Sukses

4 Perbedaan Aurora Borealis dan Australis

Di belahan bumi selatan, fenomena aurora juga bisa disaksikan lebih banyak di wilayah Australia. Aurora muncul ketika partikel bermuatan bertabrakan dengan gas di atmosfer Bumi di sekitar kutub magnet.

Liputan6.com, Jakarta - Negara-negara di belahan Utara Bumi disuguhi fenomena langit menakjubkan pada 10 hingga 11 Mei 2024 lalu. Di tengah badai geomagnetik skala G5 akibat badai matahari dahyat, aurora borealis atau disebut juga cahaya utara (Northern Lights) muncul dilangit dengan warna yang sangat kuat.

Bahkan aurora atau polar lights muncul di daerah yang cukup jauh dari dari kutub. Melansir laman Live Science pada Rabu (15/05/2024), aurora borealis terlihat sampai di New York, Amerika Serikat, dan Inggris.

Di belahan bumi selatan, fenomena aurora juga bisa disaksikan lebih banyak di wilayah Australia. Aurora muncul ketika partikel bermuatan bertabrakan dengan gas di atmosfer Bumi di sekitar kutub magnet.

Alhasil banyak orang yang tinggal di belahan Bumi dekat kutub bisa melihatnya. Lalu, apa perbedaan aurora borealis dan aurora australis?

1. Warna dan Bentuk

Berdasarkan buku Northern Lights: The Science, Myth, and Wonder of Aurora Borealis, George Bryson, (2001), Aurora Borealis memiliki warna hijau, biru, dan ungu. Kadang-kadang juga terlihat merah atau kuning.

Bentuknya seperti pita atau gelombang yang melintasi langit. Di sisi lain, Aurora Australis juga memiliki warna yang serupa dengan Aurora Borealis.

Namun, biasanya memiliki lebih dominan warna merah. Bentuknya juga mirip, yaitu berupa pita atau gelombang yang melintasi langit.

2. Penyebab Geografis

Aurora Borealis disebabkan oleh interaksi partikel bermuatan dari matahari dengan atmosfer bumi di wilayah kutub utara. Sedangkan Aurora Australis disebabkan oleh interaksi partikel bermuatan dari matahari dengan atmosfer bumi di wilayah kutub selatan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lokasi Geografis

3. Lokasi Geografis

Aurora Borealis terjadi di belahan bumi utara, terutama di wilayah seperti Alaska, Kanada, Norwegia, dan Islandia. Tempat terbaik untuk melihatnya antara lain di Aurora Sky Station Swedia, Grotta Lighthouse di Islandia, Churchill di Kanada, Tromso di Norwegia, dan Nuuk di Greenland.

Sementara Aurora Australis terjadi di belahan bumi selatan, terutama di wilayah seperti Antartika, Australia Selatan, dan Selandia Baru. Lokasi terbaiknya adalah Pegunungan Cradle di Australia, Eaglehawk Neck di Australia, Pulau Stewart di Selandia Baru, dan Pulau Georgia Selatan.

4. Waktu Terbaik Melihat Aurora

Aurora australis paling sering terlihat selama musim dingin Mei hingga Agustus dan selama ekuinoks musim semi September. Adapun aurora borealis lebih sering terlihat di musim dingin antara Oktober dan April.

Ketika berkunjung untuk melihat fenomena ini, langit yang cerah, tidak berawan, dan gelap adalah kunci untuk pengalaman yang optimal.

 

3 dari 3 halaman

Badai Matahari Ciptakan Aurora

Media sosial tengah diramaikan dengan foto-foto Aurora Borealis yang tampak di langit Eropa. Hal ini terjadi akibat badai matahari ekstrem yang melanda bumi.

Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat mendeteksi adanya badai matahari ekstrem di Bumi sejak 7 Mei 2024. Menurut NOAA yang dikutip dari laman Live Science pada Rabu (15/05/2024), badai matahari ekstrem memicu gangguan navigasi satelit dan radio frekuensi rendah.

Tak hanya itu, fenomena ini juga memicu munculnya aurora dengan intensitas rendah di Amerika Serikat dan Eropa. Jaringan komunikasi berbasis satelit juga disebut-sebut terganggu akibat peristiwa tersebut.

Pengaruh aktivitas Ledakan matahari terhadap bumi, tergantung besar kekuatan ledakannya. Hal tersebut terjadi karena terjadinya ledakan-ledakan di permukaan matahari (korona).

Ledakan matahari ini melontarkan plasma besar yang berisikan partikel bermuatan (angin Matahari) beserta medan magnet berkecepatan tinggi. Peristiwa lontaran massa korona tersebut atau sering disebut sebagai Coronal Mass Ejection (CME) terjadi ketika menghantam medan magnet di sekitar bumi (magnetosfer).

Lontaran partikel bermuatan tersebut dibelokkan oleh lapisan magnetosfer Bumi ke arah garis kutub utara dan kutub selatan. Ledakan matahari terjadi akibat terbukanya kumparan medan magnet di permukaan matahari.

Fenomena ini dapat memancarkan energi yang sangat besar. Ledakan matahari disebabkan oleh adanya aktivitas internal matahari.

Aktivitas matahari mengalami pasang surut selama siklus 11 tahunan. Dikutip dari laman Space pada Rabu (15/05/2024), Siklus Matahari ditunjukkan oleh frekuensi dan intensitas bintik matahari yang terlihat di permukaan.

Prediksi kapan badai matahari maksimum akan terjadi didasarkan pada catatan sejarah jangka panjang mengenai jumlah bintik matahari, statistik canggih, dan model dinamo matahari. Model dinamo matahari adalah aliran gas panas terionisasi di dalam bintang yang menghasilkan medan magnet yang menggerakkan Siklus Matahari.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini