Sukses

Wanita di AS Terinfeksi Amuba Pemakan Otak Usai Bilas Sinus dengan Air Ledeng

Seorang warga di Charlotte County, Florida terinfeksi virus “pemakan otak” yang langka, diperkirakan karena membilas sinus dengan air tanpa filter atau air ledeng.

Liputan6.com, Charlotte County - Seorang warga di Charlotte County, Florida terinfeksi virus “pemakan otak” yang langka, diperkirakan karena membilas sinus dengan air tanpa filter atau air ledeng.

Dikutip dari situs Live Science, Senin (27/2/2023), warga Florida tersebut baru-baru diketahui terjangkit penyakit yang disebabkan oleh organisme bersel tunggal yang menjadi penyebab “infeksi pemakan otak”.

Menurut laporan petugas kesehatan, hal ini diperkirakan merupakan akibat dari membilas sinus dengan air keran tanpa filter.

Tidak ada informasi yang diberikan tentang kondisi orang tersebut, tetapi infeksi ini biasanya berakibat fatal.

Organisme tersebut, amuba Naegleria fowleri, biasanya hidup di tanah dan air tawar hangat dan terkadang dapat tumbuh di tangki air, pemanas, dan pipa, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). 

Amuba ini dapat menyusup ke tubuh manusia dan menyebabkan penyakit otak dan sumsum tulang belakang yang disebut meningoensefalitis amebik primer (PAM).

Menelan N. fowleri atau berinteraksi dengan penyintas PAM tidak akan membuat seseorang ikut terjangkit penyakit mematikan tersebut.

Justru, amuba ini memasuki otak melalui hidung, berjalan menuju otak lewat saraf yang menyampaikan bau ke otak. Gejala infeksi muncul antara 1-12 hari setelah Naegleria fowleri memasuki hidung.

Infeksi hampir selalu berakibat fatal, biasanya penyintas meninggal 1-18 hari setelah gejala dimulai.

Amuba pemakan otak yang dapat menyebabkan kematian ini, mengharuskan warga untuk lebih berhati-hati terhadap benda atau hal yang mungkin masuk melalui hidung.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Air Tanpa Filter Beresiko Mengandung Amuba

Pada Kamis (23/2/2023), Departemen Kesehatan Florida di Charlotte County (DOH-Charlotte) mengumumkan bahwa mereka telah mengonfirmasi kasus lokal infeksi N. fowleri.

DOH-Charlotte memperkirakan air kotor sebagai penyebabnya, “Kemungkinan akibat praktik pembilasan sinus menggunakan air ledeng.”.

Mengenai penggunaan neti pot dan metode pembilasan sinus lainnya, Food and Drug Administration telah memperingatkan, “Air keran tidak aman untuk digunakan sebagai pembilas hidung karena tidak disaring atau diolah secara memadai.”

Sebelum digunakan harus direbus atau diolah terlebih dahulu, bisa juga dengan menggunakan filter.

Kewaspadaan warga terkait hal ini belum cukup untuk mengatasi penyebaran penyakit PAM.

Warga perlu diedukasi terkait bagaimana amuba "pemakan otak" tersebut masuk ke dalam tubuh, yaitu melalui hidung, dan berlanjut menjadi penyakit mematikan.

“DOH-Charlotte, sebagai bagian dari tanggapan multi-lembaga, terus menyelidiki bagaimana infeksi ini terjadi dan bekerja sama dengan utilitas publik setempat untuk mengidentifikasi hubungan potensial dan melakukan tindakan penanggulangan yang diperlukan," ucap departemen tersebut.

3 dari 4 halaman

Imbauan untuk Menjaga Kebersihan Air

Selain itu, DOH-Charlotte menyertakan instruksi berikut untuk penduduk Charlotte County:

  1. Gunakan hanya air suling atau steril untuk membilas sinus. Air ledeng harus direbus minimal 1 menit dan didinginkan sebelum membilas sinus.
  2. Jangan biarkan air naik masuk ke hidung atau mengendus air ke dalam hidung saat mandi, mencuci muka, atau berenang di kolam plastik atau tiup kecil.
  3. Jangan melompat atau membenamkan kepala ke dalam air mandi (bak mandi, kolam tiup atau plastik kecil); berjalan atau menyelam.
  4. Jangan biarkan anak-anak bermain tanpa pengawasan dengan selang atau alat penyiram, karena air bisa tersemprot ke dalam hidung mereka secara tidak sengaja. Hindari aktivitas atau permainan air yang sulit untuk mencegah air naik ke hidung.
  5. Jaga kebersihan kolam plastik atau tiup dengan mengosongkan, menyikat, dan membiarkannya mengering setelah digunakan.Jaga agar kolam renang cukup didesinfeksi sebelum dan selama digunakan.

Hal ini juga perlu untuk dilakukan masyarakat seluruh dunia untuk menghindari penyebaran penyakit lainnya atau bahkan serupa.

 

 

4 dari 4 halaman

Naegleria fowleri, Amoeba Pemakan Otak yang Tewaskan Ratusan Nyawa di Beberapa Negara

Beberapa orang mungkin masih asing dengan Naegleria fowleri, sebuah protista yang lebih dikenal dengan sebutan amoeba pemakan otak. Ia merupakan satu-satunya spesies Naegleria yang dapat menginfeksi manusia.

Membaca namanya saja mungkin sudah membuat Anda merasa ngeri. Pasalnya, amoeba pemakan otak ini memang cukup menyeramkan. Di beberapa negara, Naegleria fowleri berhasil menewaskan ratusan nyawa.

Kasus terbaru Naegleria fowleri baru saja muncul di Korea Selatan pada Desember 2022. Korbannya adalah seorang pria berusia 50 tahun yang baru saja pulang dari Thailand, setelah menetap di sana selama empat bulan.

Sehari setelah tiba di Korea Selatan pada 10 Desember 2022, pria yang tidak diketahui identitasnya ini dirawat di rumah sakit. Dirinya menjalani perawatan intensif selama berhari-hari dan dinyatakan meninggal dunia pada Rabu, 21 Desember 2022.

Mengutip laman Strait Times, Kamis (29/12/2022), kasus kematian akibat amoeba pemakan otak di Korea Selatan bukan yang pertama. Dahulu, kasus Naegleria fowleri pertama kali muncul di Virginia, Amerika Serikat tahun 1937.

Setelahnya, ada sekitar 381 kasus Naegleria fowleri yang telah dilaporkan di dunia pada tahun 2018. Ratusan kasus tersebut muncul di India, Thailand, Amerika Serikat, China, dan Jepang.

Khusus di Amerika Serikat, terdapat setidaknya 154 kasus Naegleria fowleri yang dilaporkan sejak 1962 hingga 2021. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) melaporkan hanya empat orang yang berhasil selamat.

Alhasil, tingkat kematian akibat Naegleria fowleri di AS mencapai 97 persen.

Baca selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.