Sukses

Masih Perkara Mahsa Amini, Polisi dan Mahasiswa Bentrok di Iran

Pasukan keamanan Iran mengalami bentrokan dengan mahasiswa yang melakukan demonstrasi terkait Mahsa Amini.

Liputan6.com, Teheran - Pasukan keamanan Iran mengalami bentrok dengan mahasiswa di sebuah universitas terkemuka di Teheran pada Minggu (2 Oktober). Hal ini diketahui lewat media sosial dan laporan pemerintah, yang menjadi tanda terbaru dari tindakan keras mematikan terhadap protes nasional yang dipicu oleh kematian seorang wanita muda dalam tahanan. 

Dilansir Channel News Asia, Senin (3/9/2022), protes anti-pemerintah, yang dimulai pada pemakaman Mahsa Amini yang berusia 22 tahun pada 17 September di kota Kurdi Saqez, telah berkembang menjadi pertunjukan oposisi terbesar terhadap otoritas Iran dalam beberapa tahun. Terkait masalah tersebut, banyak yang menyerukan agar pemerintahan ulama Islam yang telah berjalan selama lebih dari empat dekade untuk segera berakhir. 

Akun Twitter aktivis 1500tasvir, yang memiliki sekitar 160.000 pengikut, memposting beberapa video yang menunjukkan Universitas Sharif, yang secara tradisional merupakan sarang perbedaan pendapat, dikelilingi oleh puluhan polisi anti huru hara.

Salah satu video menunjukkan pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk mengusir mahasiswa dari kampus dan terdengar suara tembakan dari kejauhan.

Video lain menunjukkan pasukan keamanan mengejar puluhan mahasiswa yang terjebak di tempat parkir bawah tanah universitas. Akun itu mengatakan puluhan siswa telah ditangkap.

Media pemerintah Iran menggambarkan "laporan bentrokan" di universitas dan mengatakan menteri sains negara itu mengunjungi kampus untuk memeriksa situasinya.

Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen peristiwa di universitas tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Demonstrasi oleh Mahasiswa

Mahasiswa telah memprotes di berbagai universitas pada hari Minggu dan demonstrasi diadakan di beberapa kota seperti Teheran, Yazd, Kermanshah, Sanandaj, Shiraz dan Mashhad. Dalam kesempatan tersebut, peserta unjuk rasa meneriakkan "kemerdekaan, kebebasan, kematian Khamenei", terlihat dalam sebuah postingan media sosial. 

Protes belum mereda meskipun jumlah korban tewas meningkat dan tindakan keras oleh pasukan keamanan menggunakan gas air mata, pentungan, dan dalam beberapa kasus, menurut video di media sosial dan kelompok hak asasi, peluru tajam.

Hak Asasi Manusia Iran, sebuah kelompok yang berbasis di Norwegia, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa "sejauh ini 133 orang telah tewas di seluruh Iran", termasuk lebih dari 40 orang yang dikatakan tewas dalam bentrokan pekan lalu di Zahedan, ibu kota provinsi tenggara Sistan-Baluchistan. 

3 dari 5 halaman

Banyak Korban Tewas

Pihak berwenang Iran belum memberikan jumlah korban tewas, sementara mengatakan banyak anggota pasukan keamanan telah dibunuh oleh "perusuh dan preman yang didukung oleh musuh asing". 

Pekan lalu televisi pemerintah mengatakan 41 orang tewas, termasuk anggota pasukan keamanan.

Otoritas tertinggi Iran Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei belum mengomentari protes nasional, yang telah menyebar ke 31 provinsi Iran, dengan semua lapisan masyarakat, termasuk etnis dan agama minoritas, turut ambil bagian.

4 dari 5 halaman

Jadi Sorotan Dunia

Kematian Amini dan tindakan keras telah menarik kritik internasional terhadap penguasa Iran, yang pada gilirannya menuduh Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa mengeksploitasi kerusuhan untuk mencoba mengacaukan Republik Islam.

Media pemerintah Iran membagikan video mahasiswa pro-pemerintah, yang berkumpul di universitas Ferdowsi di Mashhad, meneriakkan "Republik Islam adalah garis merah kami".

Sebelumnya pada Minggu (2/9), anggota parlemen Iran meneriakkan "terima kasih, polisi" selama sesi parlemen, untuk menunjukkan dukungan untuk tindakan keras terhadap protes anti-pemerintah yang meluas.

5 dari 5 halaman

Kronologi Kematian Mahsa Amini

Berikut kronologi kasus Mahsa Amini seperti dirangkum berbagai sumber: 

13 September 2022: Salah Pakai Hijab 

Berdasarkan laporan AP News, Mahsa Amini ditangkap pada 13 September di Tehran. Ia sebetulnya bukan orang Tehran, tetapi hanya berkunjung dari daerah Kurdi di barat Iran.

Alasan ia ditangkap polisi moral adalah karena tidak memakai hijab dengan benar. Sesuai ketentuan yang berlaku di Iran.  

16 September 2022: Nyawa Melayang

Mahsa Amini kolaps ketika berada di kantor polisi. Tiga hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.

Polisi membantah melakukan kekerasan pada Mahsa Amini. Penyebab kematian wanita itu disebut karena masalah jantung. 

Namun, Amnesty Iran berkata kematian Mahsa Amini mencurigakan. Mereka meminta adanya investigasi kriminal bagi para polisi moral. 

"Semua agen dan penjabat yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan," tulis Amnesty Iran di Twitter. Protes masyarakat pun dimulai.

17 September 2022: Pemakaman 

Al Arabiya melaporkan Mahsa Amini dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Demo juga pecah di hari pemakaman itu. 

Para pendemo berkumpul di di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini. Mereka memberikan kecaman kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.

18 September 2022: Presiden Iran Telepon Keluarga Korban

Pada Minggu (18/9), Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menelepon keluarga Mahsa Amini. Menurut laporan situs Iran International, pihak pemerintah berjanji akan menuntaskan kasus ini. 

"Anak perempuanmu dan semua gadis Iran adalah anak-anak saya juga, dan perasaan terhadap insiden ini seperti kehilangan anak-anak tersayang saya," ujarnya.

19 September 2022: Keterangan Polisi vs. Ayah Korban

Ayah dari korban, Amjad Amini, mengaku putrinya dipukuli saat di mobil polisi. Hal itu berbeda dari keterangan polisi yang berkata Mahsa Amini meninggal akibat masalah jantung. 

"Tidak jelas bagaimana ia dipukuli. Para wanita yang berada di ambulans berkata ia dipukul di kepala," ujar Amjad Amini kepada media Kurdi, Rudaw.

Amjad Amini juga menegaskan bahwa kabar di televisi Iran bahwa putrinya kolaps karena penyakit adalah kabar bohong. 

Pengacara keluarga Amini, Saleh Nikbakht, mengatakan kepada situs berita semi-resmi Etemadonline bahwa seorang dokter yakin dia dipukul dalam tahanan. Laporan otopsi Amini dan rincian medis lainnya belum dirilis, tetapi ayahnya mengatakan dia melihat memar di kakinya dan wanita lain yang ditahan bersamanya mengatakan dia dipukuli.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.