Sukses

Jelang Musim Dingin, Invasi Rusia ke Ukraina Diprediksi Bikin Eropa Alami Krisis Energi

Menghadapi musim dingin, Eropa dihadapkan pada krisis energi yang salah satunya disebabkan invasi Rusia ke Ukraina.

Liputan6.com, Brussels - Eropa akan menghadapi krisis energi yang lebih parah tahun depan setelah tangki-tangki gas alamnya terkuras habis menjelang musim dingin, kata kepala Badan Energi Internasional pada Rabu (5/10), saat Uni Eropa tengah mencari cara untuk mengatasi krisis tersebut.

Pasca invasi Rusia, negara-negara di Eropa mengisi tangki-tangki penyimpanan gasnya hingga sekitar 90 persen dari total kapasitasnya. Hal tersebut karena Rusia memotong pasokan gas untuk Eropa sebagai tanggapan atas sanksi Eropa terhadap Rusia setelah invasi Moskow ke Kiev. 

Harga gas yang melonjak setelah invasi sebenarnya telah menurun. Tetapi, penurunan itu tidak akan lama karena setiap negara berlomba-lomba membeli gas alam cair (LNG) dan alternatif lain untuk mendapatkan pengiriman melalui pipa Rusia.

Kini, Uni Eropa sedang mempertimbangkan batas harga gas, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (6/10/2022).

“Dengan penyimpanan gas hampir mencapai 90 persen, Eropa akan bertahan di musim dingin yang akan datang selama tidak ada gejolak politik atau masalah teknis,” kata Fatih Birol, eksekutif IEA. 

Tantangan Eropa sesungguhnya akan dihadapi pada Februari atau Maret, satu penyimpanan gas perlu diisi ulang setelah permintaan yang menguras hingga 25-30 persen tingginya. Terlebih, secara historis, Eropa mengandalkan Rusia untuk sekitar 40 persen gas alamnya.

"Musim dingin ini sulit tetapi musim dingin berikutnya mungkin akan sangat sulit," kata Birol kepada para jurnalis di Finlandia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Intervensi Berlin

Pemerintah Eropa telah berupaya untuk meminimalisasi dampak buruk untuk konsumen, dan pada Rabu, Jerman mengatakan, akan mensubsidi tagihan listrik di 2023 dengan membayar sekitar US$ 12,8 miliar untuk biaya pemakaian yang dipungut oleh empat perusahaan jaringan transmisi tegangan tinggi (TSOs).

Biaya tersebut merupakan bagian dari tagihan listrik, terhitung sekitar 10 persen dari keseluruhan biaya untuk pelanggan ritel dan sepertiga untuk perusahaan industri di sektor-sektor seperti baja atau bahan kimia.

Menteri ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan bahwa intervensi Berlin menstabilkan biaya, menyebut akan naik tiga kali lipat, mengingat harga listrik skala besar yang melambung tinggi dan meningkatnya biaya operasional untuk TSO.

Sampai perang Ukraina pecah pada akhir Februari, pipa Nord Stream 1 di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman adalah salah satu sumber utama gas Eropa barat.

Nord Stream 1 terdiri dari dua jalur terpisah seperti halnya Nord Stream 2, yang diisi dengan gas, tetapi tak pernah diizinkan untuk mengirim pasokan ke Eropa karena Jerman menangguhkan otorisasi tepat sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Tiga dari empat jalur dinonaktifkan dan Barat serta Rusia memandang hal tersebut sebagai sabotase yang menyebabkan kebocoran besar. Pihak berwenang Denmark juga mengatakan bahwa jalur keempat sedang mengalami penurunan tekanan pada Selasa (4/10).

3 dari 4 halaman

Saling Menyalahkan

Presiden Vladimir Putin menyalahkan Amerika Serikat dan sekutunya atas hal ini, walaupun kembali dibantah Washington. Rusia mengecam keras apa yang disebutnya teori "bodoh" di Barat bahwa Rusia telah menyabotase jaringan pipa itu sendiri dalam ledakan pekan lalu.

Kremlin mengatakan pada Rabu (5/10), bahwa Rusia harus menjadi bagian dalam investigasi atas insiden tersebut, sementara salah satu sekutu Putin mengatakan bahwa mereka mengingat serangan yang didukung Badan Intelijen Pusat AS terhadap infrastruktur minyak di Nikaragua pada tahun 1983.

Kepala Komisi Eropa Ursula Von der Leyen mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa perlu meningkatkan perlindungan infrastruktur penting mereka dengan melakukan uji tekanan dan melakukan pengawasan satelit untuk mendeteksi potensi ancaman.

Leyen mengatakan hal itu di Parlemen Eropa menjelang pertemuan para pemimpin dari 27 negara Uni Eropa di Praha, ketika mereka akan membahas rencana batas harga Uni Eropa.

Rinciannya belum disusun, tetapi gagasan tersebut mendapat dukungan dari mayoritas negara yang melihatnya sebagai cara untuk mengatasi inflasi. Namun, gagasan ini ditentang Jerman, Denmark, dan Belanda yang menyatakan kekhawatirannya bahwa hal tersebut dapat membuat pengamanan pasokan sulit.

4 dari 4 halaman

Mengurangi Efek Negatif

Von der Leyen juga dalam pidatonya menyatakan kekhawtirannya khususnya pda negara-negara Uni Eropa. Leyen mengatakan dalam pidatonya, negara-negara juga harus mulai bersama-sama membeli gas untuk menghindari negara-negara anggota Uni Eropa saling menawar di pasar dunia yang membuat harga semakin tinggi.

Ketegangan sebelumnya di pasar gas telah mereda karena perusahaan energi Rusia Gazprom pada Rabu melanjutkan ekspor gas ke Italia melalui Austria setelah menyelesaikan masalah jaminan yang telah menyebabkan penangguhan aliran selama akhir pekan.Namun, 

Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan bahwa Rusia dapat memangkas produksi minyak untuk mengurangi efek negatif dari batas harga yang diberlakukan oleh Barat atas tindakan Moskow di Ukraina.

Rencana pembatasan harga yang disepakati oleh Kelompok Tujuh negara kaya menyerukan negara-negara yang berpartisipasi untuk menolak asuransi, keuangan, perantara, navigasi, dan layanan lainnya untuk kargo minyak dengan harga di atas batas harga minyak mentah dan produk minyak yang belum ditentukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.