Sukses

Tsai Ing-wen: China Terlalu Repot dengan Urusan Internal untuk Invasi Taiwan

Presiden China Xi Jinping telah berulang kali mengatakan dia mengharapkan pengambilalihan Taiwan secara damai, namun tidak mengesampingkan penggunaan kekerasan.

Liputan6.com, Taipei - Presiden Taiwan mengatakan China tidak mungkin melakukan invasi dalam waktu dekat karena mereka kewalahan dengan persoalan di dalam negeri.

Tsai Ing-wen menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara di New York Times Dealbook Summit.

China menganggap Taiwan sebagai provinsinya dan berjanji akan mencaplok Taiwan, yang memiliki pemerintahan sendiri, berdasarkan jalan yang disebutnya reunifikasi. Presiden Xi Jinping telah berulang kali mengatakan dia mengharapkan pengambilalihan secara damai, namun tidak mengesampingkan penggunaan kekerasan.

Ketika ditanya tentang harapan Xi Jinping untuk unifikasi yang damai, Tsai Ing-wen pada Rabu (29/11/2023) mengatakan dia yakin China kewalahan dengan tantangan internalnya.

"Menurut saya, mungkin ini bukan saatnya bagi mereka untuk mempertimbangkan invasi besar-besaran ke Taiwan … terutama karena tantangan ekonomi, keuangan, dan politik, namun juga karena komunitas internasional telah menyatakan dengan lantang dan jelas bahwa perang bukanlah suatu pilihan dan bahwa perdamaian dan stabilitas bermanfaat bagi kepentingan semua orang," ujar Tsai Ing-wen, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (2/12).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dugaan Campur Tangan China dalam Pilpres Taiwan

Badan intelijen Amerika Serikat (AS) dilaporkan percaya bahwa Xi Jinping telah menginstruksikan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) untuk mampu melakukan invasi pada tahun 2027, namun tidak ada batas waktu yang jelas kapan tindakan tersebut akan dilakukan. Perkiraannya berkisar antara tahun 2023 hingga tahun 2047 – tahun 2047 menandai 100 tahun Republik Rakyat China.

Sementara itu, PLA disebut meningkatkan tindakan militer agresif terhadap Taiwan, termasuk serangan harian ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan dan latihan tembakan langsung secara rutin, sering kali sebagai respons terhadap tindakan yang dianggap provokatif, sebut saja pertemuan Tsai Ing-wen dengan tokoh pemerintah AS.

Tsai Ing-wen menuturkan China bertekad untuk ikut campur dalam pemilihan presiden Taiwan pada Januari 2024 dan memengaruhinya demi kepentingannya. Dia mengatakan campur tangan ini telah terjadi dalam berbagai bentuk di setiap pemilu sejak tahun 1996, ketika pemilihan presiden langsung pertama diadakan setelah Taiwan keluar dari darurat militer.

"Termasuk melalui penggunaan tekanan militer dan paksaan ekonomi, kampanye perang kognitif yang ekstensif, baik tradisional maupun platform media sosial, yang merupakan hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat Taiwan," kata Tsai Ing-wen.

Dia mengatakan jawaban dari tindakan China tersebut adalah dengan menumbuhkan persatuan dan kepercayaan yang lebih besar di antara berbagai kelompok sosial, serta melawan perselisihan sosial.

"Taiwan menghadapi meningkatnya intimidasi militer, kampanye zona abu-abu, serangan dunia maya, dan manipulasi informasi," ujar Tsai Ing-wen.

"Menghadapi hal tersebut, masyarakat Taiwan tetap tenang, dan beberapa komentator berpendapat bahwa kami mungkin terlalu tenang. Namun, faktanya masyarakat Taiwan tetap sadar akan situasi ini."

3 dari 3 halaman

Ciri Pemerintahan Tsai Ing-wen

Tsai Ing-wen akan mengundurkan diri sebagai presiden pasca pemilu pada Januari, setelah menjabat maksimal dua periode. Masa jabatannya sebagai presiden ditandai memburuknya ketegangan dengan China.

China sendiri memutuskan hubungan dengan pemerintahan Taiwan setelah terpilihnya Tsai Ing-wen karena menganggap Partai Progresif Demokratik yang dipimpinnya sebagai separatis.

Kepresidenan Tsai Ing-wen juga tercirikan melalui upaya terpadu memperkuat hubungan internasional dan meningkatkan dukungan global dalam menghalangi invasi China.

Dalam wawancara, Tsai Ing-wen ditanya apakah peralihan sebagian produksi semikonduktor ke AS dapat melemahkan nilai Taiwan di mata komunitas global dalam hal melindungi Taiwan dari aneksasi China. Taiwan memproduksi sebagian besar chip tercanggih di dunia dan pasokannya sangat penting bagi teknologi di seluruh dunia.

"Kami memiliki lebih dari sekadar semikonduktor yang bisa bernilai," katanya, seraya menyinggung kluster lebih luas yang terintegrasi dalam rantai produksi chip Taiwan. "Kami cukup yakin bahwa kapasitas yang kami miliki saat ini dan pentingnya industri kami, tidak dapat digantikan di tempat lain."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini