Sukses

Dubes Ukraina: Tentara Rusia Perkosa Sistematis Perempuan Bucha

Dubes Ukraina Vasyl Hamianin berkata ada lebih dari 20 perempuan jadi korban pemerkosaan di Bucha oleh Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Kota Bucha merupakan salah satu lokasi yang menjadi target pertama Rusia saat menginvasi Ukraina. Pembunuhan massal terjadi di kota tersebut dan jasad-jasad ditemukan di kuburan massal.

31 Maret 2023 adalah memperingati satu tahun dibebaskannya Bucha dari penjajahan Rusia.

Duta Besar Ukraina di Indonesia Vasyl Hamianin memperingati setahun terjadinya pembunuhan massal di Bucha oleh tentara Rusia. Selain pembunuhan dan penyiksaan, ia mengungkap adanya pemerkosaan sistematis di kota kecil itu. 

Dijelaskan bahwa pemerkosaan sistematis berarti para wanita itu dikurung untuk diperkosa. 

"Di Bucha yang hanya kota kecil, sekitar 25 anak perempuan dan wanita berumur 14-24 tahun diperkosa secara sistematis selama penjajahan. Sistematis berarti mereka dikurung di dalam ruang bawah tanah, suatu tempat di gedung, dan kemudian diperkosa tiap hari oleh para tentara Rusia," ujar Vasyl Hamianin dalam konferensi pers virtual, Jumat (31/3/2023).

Dubes Ukraina berkata ada korban yang meninggal, namun ada juga sembilan orang yang hamil.

Ia berkata kejahatan tersebut tidak boleh diampuni, tidak boleh dilupakan, dan seluruh dunia harus tahu. 

Selain pemerkosaan, ia mengingatkan bahwa ada orang-orang yang dieksekusi mati oleh Rusia di Bucha. Mereka bukan korban rudal, namun memang dieksekusi dengan mata tertutup dan pistol di belakang kepala.

Dubes Ukraina lantas meminta agar orang-orang yang pro-Rusia untuk lebih paham ketika mereka memberikan dukungan ke Rusia.

"Orang-orang yang terkontaminasi oleh propaganda. Yang menulis hal seperti "Saya Cinta Rusia", dan "Ura", dan "Putin adalah pahlawan". Pikirkanlah tentang itu. Ada berapa warga sipil terbunuh? Rakyat sipil damai yang terbunuh. Berapa banyak perempuan dan anak-anak yang diperkosa?" ujar Dubes Ukraina.

Vasyl pun merasa senang bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sedang dicari-cari Mahkamah Pidana Internasional karena mendeportasi anak-anak Ukraina secara paksa. Dubes Ukraina menyebut sekitar 20 ribu anak-anak dibawa paksa oleh Rusia.

"Ini adalah kejahatan perang," tegas Dubes Ukraina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Presiden Zelensky Undang Xi Jinping ke Ukraina

Sebelumnya dilaporkan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengundang Presiden China Xi Jinping untuk mengunjungi negaranya. Zelensky mengakui bahwa keduanya belum melakukan kontak sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai.

"Saya ingin bicara dengannya," ujar Zelensky seperti dikutip dari AP, Kamis (30/3/2023).

China selaras secara ekonomi dan menguntungkan secara politik bagi Rusia selama beberapa dekade. Menyangkut krisis Ukraina, Beijing telah memberikan perlindungan diplomatik kepada Presiden Vladimir Putin dengan mempertaruhkan netralitasnya dalam perang.

Sulit dibantah bahwa Xi Jinping, seorang pemimpin yang menguasai sumber daya negara terpadat di dunia, memainkan peran penting dalam konflik Rusia-Ukraina.

"Kami siap menyambutnya di sini," ungkap Zelensky. "Saya melakukan kontak dengannya sebelum perang skala penuh. Tapi sepanjang tahun ini, lebih dari setahun, saya tidak melakukannya."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan bahwa dia tidak punya informasi apapun untuk dibagikan terkait dengan pernyataan Zelensky. Dia menambahkan bahwa Beijing menjaga komunikasi dengan semua pihak yang terkait, termasuk Ukraina.

Sementara itu, ditanya apakah pertemuan Zelensky dan Xi Jinping akan bermanfaat untuk menyelesaikan konflik, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa pihaknya sangat menghargai posisi China yang seimbang. Rusia, sebut Peskov, tidak memiliki hak untuk menyarankan apakah keduanya harus bertemu.

3 dari 4 halaman

Tank Leopard 2 Tiba di Ukraina

Sebanyak 18 tank Leopard 2 dari Jerman telah tiba di Ukraina. Hal tersebut diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Jerman.

Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan, dia yakin tank-tank Leopard 2 dapat memberikan kontribusi yang menentukan di garis depan perang Ukraina. 

"Tank-tank itu telah sampai ke tangan teman-teman Ukraina seperti yang dijanjikan dan tepat waktu," ujar Menhan Jerman seperti dilansir BBC, Selasa (28/3).

Tentara Jerman telah melatih awak tank Ukraina untuk menggunakan varian A6 dari Leopard 2 selama beberapa minggu terakhir.

Leopard 2 dirancang khusus untuk bersaing dengan tank tempur utama Rusia T-90 serta dianggap lebih mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar daripada kebanyakan tank Barat lainnya.

Selain Leopard 2, Jerman juga mengirimkan Ukraina dua kendaraan khusus pemulihan tank dan 40 kendaraan tempur infanteri Marder.

Sekitar 2.000 Leopard 2, yang secara luas dianggap sebagai salah satu tank tempur utama terbaik, digunakan oleh negara-negara Eropa.

Jerman setuju untuk memasok tank ke Ukraina pada Januari 2023, setelah awalnya enggan untuk melakukannya. Di bawah hukum Jerman, negara lain yang akan mengekspor kembali Leopard 2 harus mendapat persetujuan Berlin.

4 dari 4 halaman

Tank Challenger 2 dari Inggris juga Telah Tiba

Selain Leopard 2, tank Challenger 2 dari Inggris dilaporkan juga telah tiba di Ukraina. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kementerian Pertahanan Ukraina.

"Tank Challenger 2 dari Inggris sudah ada di Ukraina," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina Iryna Zolotar kepada AFP.

Selama berbulan-bulan, Ukraina telah merengek meminta tank dan sistem persenjataan yang lebih modern untuk membantu melawan invasi Rusia.

Mengunggah gambar Challenger 2 bersama kendaraan militer buatan Barat lainnya di halaman Facebook-nya, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov menggambarkan kendaraan tempur Inggris itu sebagai karya seni militer.

Kementerian Pertahanan Inggris menolak berkomentar, tetapi sebelumnya mengonfirmasi awak tank Ukraina yang menjalani pelatihan di Inggris telah kembali negara mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.