Sukses

Biden Kritik Tingginya Korban Tewas Akibat Perang di Gaza, tapi Ogah Stop Kirim Senjata ke Israel

Biden selama berbulan-bulan telah memperingatkan bahwa Israel berisiko kehilangan dukungan internasional atas meningkatnya korban sipil di Jalur Gaza.

Liputan6.com, Washington, DC - Joe Biden mengatakan pada Sabtu (9/3/2024) dia yakin pendekatan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lewat perang di Jalur Gaza lebih merugikan dibanding membantu Israel.

Presiden Amerika Serikat (AS) itu menegaskan kembali dukungannya terhadap hak Israel untuk memburu Hamas pasca serangan 7 Oktober 2023, namun dia mengatakan Netanyahu harus lebih memperhatikan hilangnya nyawa tak berdosa sebagai konsekuensi dari tindakan yang diambil.

Biden selama berbulan-bulan telah memperingatkan bahwa Israel berisiko kehilangan dukungan internasional atas meningkatnya korban sipil di Jalur Gaza. Adapun pernyataan terbaru muncul dalam wawancara dengan Jonathan Capehart dari MSNBC dan dinilai menunjukkan semakin tegangnya hubungan antara kedua pemimpin tersebut.

Merespons jumlah korban tewas di Jalur Gaza, Biden seperti dilansir AP, Senin (11/3/2024) mengatakan, "Hal ini bertentangan dengan apa yang diperjuangkan Israel. Dan menurut saya ini adalah kesalahan besar."

Biden menuturkan potensi invasi Israel ke Kota Rafah, tempat lebih dari 1,3 juta warga Palestina berlindung, adalah garis merah baginya. Meski demikian, dia menekankan AS tidak akan memutus aliran senjata seperti pencegat rudal Iron Dome yang disebutnya melindungi warga sipil Israel.

"Itu adalah red line (garis merah)," katanya ketika ditanya tentang Rafah. "Namun, saya tidak akan pernah meninggalkan Israel. Pertahanan Israel masih kritis."

Biden mengaku dia bersedia menyampaikan pernyataannya langsung ke parlemen Israel, Knesset, termasuk dengan melakukan perjalanan kembali ke negara tersebut. Biden melakukan perjalanan ke Israel beberapa pekan setelah perang meletus pada 7 Oktober.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Upaya Hidupkan Kembali Kesepakatan Gencatan Senjata

Harapan Biden agar gencatan senjata perang Hamas Vs Israel dapat tercapai sebelum Ramadan jelas pupus. Hamas menolak keras poin-poin yang didorong oleh AS dan sekutunya yang hanya akan membuat perang berhenti selama enam pekan, selain memungkinkan penukaran sandera dengan tahanan Palestina serta masuknya lebih banyak bantuan ke Jalur Gaza.

Hamas menginginkan gencatan senjata permanen. Sementara itu, Israel berkomitmen terus melanjutkan invasi di Jalur Gaza dan memusnahkan Hamas.

Setidaknya, 31.045 warga Palestina di Jalur Gaza tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober, di mana mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak. Tidak hanya itu, ratusan ribu lainnya dilaporkan menderita kelaparan.

Biden mengungkapkan bahwa Direktur CIA Bill Burns berada di Timur Tengah saat ini dalam upaya menghidupkan kembali kesepakatan gencatan senjata.

3 dari 3 halaman

Pernyataan Biden soal Datang ke Yesus

Sebelumnya, Biden dengan menggunakan mikrofon yang masih menyala usai menyampaikan pidato kenegaraan pada Kamis (7/3) terekam terlibat pembicaraan dengan Senator Michael Bennet, yang mendorongnya mendesak Israel agar memungkinkan lebih banyak bantuan ke Jalur Gaza.

Kepada Bennety, Biden mengatakan dia dan pemimpin Israel harus "datang ke pertemuan Yesus" atau "come to Jesus Meeting" - yang berarti momen kesadaran, pemahaman atau pengenalan secara tiba-tiba yang seringkali memicu perubahan besar.

"Saya sudah memberitahunya, 'Bibi', jangan ulangi hal ini ... Anda dan saya akan 'datang ke pertemuan Yesus'," kata Biden kepada Bennet.

Tidak lama kemudian, ajudan Biden berdiri di dekatnya dan membisikkan bahwa mikrofonnya masih menyala.

"Saya sedang asyik bicara di sini," ungkap Biden setelah diberitahu. "Bagus. Bagus itu."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.