Sukses

Uni Eropa Usulkan Paket Sanksi Ke-9 untuk Rusia, Targetkan 200 Individu

Komisi Eropa pada Rabu mengusulkan paket sanksi kesembilan terhadap Rusia yang akan mencakup hampir 200 individu dan entitas.

Liputan6.com, Brussel - Komisi Uni Eropa pada Rabu mengusulkan paket sanksi kesembilan terhadap Rusia yang akan mencakup hampir 200 individu dan entitas serta memutus akses Rusia ke penggunaan drone.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa delapan paket sanksi yang diperkenalkan sejauh ini akan "menggigit keras" Rusia tetapi Komisi juga akan tetap "meningkatkan tekanan pada Rusia."

Paket kesembilan mengusulkan penambahan hampir 200 individu dan entitas tambahan ke dalam daftar sanksi, termasuk antara lain angkatan bersenjata Rusia, serta perwira individu dan perusahaan industri pertahanan, dikutip dari Xinhua, Kamis (8/12/2022).

Isinya juga mengusulkan sanksi terhadap tiga bank Rusia tambahan, termasuk larangan transaksi penuh pada Bank Pembangunan Regional Rusia. Selain itu, Komisi Eropa mengusulkan penerapan kontrol ekspor baru dan pembatasan bahan kimia utama, agen saraf, elektronik, dan komponen TI yang dapat digunakan oleh Rusia.

Von der Leyen mengatakan, Uni Eropa akan memotong akses Rusia ke drone dan kendaraan udara tak berawak lainnya. Kemudian, mengusulkan untuk melarang ekspor langsung mesin drone ke Rusia dan ekspor ke negara ketiga mana pun, seperti Iran, yang dapat memasok drone ke Rusia.

Uni Eropa juga akan menghentikan empat saluran Rusia tambahan dan semua platform distribusi lainnya. Von der Leyen mengatakan, Komisi juga mengusulkan langkah-langkah ekonomi lebih lanjut terhadap sektor energi dan pertambangan Rusia, termasuk larangan investasi pertambangan baru di Rusia.

Sejauh ini lebih dari 1.200 individu dan 118 entitas yang terkait dengan Rusia telah dikenai sanksi, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan lingkaran dalamnya. Proposal tunduk pada persetujuan Dewan Uni Eropa dan Parlemen Eropa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rusia Kirim Rudal Gelombang ke-8 ke Ukraina

Rusia kembali menembakan rudal ke Ukraina. Gangguan listrik kembali dilaporkan di Ukraina, terutama di bagian timur.

Dilaporkan BBC, Selasa (6/12/2022), pihak Ukraina berkata ada empat orang tewas dalam serangan terbaru ini. Serangan ini merupakan gelombang ke delapan dalam delapan pekan terakhir. 

Rusia berkata berhasil mengenai semua targetnya yang berjumlah 17 dalam serangan ini. Namun, Ukraina mengaku telah menangkal 60 dari 70 rudal yang ditembakkan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata serangan Rusia turut mengenai persediaan listrik di Moldova. Aksi Rusia tersebut disebutnya sebagai serangan teroris.

"Ini sekali lagi membuktikan kemampuan Rusia untuk melaksanakan serangan-serangan teroris yang masif adalah ancaman yang tak hanya kepada Ukraina, tetapi ke seluruh kawasan," ujar Presiden Volodymyr Zelensky pada Senin malam.

Sebelumnya, serangan-serangan Rusia mengenai grid energi Ukraina. Jutaan orang pun kehilangan listrik dan penghangat, padahal musim dingin sedang tiba. Namun, serangan pekan ini tak separah yang sebelumnya.

Peringatan terhadap serangan Rusia ini telah beredar selama beberapa hari. Serangan terjadi beberapa jam setelah ada ledakan di dua pangkalan udara di Rusia. Pemerintah Rusia menyalahkan drones Ukraina.

Menteri Pertahanan Rusia berkata ada tiga prajurit tewas dan dua pesawat rusak ringan akibat ledakan tersebut. Pihak Ukraina belum berkomentar mengenai hal ini.

BBC mencatat serangan skala besar kepada power grid di Ukraina terjadi sejak 10 oktober. Sejak itu, sekitar setengah infrastruktur energi Ukraina telah rusak dan berdampak ke jutaan warga Ukraina.

3 dari 4 halaman

Kanselir Jerman Olaf Scholz Bakal Terus Berunding dengan Putin hingga Rusia Mundur dari Ukraina

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pada Minggu 4 Desember 2022 merupakan sebuah kesalahan besar untuk berhenti berbicara sama sekali dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dilansir VOA Indonesia, Senin (5/12), Scholz menyampaikan hal itu setelah dirinya dan Putin berbincang melalui sambungan telepon Jumat 2 Desember lalu untuk mendiskusikan invasi Rusia ke Ukraina yang masih berlanjut. 

"Itu sebabnya penting bagi presiden Prancis dan saya, sebagai perwakilan negara-negara G7 dan dua negara anggota NATO, untuk kembali mengupayakan dialog. Namun, tanpa ilusi," kata Scholz pada sebuah upacara penganugerahan penghargaan Hadiah Marion Doenhoff yang tahun ini diberikan kepada Irina Scherbakowa, pendiri organisasi HAM Rusia Memorial.

Scholz mengatakan dirinya membahas serangan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina dan perlunya pasukan Rusia untuk mundur dari Ukraina dalam pembicaraan telepon itu.

"Saya akan terus melakukannya, berapa lama pun perbincangan itu berlangsung," tambah Scholz.

Dalam pidatonya sebelum menyerahkan hadiah itu kepada Scherbakowa, Scholz memuji perjuangan perempuan itu dan bahwa hadiah itu diberikan kepadanya untuk mewakili semua warga Rusia yang dapat membayangkan "masa depan Rusia yang berbeda, lebih baik dan lebih cerah."

Memorial juga menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini bersama dengan pegiat hak asasi manusia asal Belarusia Ales Bialiatski dan organisasi HAM Ukraina Center for Civil Liberties.

4 dari 4 halaman

Rusia Dilaporkan Bangun Pangkalan Militer Baru di Mariupol Ukraina

Rusia sedang mengkonsolidasikan kehadiran militernya di kota pelabuhan Mariupol Ukraina yang direbut dengan membangun pangkalan tentara besar, foto satelit yang dirilis dari perusahaan pengamatan Maxar tampaknya menunjukkan.

Kompleks baru berbentuk U ini terletak di dekat pusat kota. Di atapnya, bintang merah, putih dan biru tentara Rusia dapat dilihat, dengan huruf-huruf bertuliskan: "Untuk orang-orang Mariupol."

Maxar mengatakan bangunan itu tampaknya merupakan fasilitas militer Rusia, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (4/12).

Namun BBC tidak dapat memverifikasi ini atau mengkonfirmasi untuk apa gedung baru itu digunakan.

Pasukan Moskow mengepung kota selama hampir tiga bulan awal tahun ini, dan rentetan artileri yang konstan meninggalkan sebagian besar reruntuhan.

Para pejabat Ukraina memperkirakan bulan lalu bahwa sekitar 25.000 warga sipil tewas dalam serangan itu, sementara PBB mengatakan telah mengkonfirmasi kematian 1.348 warga sipil, tetapi mengatakan jumlah korban tewas sebenarnya "kemungkinan ribuan lebih tinggi".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.