Sukses

AS Selidiki Dugaan Kebocoran Dokumen Rahasia Soal Serangan Balasan Ukraina ke Rusia

Ukraina menyebutkan kebocoran itu merupakan bagian dari operasi disinformasi Rusia untuk menyebarkan keraguan tentang serangan balasan Ukraina.

Liputan6.com, Washington - Pentagon tengah menyelidiki pelanggaran keamanan di mana sejumlah dokumen perang rahasia yang merinci rencana Amerika Serikat (AS) dan NATO untuk memasok bantuan ke Ukraina sebelum serangan balasannya ke Rusia bocor ke media sosial. Dokumen-dokumen rahasia itu tersebar di Twitter dan Telegram.

The New York Times melaporkan bahwa dokumen-dokumen tersebut berisi bagan dan detail tentang pengiriman senjata, kekuatan batalion, dan informasi sensitif lainnya.

Analis militer meyakini bahwa sejumlah dokumen itu telah diubah di beberapa bagian dari format aslinya, melebih-lebihkan perkiraan AS tentang korban perang Ukraina dan mengecilkan perkiraan tentara Rusia yang terbunuh. Modifikasi disebut menunjukkan upaya disinformasi oleh Rusia.

"Kami mengetahui laporan unggahan di media sosial dan sedang menyelidiki isu ini," ujar Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (9/4/2023).

The Times menyebutkan bahwa dokumen-dokumen yang berusia lima pekan dengan setidaknya satu berlabel "sangat rahasia" tidak merinci kapan, bagaimana atau di mana Ukraina bermasuk melancarkan serangan balasan.

Namun, menurut para analis, kebocoran itu merupakan pelanggaran signifikan terhadap intelijen AS dalam upaya membantu Ukraina.

Salah satu dokumen, yang beredar di saluran pemerintah pro-Rusia, menurut The Times, merangkum jadwal pelatihan 12 brigade tempur Ukraina dan menyebutkan bahwa sembilan dari mereka tengah dilatih oleh pasukan AS dan NATO. Selain itu, disebutkan bahwa dibutuhkan 250 tank dan lebih dari 350 kendaraan mekanis.

Dokumen-dokumen rahasia juga membuat rincian tentang tingkat pengeluaran amunisi di bawah kendali militer Ukraina, termasuk sistem roket Himars, sistem roket artileri buatan AS yang dinilai terbukti sangat efektif dalam melawan Rusia.

Menurut juru bicara Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, kebocoran itu merupakan bagian dari operasi disinformasi Rusia untuk menyebarkan keraguan tentang serangan balasan Ukraina.

Podolyak mengatakan kepada Reuters bahwa data yang bocor berisi informasi fiktif dalam jumlah yang sangat besar.

"Ini hanyalah elemen standar dari permainan operasional intelijen Rusia dan tidak lebih," ungkap Podolyak. "Rusia sedang mencari cara untuk merebut kembali inisiatif. Untuk mencoba memengaruhi skenario serangan balik Ukraina. Untuk menimbulkan keraguan, untuk mengompromikan... ide-ide, dan akhirnya mengintimidasi (kita) dengan betapa informatifnya mereka."

Meski demikian, para pemimpin Ukraina dilaporkan bertemu pada Jumat (7/4) untuk membahas cara mencegah kebocoran rencana pertahanan mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perkembangan di Bakhmut

Dalam perkembangan terpisah, Rusia diyakini telah memperoleh keuntungan penting di Bakhmut, salah medan pertempuran paling berdarah dalam perang Ukraina.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan dalam pembaruan hariannya bahwa pasukan Rusia kemungkinan besar telah maju ke pusat kota (Bakhmut) dan telah merebut tepi barat Sungai Bakhmutka. Rute pasokan utama Ukraina ke barat kota kemungkinan besar terancam.

"Ada kemungkinan realistis bahwa Wagner dan komandan Kementerian Pertahanan Rusia telah menghentikan perseteruan mereka dan meningkatkan kerja sama," ungkap Kementerian Pertahanan Inggris.

Pertempuran di Bakhmut telah berkecamuk selama tujuh bulan, dengan ribuan orang tewas dan ratusan bangunan runtuh atau hangus. Sejumlah warga sipil yang tersisa terkurung di ruang bawah tanah selama berbulan-bulan tanpa air, listrik atau gas.

Terlepas dari desas-desus awal tahun ini tentang mundurnya pasukan Ukraina dari daerah itu, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, dia telah menginstruksikan untuk memperkuat pertahanan Bakhmut.

Juru bicara komando militer timur Serhiy Cherevatyi mengklaim kepada Reuters bahwa Ukraina mengendalikan situasi di Bakhmut.

"Situasinya sulit. Musuh memusatkan upaya maksimal untuk merebut Bakhmut. Namun, menderita kerugian serius dan tidak mencapai kesuksesan strategis," kata Cherevatyi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini