekaligus ilmuwan terkemuka Rusia di Indonesia, Profesor Alexey Drugov mengatakan, kala itu, Juni 1961, Soekarno mengunjungi Moskow. Sekaligus merayakan ulang tahunnya yang ke-60.

Selain menyerahkan Bintang Adiprana pada Gagarin, penghargaan yang sama juga diberikan pada pejabat Uni Soviet, Leonid Brezhnev.

"Itu baru permulaan. Namun kata "Sputnik" dan "Gagarin" telah menjadi semboyan saling pengertian tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia," kata dia dalam blognya, mikejkt.livejournal.com.

"Ketika Anda bertanya kepada seseorang di setiap benua tentang apa yang ia ketahui tentang Rusia kala itu, niscaya dua kata itu yang akan terlontar."

Pada  September 1962 giliran kosmonot kedua di dunia,  Gherman Titov balas berkunjung ke Indonesia, atas undangan pribadi Presiden Soekarno.

Tahun berikutnya, pada Januari 1963, lagi-lagi angkasawan Soviet Andrian Nikolaev menginjakkan kaki ke nusantara. Dia kembali lagi ke Indonesia pada bulan November tahun yang sama bersama dengan istrinya Valentina Tereshkova, perempuan pertama di luar angkasa.

Misteri Kematian Gagarin

Baru-baru ini, 45 tahun berlalu, misteri kematian Yuri Gagarin akhirnya menemukan titik terang.

Tak kurang dari kosmonot Aleksey Leonov, manusia pertama yang berjalan di luar angkasa yang membeberkan detik-detik kematian Gagarin dan instrukturnya, Vladimir Seryogin, pada Maret 1968.

Juga menguak "kebohongan" pemerintah Uni Soviet kala itu. Secara resmi diumumkan, kecelakaan akibat dampak pesawat MiG-15UTI Gagarin menghindari benda asing -- yang bisa diartikan balon udara, burung, atau puing.

Tapi pilot berpengalaman seperti Gagarin dan Seryogin kecil kemungkinan tak bisa mengatasinya.

Leonov mengungkap ada penyebab yang selama ini dirahasiakan: jet tempur Su-15 yang terbang tak sesuai izin, terbang terlalu dekat dengan burung besi Gagarin.

"Dalam hal ini, pilot tidak mengikuti aturan, turun ke ketinggian 450 meter," kata Leonov dalam artikel RT.com, yang dilansir situs Phys.org.

Pilot itu hingga kini masih hidup. Tapi identitasnya sengaja tak diungkap. Ditutup rapat-rapat.

Soal informasi teranyar, Valentina Tereshkova, wanita pertama di luar angkasa yang dilarang terbang atau terjun payung oleh pemerintah Soviet -- untuk menghindari kehilangan kosmonot terkemukanya, mengaku prihatin.

"Satu-satunya hal yang disesali adalah butuh waktu terlalu lama sampai kebenaran terungkap," kata dia. (Ein/Yus)


Baca juga: Petunjuk Baru Soal Misteri Kematian Kosmonot Yuri Gagarin

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.