Sukses

Otoritas Jepang Gerebek Pabrik Suplemen Kesehatan yang Terkait 5 Kematian Konsumen

Otoritas kesehatan Jepang menggerebek sebuah pabrik yang memproduksi suplemen kesehatan.

Liputan6.com, Tokyo - Sejumlah petugas kesehatan Jepang menggerebek sebuah pabrik yang memproduksi suplemen kesehatan pada Sabtu (30/3/2024). Menurut pihak berwenang, produk dari pabrik tersebut telah menewaskan sedikitnya lima orang dan membuat lebih dari 100 orang dirawat di rumah sakit.

Sekitar belasan orang yang mengenakan jas berwarna gelap berjalan dengan khidmat ke pabrik Kobayashi Pharmaceutical Co. di Osaka dalam penggerebekan yang ditayangkan secara luas melalui TV Jepang, termasuk lembaga penyiaran publik NHK.

Perusahaan mengatakan masih sedikit informasi mengenai penyebab pasti penyakit tersebut, termasuk gagal ginjal. Penyelidikan terhadap produk-produk itu sedang berlangsung bekerja sama dengan otoritas kesehatan pemerintah, dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (1/4/2024).

Semua suplemen menggunakan "benikoji", sejenis jamur merah. Pil merah muda Kobayashi Pharmaceuticals yang disebut Benikoji Choleste Help dianggap membantu menurunkan kadar kolesterol.

Kobayashi Pharmaceuticals, yang berbasis di Kota Osaka, Jepang barat, mengatakan sekitar satu juta paket telah terjual selama tiga tahun fiskal terakhir. Benikoji juga dijual ke produsen lain, dan beberapa produk telah diekspor. Suplemen tersebut dapat dibeli di toko obat tanpa resep dari dokter.

Laporan mengenai masalah kesehatan muncul pada 2023, meskipun benikoji telah digunakan dalam produk selama bertahun-tahun.

Presiden Kobayashi Pharmaceuticals, Akihiro Kobayashi, telah meminta maaf karena tidak bertindak lebih awal. Penarikan kembali ini dilakukan pada 22 Maret, dua bulan setelah perusahaan menerima laporan medis resmi mengenai masalah tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dianggap Bertanggung Jawab

Pada Jumat (29/3), perusahaan itu mengatakan lima orang telah meninggal dan 114 orang dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi produk tersebut. Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan suplemen tersebut bertanggung jawab atas kematian dan penyakit dan memperingatkan bahwa jumlah mereka yang terkena dampaknya dapat bertambah.

Beberapa analis menyalahkan inisiatif deregulasi baru-baru ini, yang menyederhanakan dan mempercepat persetujuan produk kesehatan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Namun kematian akibat barang yang diproduksi secara massal jarang terjadi di Jepang, karena pemeriksaan pemerintah terhadap produk konsumen relatif ketat.

Pemerintah telah memerintahkan peninjauan sistem persetujuan sebagai respons terhadap penyakit terkait suplemen. Laporan akan dirilis pada Mei.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.