Sukses

Mengapa Kita Merasa Gatal? Ini Alasan yang Diungkap Para Ahli Harvard

Para ahli dari Harvard Medical School telah berhasil menjawab pertanyaan yang selama ini mungkin mengganggu kita semua: mengapa kita gatal? Simak informasinya.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk pertama kalinya, para ahli dari Harvard Medical School telah berhasil menjawab pertanyaan yang selama ini mungkin mengganggu kita semua: mengapa kita gatal

Melalui sebuah studi terbaru yang dilansir dari Sky News, Minggu (3/12/2023), mereka mengungkap bagaimana sebuah bakteri dapat menyebabkan rasa gatal pada kulit. Bakteri tersebut bahkan dapat mengganggu orang yang tidak memiliki kondisi kulit tertentu seperti eksem (eksim).

Studi ini pertama kali dilakukan oleh para ahli dari Harvard Medical School dengan melibatkan penggunaan kulit tikus maupun sel saraf manusia secara langsung.

Kulit tikus diberi bakteri Staphylococcus aureus. Hasilnya tikus mengalami rasa gatal yang semakin parah dalam beberapa hari. 

Rasa gatal yang dialami tikus ternyata tidak hanya secara langsung disebabkan oleh bakteri itu sendiri, tetapi juga kondisi hewan pengerat ini yang menjadi sangat sensitif terhadap sentuhan ringan yang biasanya tidak menimbulkan rasa gatal.

Respons yang ditunjukkan oleh tikus tersebut ternyata juga umum terjadi pada pasien penderita eksem maupun yang tidak. 

Beberapa versi modifikasi Staphylococcus aureus telah dilakukan rekayasa dengan beberapa di antaranya tidak memiliki susunan molekul tertentu. Rekayasa tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi enzim bakteri tunggal yang bertanggung jawab untuk memicu rasa gatal.

Selanjutnya peneliti berhasil mengidentifikasi enzim tersebut yang disebut dengan V8. Enzim ini dapat memicu rasa gatal dengan mengaktifkan protein bernama PAR1. Protein ini dapat ditemukan pada neuron atau sel saraf kulit yang membawa berbagai sinyal, termasuk rasa sakit, panas, dan tentu saja, gatal, kepada otak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Uji Coba Pada Saraf Manusia dan Obatnya

Percobaan menggunakan enzim bakteri tunggal penyebab rasa gatal alias V8 ini kemudian dilakukan ulang dengan menggunakan neuron manusia di laboratorium. Hasilnya, neuron manusia menunjukkan reaksi terhadap V8. 

Reaksi neuron manusia terhadap enzim bakteri tersebut kemudian dilaporkan tidak dipengaruhi oleh keberadaan sel-sel yang terlibat dalam alergi kulit atau reaksi alergi.

"Kami menunjukkan bahwa hal-hal ini dapat dipisahkan. Anda tidak harus mengalami peradangan agar mikroba dapat menyebabkan gatal, tetapi rasa gatal tersebut memperburuk peradangan pada kulit,” kata Liwen Deng, penulis studi tersebut.

Setelah peneliti berhasil mengidentifikasi PAR1 sebagai pemicu utama rasa gatal, mereka lantas mencari cara untuk menghentikan rasa gatal tersebut. 

Para peneliti mencoba obat anti-pembekuan darah yang sudah disetujui dan berhasil mengatasi rasa gatal mengingat fakta bahwa protein PAR1 juga terlibat dalam pembekuan darah.

Obat tersebut sebelumnya dilakukan uji coba pada tikus. Hewan tersebut menunjukkan kondisi yang membaik dari segi gatal maupun kerusakan pada kulitnya.

Melalui hasil ini lah, peneliti meyakini bahwa obat ini bisa membuka jalan untuk pengembangan obat anti-gatal manusia, dan menjadi dasar pembuatan krim baru.

"Rasa gatal bisa sangat melemahkan pasien yang menderita kondisi kulit kronis. Banyak dari pasien ini membawa mikroba yang telah kami tunjukkan untuk pertama kalinya di kulit mereka yang dapat menyebabkan rasa gatal,” kata Dr Deng.

3 dari 4 halaman

Coba 8 Perawatan Rumahan Ini untuk Redakan Gatal

Membahas rasa gatal pada kulit, hal ini tampaknya cukup menganggu beberapa orang yang mengalaminya sehingga mengetahui perawatan untuk meredakan gatal menjadi hal yang sepertinya penting.

Menurut National Eczema Association (NEA), orang yang kerap mengalami gatal-gatal ini mengalami kesulitan tidur. Hal ini dapat mengakibatkan mereka dapat mengalami depresi dan kecemasan.

Tak hanya itu, menggaruk akibat gatal-gatal dapat melukai kulit. 

Penyebab umum kulit gatal antara lain gigitan serangga, alergi, stres, dan kondisi kulit, seperti eksim dan psoriasis.

Berikut ini delapan perawatan di rumah yang bisa Anda gunakan untuk mengobati gatal, dikutip dari Medical News Today, Sabtu (29/8/2020):

1. Gunakan Mentol

Unuk mengurangi rasa gatal seseorang dapat menggunakan mentol. Karena hal ini dapat mendinginkan dan mengurangi rasa gatal.

Pada sebuah studi di tahun 2012, ada investigasi mengenai minyak peppermint memiliki kandungan mentol yang dapat mengurangi gatal pada ibu hamil 

Peneliti membagi partisipan menjadi dua kelompok. Satu kelompok menerima sebotol minyak wijen yang diresapi dengan konsentrasi minyak peppermint 0,5 persen. Kelompok lainnya menerima botol berisi kombinasi wijen dan minyak zaitun.

Baca selengkapnya klik disini...

4 dari 4 halaman

Hati-Hati, Kulit Sering Gatal Berkaitan Erat dengan Kesehatan Mental

Ada banyak penyebab orang merasakan gatal. Namun, waspadalah ketika Anda mengalami gatal kronis, karena kondisi kulit juga memikul beban psikologis yang mendalam yang tidak dapat diatasi dengan garukan.

Para ilmuwan mengatakan, mereka masih baru mulai memahami bagaimana gangguan kulit berkaitan erat dengan masalah kesehatan mental dan kualitas hidup penderitanya.

"Sudah ada penelitian yang menunjukkan bukti korelasi antara gatal dan masalah kesehatan mental secara umum, juga gangguan kulit tertentu," kata ahli kulit Florence J. Dalgard dari Lund University di Swedia, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (4/11/2019).

Untuk membantu mengatasi persoalan itu, Dalgard dan timnya menganalisis data yang dikumpulkan dari ribuan pasien dermatologi dengan masalah kulit di 13 negara-negara Eropa, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan di tempat lain.

Secara total, lebih dari 3.500 pasien dengan berbagai penyakit kulit ambil bagian dalam penelitian ini, menjalani pemeriksaan fisik dan mengisi kuesioner yang menanyakan pertanyaan tentang latar belakang sosial ekonomi dan pengalaman mereka dengan gatal. Selain itu, studi juga mengukur gejala depresi, kecemasan, dan keinginan bunuh diri.

 

Baca selengkapnya klik disini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini