Sukses

Maladewa Izinkan Kapal China Berlabuh, India Marah?

Kementerian Luar Negeri Maladewa membenarkan laporan media lokal bahwa kapal penelitian China Xiang Yang Hong 3 sedang menuju ke Maladewa.

Liputan6.com, Male - Pemerintah Maladewa pada Selasa (23/1/2024) mengatakan bahwa mereka telah memberikan izin kepada sebuah kapal China untuk berlabuh di pelabuhannya, sebuah langkah yang dapat semakin membuat kesal India, yang terlibat dalam perselisihan diplomatik dengan negara kepulauan kecil itu.

Kementerian Luar Negeri Maladewa membenarkan laporan media lokal bahwa kapal penelitian Xiang Yang Hong 3 sedang menuju ke Maladewa. Namun, tidak disebutkan tanggal ketibaannya.

Pernyataan kementerian menjelaskan bahwa pemerintah China mengajukan permintaan diplomatik kepada pemerintah Maladewa untuk mendapatkan izin yang diperlukan untuk melakukan kunjungan ke pelabuhan, rotasi personel, dan mengisi bahan bakar. Maladewa menegaskan pula bahwa kapal China tersebut tidak akan melakukan penelitian apapun saat berlabuh di pelabuhan Male.

"Maladewa selalu menjadi destinasi yang menyambut kapal-kapal negara sahabat dan terus menjadi tuan rumah bagi kapal-kapal sipil dan militer yang berlabuh untuk tujuan damai," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Maladewa, seperti dilansir AP, Rabu (24/1).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kapal China Tiba Saat Hubungan Maladewa dan India Panas

Kapal China tiba di tengah perselisihan diplomatik antara Maladewa dan negara tetangganya, India. Belum ada komentar langsung dari pemerintah India.

Pertengkaran dimulai ketika Perdana Menteri India Narendra Modi mengunggah foto dirinya berjalan dan snorkeling di Lakshadweep, sebuah kepulauan di India yang terlihat hampir identik dengan pulau-pulau di Maladewa. Pemerintah India yakin pantai pasir putih Lakshadweep memiliki potensi pariwisata yang belum dimanfaatkan.

Namun, beberapa orang di Maladewa melihatnya sebagai langkah Modi untuk memikat wisatawan agar menjauh dari pantai dan resor pulaunya yang terkenal. Tiga wakil menteri mengunggah pernyataan yang menghina Modi di media sosial, yang memicu seruan di India untuk memboikot Maladewa.

Perselisihan ini semakin mendalam ketika Presiden Maladewa Mohamed Muizzu mengunjungi China, saingan regional India, dan sekembalinya dia menguraikan rencana untuk melepaskan negara kecilnya dari ketergantungan pada India untuk fasilitas kesehatan, obat-obatan, dan impor bahan pokok.

Muizzu juga menekankan langkah-langkah akan diambil untuk melipatgandakan jumlah wisatawan China.

Dia turut mengatakan secara tidak langsung kepada India bahwa ukuran negaranya yang lebih kecil tidak memberikan izin kepada negara lain untuk menindasnya. Selain itu, dia menambahkan bahwa China sangat menghormati integritas teritorial Maladewa.

3 dari 3 halaman

Persaingan Berebut Pengaruh

India dan China telah bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Maladewa sebagai bagian dari persaingan mereka untuk menguasai Samudera Hindia.

Sebagai tetangga terdekat Maladewa, India menganggap negara tersebut berada dalam wilayah pengaruhnya. Sementara itu, China telah mendaftarkan Maladewa sebagai mitranya dalam inisiatif Belt and Road yang dimaksudkan untuk membangun pelabuhan dan jalan raya guna memperluas perdagangan – dan pengaruh China – di seluruh Asia, Afrika, dan Eropa.

Muizzu yang pro-China terpilih untuk menjabat pada November dengan tujuan mengusir personel militer India yang ditempatkan di Maladewa. Sekembalinya dari China, dia mengusulkan pertemuan dengan para pejabat India agar pasukan ditarik pada pertengahan Maret.

Setidaknya 75 personel militer India dilaporkan ditempatkan di Maladewa dan Muizzu menuduh pendahulunya membahayakan kedaulatan nasional dengan mengizinkan personel India berada di Kepulauan Maladewa.

Aktivitas militer India yang diketahui di Maladewa termasuk mengoperasikan pesawat dan membantu penyelamatan orang-orang yang terdampar atau menghadapi bencana di laut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini