Sukses

Ketika Lonjakan Harga Pangan Beratkan Perayaan Thanksgiving di AS

Biaya perayaan Thanksgiving di AS diprediksi bakal melonjak 20 persen dibandingkan tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat menghadapi lonjakan biaya bahan makanan menjelang musim libur Thanksgiving. Estimasi yang dibuat American Farm Bureau Federation dalam survei tahunannya menunjukkan biaya perayaan Thanksgiving bakal melonjak 20 persen dibandingkan tahun lalu.

Dilansir US News, Jumat (18/11/2022),  estimasi ini menandai lonjakan terbesar sejak survei yang dilakukan Biro Pertanian pada 1986. Lonjakan harga pangan kali ini dipicu kondisi cuaca, dampak ekonomi dari perang Rusia-Ukraina serta dorongan perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan.

Harga bahan makanan untuk Thanksgiving mulai dari daging kalkun, kacang hijau, ubi jalar, cranberry, roti gulung, dan pai labu telah meningkat lebih dari sepertiga sejak 2020, pada awal lonjakan inflasi AS terburuk dalam 40 tahun, dari USD 46,90 menjadi USD 64,05.

"Peningkatan seperti itu kami akui merupakan beban bagi beberapa keluarga, tidak diragukan lagi," ujar Roger Cryan, kepala ekonom di American Farm Bureau Federation.

Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly pekan lalu mengungkapkan bahwa, sejumlah konsumen melakukan pengeluaran yang lebih besar dari sebelumnya demi membeli bahan makanan untuk merayakan Thanksgiving.

"Jika Anda berada di swalayan sekarang, Anda akan melihat, di swalayan mana pun yang Anda kunjungi, orang-orang melakukan pengorbanan (dalam pengeluaran)," kata Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly pekan lalu.

"Coba lihat berapa banyak orang yang bisa mereka undang? Apa yang akan mereka suguhkan? Apakah mereka akan menurunkan pengeluaran? Apakah kita memiliki jenis makanan yang berbeda? Apakah kita tidak memiliki banyak pilihan?" ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mulai Naik Akhir Oktober 2022

Tidak sampai disitu, Wabah flu burung juga memotong ternak kalkun.

Meski pasokan sudah cukup, Biro Pertanian AS mengatakan daging kalkun yang lebih kecil bersama dengan harga pakan yang tinggi telah menaikkan biaya Thanksgiving menjadi rata-rata USD 1,81 per pon di 224 toko, di mana surveyor memeriksa harga selama periode 18-31 Oktober 2022.

Itu menyumbang sekitar setengah dari kenaikan harga makanan sebesar USD 10,74 tahun ini.

Persentase kenaikan terbesar terjadi pada produk makanan dalam kemasan, naik 69 persen menjadi USD 3,88, sementara 1 pon wortel dan seledri naik hanya 8 persen, menjadi USD 0,88, dan harga cranberry turun 14 persen, menjadi USD 2,57 untuk 12 ons.

Dalam membantu meringankan lonjakan harga, Walmart Inc mengatakan awal bulan ini bahwa mereka akan menetapkan harga bahan pokok Thanksgiving tidak berubah dari tahun lalu dan tetap berlaku sampai Natal, termasuk kalkun di bawah USD 1 per pon.

Harga kalkun yang didiskon sering memikat konsumen AS di swalayan dan supermarket, dan tawar-menawar semakin intensif saat mendekati musim liburan.

Biro Pertanian AS pun mencatat bahwa harga kalkun beku telah turun menjadi 95 sen per pon pekan ini.

3 dari 4 halaman

Inflasi AS Masih Tinggi, 7,7 Persen di Oktober 2022

Seperti diketahui, inflasi konsumen AS naik 7,7 persen pada Oktober 2022 dan telah meningkat 9,1 persen sejak awal tahun ini, memicu upaya Federal Reserve untuk menjinakkan tekanan harga dengan kenaikan suku bunga yang agresif.

Harga makanan, terutama barang-barang yang dibeli untuk konsumsi rumah tangga, telah meningkat dengan cepat, mencapai tingkat tahunan 13,5 persen di bulan Agustus dan masih naik 12,4 persen bulan lalu, menimbulkan guncangan bagi anggaran rumah tangga di mana harga-harga secara andal meningkat kurang dari pendapatan.

Karena harga pangan telah meningkat, survei Sensus AS menunjukkan bahwa sejumlah rumah tangga yang melaporkan kelangkaan pangan meningkat dari 7,8 persen pada Agustus 2021 menjadi 11,4 persen pada awal Oktober 2022.

4 dari 4 halaman

Eks Menkeu AS : Suku Bunga The Fed Harus Naik Sampai 5 Persen Bila Mau Taklukkan Inflasi

Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat Larry Summers menyebutkan bahwa ada risiko yang jauh lebih besar terhadap ekonomi jika Federal Reserve tidak melakukan banyak upaya untuk menurunkan inflasi. 

"Bahkan jika ada penurunan ekonomi atau resesi, saya tidak berpikir ada alasan untuk berpikir bahwa The Fed memiliki prospek nyata untuk mendorong inflasi secara tahan lama di bawah (target inflasi mereka) 2 persen tanpa lebih banyak tindakan," kata Summers, dikutip dari CNN Business, Rabu (2/11/2022).

Kepada Wolf Blitzer dari CNN dalam segmen The Situation Room, Summers mengungkapkan bahwa prediksi terbaiknya adalah suku bunga mungkin harus naik menjadi 5,5 persen, jika Amerika mengharapkan prospek signifikan untuk memulihkan inflasi ke tingkat target yang ditetapkan The Fed. 

Seperti diketahui, suku bunga pinjaman acuan bank sentral AS saat ini berada di antara 3 persen dan 3,75 persen.

Pernyataan Summers tentunya bertolak belakang dengan serangkaian pendapat ekonom lainnya bahwa The Fed perlu menghentikan kenaikan suku bunga yang agresif untuk mencegah resesi.

Sejumlah tokoh ekonomi, termasuk CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon hingga pendiri Amazon Jeff Bezos, mengatakan mereka khawatir resesi akan segera terjadi.

Pasar, sementara itu, telah jatuh secara signifikan tahun ini. Summers setuju bahwa kemungkinan besar akan ada resesi tahun depan, dan mendorong masyarakat AS untuk menyadari datangnya masa-masa yang lebih sulit di masa mendatang.

Summers menyarankan, mereka yang khawatir pada resesi harus memastikan untuk mengatur kapasitas pinjaman dan menghindari pengambilan risiko keuangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.